Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hentikan Matahari agar Aku Bisa Ngobrol dengan Mu

27 Maret 2024   21:14 Diperbarui: 27 Maret 2024   21:23 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hentikan matahari," katanya, "Baru aku akan ngobrol denganmu."

Amir bin Abdi Qais meminta seseorang menghentikan perputaran matahari. Permintaan ganjil itu merupakan syarat bagi orang yang ingin berbincang-bincang dengannya.

Amir bin Abdi Qais adalah seorang tabiin, yakni golongan orang-orang yang pernah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw. Orang mengenal Amir sebagai seorang yang zuhud, senantiasa menjaga diri dari pengaruh kehidupan duniawi dan lebih berorientasi pada kehidupan akhirat.

Sudah barang tentu Amir memahami bahwa orang yang mengajaknya berbincang-bincang  tidak bakal mampu memenuhi permintaannya. Tidak ada seorang pun di muka bumi mampu menghentikan atau bahkan sekadar menunda barang sejenak pergerakan matahari.

Amir mengucapkan kalimat itu sebagai ungkapan bahwa dirinya tidak rela kehilangan waktu hanya untuk ngobrol ngalor ngidul yang tak jelas manfaatnya. Waktu memang teramat penting peranannya dalam kehidupan seorang soleh seperti dirinya.

Kisah singkat itu mengemuka dalam buku Manajemen Waktu Para Ulama karya Syaikh Abdul Fattah. Buku yang diterjemahkan dari Qimatuz Zaman 'indal 'Ulama itu merupakan salah satu "teman duduk" saya di Ramadan kali ini.

Beberapa judul buku lainnya tak mau ketinggalan. Mereka turut "menyemarakkan" Ramadan dengan menemani saya memanfaatkan waktu.

Sebagian di antaranya bahkan menyuguhkan tulisan-tulisan yang menggugah imajinasi hingga memunculkan ide bagi beberapa tulisan saya di Kompasiana. Tulisan-tulisan yang gagasannya bersumber dari buku antara lain membahas tentang sahabat nabi yang "menolak" keseimbangan hidup dan teman ngabuburit yang toleran dan tidak pelit.

Pokok Nikmat Paling Agung dan Berharga

Demikian penting unsur waktu dalam kehidupan manusia. Peran waktu yang sangat berarti telah mendorong penulis buku itu menjuluki waktu sebagai 'pokok nikmat yang paling agung dan berharga'.

Waktu yang tidak digunakan sebagaimana mestinya telah menimbulkan berbagai dampak buruk. Misalnya semangat para penuntut ilmu yang melemah, orientasi orang-orang yang bersungguh-sungguh mulai mengendur, dan orang yang membara semangatnya dalam menggeluti ilmu semakin langka.

Dampak selanjutnya adalah matinya kecerdasan serta jayanya kemalasan dan kebodohan. Lantas, muncul fenomena kelemahan dan ketertinggalan dalam barisan orang-orang yang menggeluti ilmu, termasuk menurunnya kualitas karya-karya mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun