Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

6 Hal Unik Menuju Sekolah, dari Pasar Murah hingga Aspal Ramah

22 November 2019   15:34 Diperbarui: 22 November 2019   23:03 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Kegiatan mengantar dan menjemput anak sekolah bakal membosankan bila dipandang sebagai sebuah beban pekerjaan. Apalagi bila tidak ada sesuatu yang mengasyikkan.

Saya merasakan cukup banyak manfaat yang bisa dipetik dari kegiatan antar jemput yang sejak beberapa bulan terakhir ini saya lakukan. Bukan di hari pertama sekolah saja.

Kedekatan dengan anak sudah pasti terjalin lebih baik seiring bertambahnya waktu bersamai anak. Dan kedekatan secara fisik yang intens akan membuka jalan kedekatan batin antara orangtua dengan anak.

Obrolan Ringan yang Menggembirakan

Perbincangan dengan topik-topik ringan akan membuka jalan. Obrolan tentang induk kucing yang gemar mendatangi rumah setiap hendak melahirkan, jika ditanggapi secara positif, bisa mendatangkan kegembiraan besar bagi anak-anak. 

Begitu menyaksikan raut muka anak menampakkan keceriaan, orangtua mana yang tak ikut senang?

Banyak sekali urusan-urusan "remeh-temeh" yang mampu menyadarkan saya, betapa kita sebagai orangtua harus mencoba melihat berbagai persoalan dengan kacamata mereka, anak-anak kita. 

Hal yang orangtua anggap tidak penting, ternyata bisa merupakan sesuatu yang sangat menentukan kebahagiaan anak-anak.

Siapa sangka anak-anak akan menemukan kegembiraan besar "hanya" gegara memenangkan lomba menghitung kucing yang kami temukan dalam perjalanan? Ini hanya salah satu contoh bentuk keasyikan kami, saya dan anak saya yang tengah belajar di tingkat sekolah dasar, menyusuri jalan yang terbentang antara rumah dan sekolah.

Hal-hal Unik Sepanjang Jalan

Untuk mengurangi penat yang sesekali hinggap, saya mencoba mencermati dan mencari hikmah-hikmah atau sekadar hiburan ringan di sepanjang perjalanan. Dan saya menemukan, di seputar tugas mulia mengantar generasi muda menimba pengetahuan, terdapat beberapa hal unik yang cukup menggelitik perasaan saya.

Hal-hal unik ini kadang-kadang hanya bersifat hiburan ringan. Namun ada pula yang sesungguhnya perlu diwaspadai karena membahayakan. Berikut ini enam di antaranya.

1. Tas sekolah berbagai rupa

Bila Anda sedang berada di jalan raya pada pagi hari beberapa waktu sebelum jam sekolah dimulai, mungkin Anda akan berkesempatan menyaksikan pemandangan nan elok. Tas sekolah serupa kodok hijau atau tas bersayap macam kupu-kupu nemplok di punggung bapak-bapak atau emak-emak.

Anak-anak yang masih berusia TK hingga awal SD yang diantar bapak atau ibunya naik sepeda motor biasanya duduk di depan sang ayah atau bunda. Nah, selain menyetir, tugas tambahan para ayah dan bunda adalah menggendong tas aneka rupa itu.

2. Sapaan klakson yang membingungkan

Sebenarnya sapaan klakson bukan monopoli para pengantar sekolah. Suara klakson kendaraan bermotor untuk menyapa teman dan kenalan yang tersua di jalan raya telah menjadi kebiasaan umum di negeri ini. Dan para pengantar anak sekolah rupanya tak mau ketinggalan turut berpartisipasi melestarikan budaya tat tet tot ini.

Saat berjalan beriringan dengan pengantar lainnya, lalu terdengar suara "Tet tot!" dari depan kita, tak jarang kita bingung dibuatnya. Ada beberapa macam kebingungan yang mungkin melanda diri kita.

Pertama, apakah kita telah menghalangi jalan seseorang hingga ia memperingatkan kita dengan klaksonnya. Kedua, apakah kita mengenal orang yang menyapa kita dengan suara klakson, padahal kita tak melihat wajah si penglakson yang tertutup kaca hitam di kepalanya.

Daripada pusing-pusing mikirin berbagai kemungkinan yang bisa terjadi, mendingan anggap saja ia menyapa kita. Tinggal pencet tombol bergambar terompet di setang motor kita. "Tet tot!" Selesai sudah persoalan yang menghadang kita.

