Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Sebabak Drama Kocak tentang Wawancara Kerja yang Sengak

18 Januari 2024   16:32 Diperbarui: 18 Januari 2024   16:37 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wawancara kerja. Sumber gambar: dudu19 dari Pixabay.

Wawancara kerja adalah pisau bermata dua. Alih-alih membuka jalan memperoleh pekerjaan, jika tidak dilakoni secara seksama (tidak harus dalam tempo yang sesingkat-singkatnya), ia bisa menjelma sebagai sumber malapetaka.

Yuk, kita simak cerita kocak tentang proses wawancara kerja yang berakhir dalam suasana tak enak bagi kedua pihak.

Seorang lelaki muda tampak mengayunkan langkah menuju sebuah ruang yang agak temaram. Meskipun diliputi rasa gundah, ia berusaha menggugah semangatnya untuk terus melangkah.

Memang tidak seharusnya di kalbu si lelaki tercuat rasa gentar. Sebab, sejak jauh-jauh hari ia telah mempersiapkan diri menghadapi "pertempuran" hari ini.

Lelaki muda itu, Arhan (anggap saja nama sebenarnya), telah mempelajari berbagai strategi menjawab pertanyaan wawancara kerja. Sekalipun dicecar pertanyaan jebakan, mestinya ia tak teperdaya.

Selain itu, Arhan juga sudah melengkapi diri dengan pengetahuan mengenai perusahaan yang disasarnya serta posisi yang sekian lama diidam-idamkannya.

Nah, berbekal pengetahuan dan wawasan yang mumpuni, tak heran sang kandidat tak sedikit pun menyimpan keraguan di hati. Langkah-langkah yang diayunnya mengindikasikan betapa besar keyakinan dirinya.

Dan kini, ia telah duduk berhadapan dengan seorang pria yang memancarkan wibawa. Arhan terus berupaya membesarkan hatinya.

Sebelum lanjut, boleh juga mampir sebentar mencicipi lelucon tentang polah kaum rebahan yang tersaji dalam 10 peribahasa asal-asalan.

Seusai sejenak berbasa-basi, pewawancara kerja mulai melancarkan pertanyaan-pertanyaan dasar semacam perkenalan diri. Tentu saja si pemuda tidak mengalami kesulitan melewati tahap ini.

Jika membahas data diri semata, tentu bukan wawancara kerja namanya. Itu mah, kerjaan petugas sensus yang direkrut secara khusus untuk menghimpun data dengan serius.

Seorang pewawancara kerja sejati akan mengorek kemampuan kandidat pekerja yang hakiki. Dan, sepertinya, pertanyaan yang mengarah ke situ tinggal menunggu waktu.

Usai perkenalan diri dan beberapa pertanyaan umum lainnya, kini tiba saat yang mendebarkan. Pewawancara mulai mengajukan pertanyaan yang mampu membuat mulut kandidat mendadak tercekat. Bahkan, tak sedikit pelamar kerja gagap lantaran tak sigap memberikan tanggapan yang memikat.

"Coba ceritakan, apa kekurangan Anda."

Benar saja. Pria setengah baya itu mulai memainkan peran yang sesungguhnya.

Arhan menata napas perlahan-lahan. Ia berusaha mengingat-ingat kembali pelbagai tips yang pernah dipelajarinya. Dalam mempersiapkan diri, ia menemukan banyak bahan di sejumlah buku dan video yang membahas seluk-beluk wawancara kerja.

Aha! Ia mengingat formulanya dan segera merajut seuntai kalimat sebagai jawabannya. Sejurus kemudian, dengan suara yang dikondisikan agar terdengar meyakinkan, Arhan menyampaikan sederet kalimat yang meyakinkan. Ia merasa jawabannya bakal meloloskan dirinya dari perangkap yang dipasang pewawancara.

"Kekurangan saya adalah, saya sulit sekali membiarkan tempat di sekitar saya berantakan, barang-barang berserakan, dan sampah bertebaran. Jika melihat kondisi demikian, saya akan bergegas membereskannya agar suasana menjadi nyaman."

Tampak sekali wajah anak muda itu menunjukkan kelegaan setelah ia menyampaikan tanggapan. Wajah itu menyiratkan bahwa si empunya merasa puas atas apa yang baru saja dituturkannya. Sebaris kalimat yang seakan-akan menunjukkan kelemahan, tapi sebenarnya mengungkapkan kelebihan.

"Wah, kebetulan sekali!" ujar pewawancara dengan mimik gembira, "Kalau Anda diterima kerja di sini, Anda akan ditempatkan di unit kerja saya. Kita akan berada dalam satu ruang kerja nantinya."

Sejenak sang pemuda tercenung. Ia seperti merasakan sesuatu yang tidak ia bayangkan. Tanggapan pewawancara sungguh di luar dugaan. Tampaknya, Arhan berada dalam bahaya.

Yuk, selingi keseriusan hidup Anda dengan mengikuti petualangan Kancil Milenial yang kali ini gagal menyebar hoaks nakal.

Beberapa kali sang pewawancara menyunggingkan senyumnya. Senyum sarat kemenangan.  Setelah puas memandangi raut cemas persis di hadapannya, lelaki berpenampilan rapi itu kembali melanjutkan wawancara dengan cecaran berikutnya.

"Nah, sekarang, tolong sebutkan kelebihan yang Anda miliki."

"Baiklah, Pak," dengan segenap keyakinan, Arhan mulai melontarkan jawaban, "Saya punya suatu kelebihan yang selama ini sangat membantu saya menyelesaikan tugas-tugas yang harus saya emban."

Anak muda itu berhenti sejenak, menghela napas, lalu melanjutkan ucapannya, "Saya mampu memengaruhi orang-orang di sekitar saya untuk mengerjakan tugas-tugas saya."

Kali ini giliran sang pewawancara tergemap. Kayaknya, anak muda ini sedang menebar ancaman, begitu pikir sang pria. Pertanyaan jebakan yang diajukannya bisa berbalik menjadi bumerang.

Namun, tak lama kemudian, ia kembali menampakkan wajah yang cerah. Rupanya ia sudah menemukan cara jitu untuk menyingkirkan potensi bahaya yang ditebar si anak muda.

"Inilah saat yang tepat untuk menggunakan wewenang yang aku punya. Aku tahu apa yang harus kulakukan," pewawancara itu bergumam lirih.

Sungguh miris, cerita ini berakhir tragis dan bikin hati Arhan menangis. Pekerjaan yang sekian lama menghiasi mimpi-mimpinya, hilang entah ke mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun