Sleep Paralysis atau yang lebih dikenal dengan istilah ketindihan merupakan kondisi ketika tubuh seakan-akan mengalami kelumpuhan sementara saat tertidur atau sesaat setelah bangun. Ketindihan membuat seseorang sadar akan keadaan sekitar, namun kesulitan untuk bergerak, bernapas, dan bersuara. Kondisi tersebut dapat berlangsung selama beberapa detik hingga hitungan menit.Â
Saat mengalami ketindihan, pada umumnya seseorang akan berhalusinasi melihat sosok hitam, mendengar suara-suara dari samping atau atas kepala, bahkan merasakan sentuhan-sentuhan pada tubuh. Oleh karena itu, fenomena ketindihan ini sering kali dikaitkan dengan keberadaan makhluk halus, khususnya oleh masyarakat Indonesia. Jadi, benarkah ketindihan itu ulah makhluk halus?
Sebenarnya, ketindihan bukanlah ulah makhluk halus dan tidak ada kaitannya dengan hal-hal mistis. Fenomena ketindihan ini dapat dijelaskan secara medis.Â
Saat seseorang tidur, terdapat empat fase yang harus dilalui. Fase pertama adalah Tahap 1 Non-Rapid Eye Movement (NREM), fase ketika seseorang masih setengah sadar dan setengah tertidur, atau yang biasanya disebut ‘Tidur Ayam’. Fase kedua adalah Tahap 2 NREM, fase ketika seseorang mulai kehilangan kesadaran akan lingkungan sekitar dan memasuki tahap tidur pulas. Fase ketiga adalah Tahap 3 NREM. Pada tahap 3 NREM, seseorang sudah tertidur pulas dan sulit dibangunkan. Fase keempat adalah Rapid Eye Movement atau REM, yakni ketika seseorang mengalami mimpi dalam tidurnya.Â
Selamat proses REM ini, otot-otot didalam tubuh akan diistirahatkan agar tidak bergerak-gerak mengikuti mimpi. Ketika seseorang terbangun sebelum fase REM selesai, maka ia akan berada dalam keadaan setengah terjaga dan setengah bermimpi. Hal tersebut menyebabkan tubuh seperti mengalami kelumpuhan sementara. Ketindihan jenis ini disebut Hypnopompic Sleep Paralysis.
Ketindihan tidak hanya dapat terjadi ketika seseorang terbangun pada fase REM. Ada juga ketindihan yang terjadi saat tubuh baru akan memasuki tahap NREM, saat otot-otot sedang mengalami relaksasi sehingga terdapat sensasi kesulitan bergerak. Ketindihan jenis ini disebut Hypnagogic Sleep Paralysis.
Banyak hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami ketindihan, diantaranya yaitu:
1. Salah posisi tidur. Sebagian besar orang mengalami ketindihan ketika tidur dengan posisi telentang.
2. Jadwal tidur yang tidak teratur.
3. Kurang tidur.
4. Gangguan mental seperti depresi, bipolar, anxiety, dan sebagainya.
5. Penggunaan obat-obatan tertentu.
Mengingat bahwa ketindihan merupakan kondisi yang sangat tidak menyenangkan, tentu tidak ada orang yang ingin mengalami ketindihan. Untuk itu, terdapat beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya ketindihan, antara lain:
1. Menghindari Kurang Tidur
Tubuh membutuhkan waktu istirahat selama 6-8 jam tiap harinya. Usahakan agar waktu tidur tercukupi dan buatlah jadwal tidur yang teratur setiap harinya.
2. Berolahraga Secara Teratur
Berolahraga secara teratur setiap hari dapat membantu seseorang agar tidak mengalami ketindihan, namun hindarilah berolahraga berat pada malam hari atau menjelang waktu tidur.
3. Mengelola Stress
Mengelola stress sangat berguna untuk menghindari gangguan tidur. Lakukan hal-hal positif yang membuat pikiran tenang, serta pastikan suasana kamar cukup nyaman untuk tidur.
4. Â Memperhatikan Posisi Tidur
Jika tidur dengan posisi telentang menyebabkan ketindihan, maka cobalah untuk tidur dengan posisi menyamping.
5. Berdoa Sebelum Tidur
Hal yang terpenting yang harus selalu dilakukan untuk menghindari ketindihan tentunya adalah berdoa sebelum tidur.
Ketindihan merupakan hal yang cukup umum terjadi dan dapat dialami oleh siapa saja. Menurut penelitian, setiap orang akan mengalami ketindihan setidaknya satu kali dalam hidupnya. Saat sedang mengalami ketindihan, usahakan untuk tidak panik agar cepat terbangun. Rasa takut yang berlebihan akan membuat halusinasi menjadi semakin menyeramkan, oleh karena itu ketenangan sangat dibutuhkan saat mengalami ketindihan. Ingatlah bahwa ketindihan hanya berlangsung sebentar dan bukan ulah makhluk halus.
Pada dasarnya, ketindihan bukanlah suatu penyakit dan tidak berbahaya. Meskipun demikian, mengalami ketindihan tetaplah pengalaman buruk yang bisa saja menyebabkan seseorang ketakutan untuk tidur kembali. Jika ketindihan terus-menerus terjadi, ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H