3. Ini sekolah atau pasar murah?

Menurut ilmu ekonomi yang pernah saya pelajari, pasar akan terbentuk jika ada penawaran yang bertemu dengan permintaan. Dijembatani oleh grup-grup media sosial, penawaran bisa lebih mudah menemukan permintaannya.

Dan, di halaman-halaman sekolah atau di tempat-tempat yang telah diperjanjikan lainnya, bertemulah penjual dan pembeli. Maka sejak saat itu  terbentuklah pasar-pasar baru dengan berbagai komoditi yang diperdagangkan.

Mulai pasar sprei hingga pakaian dan asesoris wanita. Dari pasar bawang goreng sampai pasar gula aren. Dan adakalanya kita bisa menemukan jenis pasar yang bisa mendukung cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa, yakni emak-emak melek literasi yang berjual beli buku-buku.

4. Jadi belanja, deh!

Saat penjemputan pada siang atau sore hari, adakalanya anak-anak merengek minta dibelikan minuman ringan karena kehausan. Orangtua yang tak tega akan mengiyakan permintaan anaknya. Masuklah mereka ke koperasi sekolah atau sebuah mini market di pinggir jalan.

Ketika keluar dari pintu koperasi atau toko swalayan, si anak memegang sebuah teh kotak dengan sedotan menempel di mulutnya. Sementara itu kedua lengan ayahnya menenteng bungkusan plastik berisi biskuit, kacang kulit, kopi sasetan, pisau cukur, perlengkapan mandi dan entah apa lagi. 

Lha, Bapak mau menjemput anak sekolah apa belanja bulanan?

5. Kalau hujan, mantelnya untuk siapa?

Pada musim kemarau seperti yang sudah atau akan kita lewati, urusan pengantaran dan penjemputan sekolah tak membawa masalah. Namun harap waspada, saat butir-butir air dari langit mulai mengguyur bumi menandai awal musim penghujan.

Seringkali, jumlah mantel yang tersimpan di bawah jok sepeda motor tidak mencukupi. Celakanya lagi, mantelnya bermodel baju dan celana. Jika hujan yang cukup lebat tiba-tiba menyapa ketika kita baru keluar dari gerbang sekolah, lalu mantel satu-satunya yang tersedia untuk siapa?

Jangan sampai nasib buruk yang menimpa Nasruddin Hoja terjadi pada kita. Sudah tahu cerita Nasrudin Hoja yang pergi ke pasar bersama seorang anaknya dengan membawa seekor keledai yang akan dijualnya?

Ketika di awal perjalanan mereka berdua berjalan kaki sambil menuntun si keledai, orang yang dijumpai di jalan mengatakan bahwa Nasruddin sangat bodoh tak memanfaatkan sumber daya keledai untuk dinaiki. Maka naiklah mereka berdua ke punggung keledai.

Menyaksikan pemandangan ini, orang kedua yang ditemui Nasruddin geleng-geleng kepala. "Sungguh manusia tak punya perasaan!" begitu katanya. "Keledai sekecil ini ditunggangi dua orang." Maka Nasruddin pun turun dari punggung keledai dan menuntun binatang yang dinaiki anaknya itu.

Ini pun menimbulkan masalah. Orang berikutnya memandang sinis kepada keduanya. Ia bilang, anak Nasruddin tak tahu diuntung. Masak, dia enak-enakan naik keledai dan membiarkan bapaknya yang sudah tua tertatih-tatih berjalan kaki.

Atas kritikan orang itu, Nasruddin dan anaknya segera bertukar posisi. Nasruddin nangkring di punggung keledai dan sang anak menuntunnya di depan.

Suara nyinyir belum juga berakhir. Kali ini giliran Nasruddin yang dibilang tak tahu diri oleh orang yang berpapasan dengannya. "Masak ada orangtua tega membiarkan anaknya kecapekan berjalan kaki sedangkan dirinya berleha-leha di atas pelana?"

Biar tak bernasib seperti Nasruddin Hoja, sebaiknya kita siapkan mantel secukupnya.

7. Adakah aspal yang ramah anak?

Kondisi yang satu ini bisa menjadi bencana yang serius. Kita bisa melihat, tak sedikit orangtua bersepeda motor memboncengkan anaknya tanpa dilengkapi peralatan keselamatan yang memadai.

Tak jarang orangtua mengenakan helm pengaman, sedangkan anak dibiarkan bertelanjang kepala. Saya belum pernah mendengar ada jenis aspal yang ramah anak. Aspal yang keras ketika berbenturan dengan kepala orang dewasa dan berubah menjadi lunak saat yang menyentuhnya kepala anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun