Aku diam tak mengerti maksud ucapannya. Kubiarkan saja ia melanjutkan kata-katanya.
"Mbak, lihat kamus, nih," ujarnya sembari menyodorkan kembali gawainya.
Kali ini kuterima perangkat pintar itu. Kulihat KBBI daring tersibak di layarnya. Di kolom pencarian, tertulis lema 'id' dan di bawahnya muncul makna dan penjelasan lainnya.
Aku melihat kamus itu mengartikan kata id sebagai 'hari raya'. Lantas apa?
Ah, baru paham aku kini. Berarti banyak orang berlebihan selama ini.
Sudah ada 'hari raya', mengapa ditambah 'hari raya' lagi? Jadinya ganda, kan, hari rayanya?
Namun, tetap saja aku tak habis pikir dengan sikap adikku. Untuk urusan seremeh itu, kenapa ia harus menyiksa diri dan nyusahin banyak orang lain?
Siapa sebenarnya yang melewah?
"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Jamaah salat Id yang dirahmati Allah ...."
Sayup-sayup, aku mendengar marbut menyampaikan pengumuman lewat pengeras suara masjid. Sebentar  lagi tentu ikamah bakal digemakan.
Kusambar lengan adikkku. Setelah mengunci pintu, setengah berlari kami menuju satu-satunya masjid di kampung kakekku.