Tari semakin mendekat, dan berbisik, "Mak jangan dulu mengiyakan, ya."
   Mak Ijah tertegun dan menatap anaknya, "terus kamu mau digantung lagi, begitu? Bagaimana kalau dia tertarik sama wanita lain, kamu kan janda, Nak."
  Tari cemberut mendengar apa yang Emaknya katakan. Walaupun itu kebenarannya, tapi Tari merasa tidak nyaman.
  "Tari takut sih, Mak. Tapi ... Tari masih ragu dengan orang itu."
  "Lah, kamu bilang itu teman dan juga pacar pertama mu waktu sekolah, sekarang kenapa kamu ragu?"
  Tari menatap Azmi, dan kembali pada Emak Ijah.
  "Laki-laki cinta pertama Tari itu ..., Orangnya gemuk, pake kacamata, item lagi. Sedangkan ini ..." Tari kembali menatap Azmi, "dia itu bagaikan langit dan bumi dengan Azmi Tari."
  "Seseorang bisa berubah, Tatonya Abang!" Azmi mendekati Tari dan merangkul pundak sang pujaan hati dengan panggilan yang selalu dia sematkan pada Tari sebagai panggilan sayang.
  "Abang berubah karena ingin selalu diperhatikan olehmu, apalagi yang Abang dengar mantan suamimu itu begitu cakep. Jadi Abang berusaha untuk berubah."
 "Aduh Miii, jangan seperti itu, kasihanilah jomblo ini ..."
  Teman Azmi semakin berteriak ketika melihat kedekatan keduanya.