Wacana sekolah tiga hari yang dilontarkan Seto Mulyadi alias Kak Seto membuat ingar-bingar dunia pendidikan. Usulan yang diajukan Kak Seto kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim tersebut menuai banyak reaksi dari berbagai kalangan.
Sejauh yang saya ketahui, reaksi menolak wacana "penyunatan" waktu sekolah tersebut cukup banyak. Pelbagai sanggahan merebak baik melalui bisik-bisik antar teman dan tetangga maupun lontaran-lontaran di media daring dan media sosial.
Apakah orangtua siap menyambut sekolah tiga hari?
Saya, terutama selaku orangtua, sempat terkejut dan bertanya-tanya, siapkah kita menerima dan menjalankan konsep sekolah dengan durasi belajar yang amat singkat itu? Beberapa hal segera terbayang dalam benak saya.
Pertama, terkait waktu luang anak-anak. Sistem sekolah yang hanya tiga hari dalam seminggu akan menyisakan demikian banyak waktu luang bagi anak-anak. Mengingat sistem sekolah yang kini ada dengan lima atau enam hari sekolah saja, banyak orangtua sudah sangat dipusingkan dengan cara anak-anak mengisi waktu luang mereka.
Salah satu pemandangan yang mencolok mata dan menjadi persoalan besar adalah menawannya dunia gawai. Sedemikian banyak anak-anak (usia) sekolah yang terpenjara oleh semaraknya dunia hiburan yang ditawarkan sebuah kemajuan teknologi dalam genggaman mereka.
Apakah "generasi penunduk" tidak akan semakin memenuhi jalan dan tempat-tempat umum lainnya?
Kedua, kecukupan asupan pelajaran bagi anak-anak. Bagi sebagian orang, sekolah yang berlangsung lima atau enam hari dalam sepekan masih terasa kurang memberikan pelajaran anak-anak. Seusai jam sekolah, banyak orang merasa perlu menambah jam belajar anak-anak dengan berbagai les dan semacamnya.
Belum lagi jika kita bicara masalah moral dan etika. Sistem pendidikan dengan sekolah-sekolah yang ada tampak belum berhasil menanamkan sikap dan perilaku yang baik dalam diri anak-anak didik.Â
Bagaimana kita masih sering menyaksikan tawuran antar kelompok pelajar, siswa yang memperlakukan guru dengan tidak sopan, siswa yang terlibat kriminal dan banyak lagi contoh-contoh yang lain.