Panggilan UEFA kepada Denmark untuk menggantikan posisi Yugoslavia terjadi hanya 10 hari sebelum peluit kick off partai perdana dibunyikan. Federasi kelimpungan memanggil para pemain yang sebagian masih berkutat dalam kompetisi lokal, dan sebagian lainnya tengah berjemur di pantai menikmati liburan.
Kondisi semacam itulah yang mengiringi perjalanan Denmark. Tentu saja orang tak mengira bahwa skuad amburadul semacam itu bakal mampu menghabisi para raksasa sepak bola Eropa sekelas Belanda dan Jerman. Dan, yang bikin banyak mulut menganga, mereka akhirnya meraih juara.
Raihan gemilang di tengah keraguan banyak orang tak mungkin tercapai jika mereka bersikap biasa-biasa saja. Nyatanya, mereka berani memecah ombak besar dan melawan arus yang menghantam keras.
Kisah Perjuangan yang Pantas Dikenang
Memang banyak kejutan terjadi dalam turnamen sepak bola semacam Euro 2024 yang sedang berlangsung di Jerman. Namun, adakah yang lebih dahsyat dibandingkan ledakan dinamit Denmark?
Perhelatan Euro 2024 belum usai. Kejutan-kejutan masih mungkin terjadi hingga partai final kelar dijalani.
Meskipun tak seeksplosif Denmark 32 tahun silam, Austria, Rumania, Slovenia, dan Georgia sempat memantik harapan. Namun, satu per satu mulai berguguran setelah mampu melenggang ke babak enam belas besar.
Apakah ada di antara mereka yang mampu bertahan hingga partai pungkasan dan membawa pulang gelar juara? Yah, kita nantikan saja.
Yang pasti, Denmark telah mengukir kenyataan yang sulit terulang. Dalam sejarah Piala Eropa, belum ada negara semenjana yang mampu "menyaingi" kiprah seajaib Denmark.
Yunani yang masuk barisan nonunggulan memang memenangi Piala Eropa di tahun 2004. Namun, jalan yang ditempuh tim dari Negeri Para Dewa itu tak seterjal jalur yang mesti didaki Denmark.
Maka, tak salah ucapan Schmeichel mengenai perjuangan berat mereka merengkuh Piala Eropa. Mantan penjaga gawang fenomenal itu pernah menyatakan tekad Denmark untuk memberikan pembuktian kepada masyarakat.