Kisah hidup kita bisa berkebalikan dengan rasa minuman yang rutin masuk ke badan. Kebanyakan mengonsumsi minuman manis dapat menjadi awal kehidupan nan pahit.
Gula, bahan utama penghasil rasa manis dalam kehidupan manusia, tidak selalu menerima balasan selaras dengan "jasa"-nya. Rasa manis yang disuguhkannya bagi manusia tak selalu berbalik manis bagi dirinya. Bahkan, kini ia banyak dimusuhi orang.
Musababnya jelas, zat manis yang dikandungnya banyak membawa sengsara. Sejumlah manusia menjadi korban rasa manis berlebihan yang terkandung dalam dirinya.
Ketika Diabetes Berulah
International Diabetes Federation (IDF) mencatat sekitar 537 juta penduduk dunia menderita sakit diabetes di tahun 2021 lalu. Angka ini bakal terus bertambah hingga mencapai lebih dari 783 juta di tahun 2045 mendatang, sesuai proyeksi mereka.
Tidak berhenti sampai di situ saja. Kini, diabetes telah menjelma sebagai momok yang sangat menakutkan.
Menurut laporan IDF, penyakit yang kerap disebut kencing manis ini menjadi biang meninggalnya 6,7 juta jiwa pada tahun yang sama. Jelas sekali bahwa penyakit ini perlu masuk ke dalam golongan penyakit yang mesti diwaspadai.
Gula disinyalir menjadi salah satu "tersangka" penyebab diabetes. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (Yankes) di bawah naungan Kementerian Kesehatan RI mengungkapkan hal itu dalam sebuah artikelnya.
Memang, si manis dari tebu itu bukan satu-satunya pelaku dalam "lakon" diabetes. Dalam tulisan yang sama, Yankes juga menyebut garam dan lemak turut andil "membesarkan" diabetes.
Antara Kopi dan Parade Penyakit Gula
Dengan mengetahui pemicunya, salah satu cara mencegah terjangkit diabetes adalah dengan membatasi konsumsi bahan-bahan pemicu tersebut. Mengurangi konsumsi makanan atau minuman mengandung gula merupakan salah satu upaya yang patut dicoba.
Sejak zaman baheula, kopi dipandang sebagai teman setia penulis dan para pekerja "tak kenal waktu" lainnya. Bagi banyak orang, sepertinya sulit memisahkan antara aktivitas menulis dengan ritual menyeruput kopi.