Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bos adalah Maut Jika Terlalu Erat Mendekap Pegawainya

10 Juli 2024   20:03 Diperbarui: 11 Juli 2024   00:00 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang bos. (Sumber gambar: Mohamed Hassan dari Pixabay.)

Barangkali Anda berpikir bahwa mengiyakan setiap permintaan bos bakal memuluskan laju karier Anda. Sebagian benar, tapi sayangnya, tidak selalu demikian.

Tidak keliru membayangkan karier yang meroket lantaran kesigapan Anda memenuhi setiap permintaan bos. Secara logika, seorang atasan akan menyukai anak buah yang selalu siaga mematuhi perintahnya.

Seorang bos akan mengingat baik-baik wajah anak buahnya yang cekatan membereskan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Ingatan bos semacam itu bisa menjadi berkah ketika masa penilaian pegawai tiba.

Umumnya, pimpinan perusahaan akan minta pandangan atasan langsung dari seorang pegawai saat akan mengambil kebijakan terkait pegawai tersebut. Seorang atasan yang puas akan kinerja bawahannya tentu saja akan mengangsurkan jempol tangannya ketika dimintai penilaian.

Nah, alur kerja demikian terlihat sangat menguntungkan. Pegawai yang selalu sigap meladeni atasan akan beroleh kesempatan besar mengembangkan karier di perusahaan.

Apakah skenario perjalanan karier seseorang bakal senantiasa melalui jalan semulus itu? Sayang sekali, kenyataan yang terjadi tidak selalu sejalan dengan bayangan indah semacam itu.

2 Dampak Buruk yang Bisa Menimpa Pegawai Andalan

Sebenarnya banyak kemungkinan yang bisa terjadi pada karier seorang pegawai. Peluang bagus sangat mungkin menghampiri para pegawai yang giat bekerja sesuai arahan manajemen dan pimpinan mereka.

Namun, hal sebaliknya acap menimpa pegawai yang amat diandalkan bosnya. Bukannya karier melonjak kencang, tetapi justru tersendat atau bahkan mandek di tengah jalan.

Bagaimana hal seperti itu bisa terjadi?

Berikut ini dua kejadian tak diinginkan yang bisa menimpa seorang pekerja andalan bos di suatu institusi atau perusahaan.

1. Menjadi bahan gunjingan rekan sekerja

Tidak semua orang memiliki hati sebersih kapas yang masih tersegel bungkusnya. Ada saja oknum-oknum yang tersiksa ketika menyaksikan keberhasilan orang di sekitarnya.

Jika kebetulan Anda berada di lingkungan toksik semacam ini, maka berhati-hatilah. Hal-hal baik yang Anda kerjakan bisa membuahkan tanggapan yang berbeda seratus delapan puluh derajat di tangan oknum-oknum tak bertanggung jawab di sekeliling Anda.

Kedekatan Anda dengan bos, yang tampak dari seringnya Anda mendapat tugas ekstra, bisa menjadi sumber kecemburuan sosial para penyimpan dengki. Dan rasa jelus berpotensi menjelma kebencian atau minimal "bisik-bisik curiga" terhadap rekan kerja yang beroleh "kenikmatan".

Kinerja Anda bisa sangat terganggu bila berada dalam lingkungan yang bukannya menyemangati, melainkan justru menjatuhkan mental semacam ini.

2. Karier tertahan oleh bos yang enggan beranjak dari zona nyaman

Adakalanya kinerja sangat bagus yang ditunjukkan seseorang justru menghambat kariernya di masa depan. Lah, bagaimana hal ganjil itu bisa terjadi?

Secara alamiah, seseorang akan mempertahankan kenyamanan yang tengah dinikmatinya. Tak bisa dimungkiri, area yang bikin hati tenteram ini memang kerap melenakan.

Ketika bertemu dengan bos yang gentar meninggalkan zona nyamannya, bersiaplah untuk mengelus dada. Mungkin ia akan "mendekap" Anda erat-erat dan tak hendak melepaskan Anda ke mana-mana.

Nah, orang yang menjadi tangan kanan bos model begini bisa saja kehilangan peluang mengembangkan dirinya. Bentuk-bentuk promosi atau jenis peningkatan karier lainnya enggan menghampirinya bukan lantaran rendahnya kemampuan atau buruknya attitude sang pegawai.

Dalam kasus ini, kedekatan dengan atasan justru menjelma sebagai penghalang kemajuan pegawai. Sebabnya, sang bos telah dininabobokkan oleh keberadaan pegawai yang amat diandalkan.

Akibatnya, ia enggan kehilangan orang kepercayaannya karena membayangkan hal buruk akan menimpa dirinya. Ia tak ingin bersusah payah membangun lagi kerja sama dengan orang baru yang belum dikenalnya.

Ketika Bos Tak Tahu Diri dan Bertindak Kebablasan

Sebagai anak buah, kita mesti pandai mengukur sejauh mana lingkup permintaan pimpinan kita. Kita layak mempertimbangkannya sepanjang tugas-tugas ekstra yang hendak dilimpahkan oleh bos masih sejalan dengan tujuan perusahaan.

Namun, adakalanya bos perayu memanfaatkan kekuasaannya sebagai sarana untuk mememuaskan hasrat pribadi belaka. Permintaannya acap melenceng dari visi dan tujuan yang telah digariskan oleh perusahaan.

Adakalanya seorang atasan meminta bawahan untuk melakukan hal-hal di luar job desk yang menjadi panduan kerjanya. Sebagai contoh, seorang pimpinan kantor minta stafnya merawat kendaraan pribadinya, atau mengurus kepentingan-kepentingan pribadi lainnya.

Bahkan, kenyataan yang terjadi belakangan ini amat parah dan bikin dada sesak.

Beberapa waktu lalu, kita mendengar kabar mengenaskan tentang seorang pimpinan sebuah institusi yang kehilangan jabatannya. Bukan sekadar menyuruh anak buahnya menjalankan pekerjaan yang menyimpang dari tugas yang mesti diembannya, melainkan memaksanya melakukan tindakan di luar norma.

Bayangkan jika permintaan-permintaan janggal semacam yang dilakukan bos yang baru dipecat itu menimpa diri Anda. Apakah demi karier dan yang lainnya, Anda akan menyanggupinya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun