Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bercanda Secara Jujur, Seperti Canda Kanjeng Nabi

11 November 2019   16:58 Diperbarui: 11 November 2019   17:02 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Rasulullah Muhammad saw pernah mengatakan kepada seorang wanita tua bahwa surga tak dihuni oleh perempuan yang telah renta. Sebuah ucapan yang membuat seorang wanita tua menangis sedih. Padahal sang wanita sengaja mendatangi Rasulullah minta didoakan agar kelak ia masuk surga.

Menyaksikan perempuan tua yang meninggalkannya sembari menangis, beliau langsung meminta seseorang untuk segera mendatangi sang perempuan. Beliau mengatakan, "Beri tahukan kepada perempuan itu, bahwa ia tidak akan masuk surga dalam keadaan renta. Allah SWT berfirman, 'Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) secara langsung; lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan; yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya. (al-Waqi'ah: 35-37)." (HR. Tirmidzi, Syama'il).

Rasulullah Suka Bercanda

Itulah sepenggal kisah Rasulullah saw yang menunjukkan bahwa beliau bukanlah seorang yang selalu serius menghadapi berbagai persoalan. Ternyata beliau juga suka bercanda.

Kisah-kisah yang mengabarkan kesukaan beliau bercanda cukup banyak. Selain mencandai seorang wanita tua, beliau juga gemar bercanda dengan keluarga, para sahabat, orang kebanyakan hingga anak-anak. Kisah-kisah kedekatan Rasulullah dengan cucu-cucu beliau, Hasan dan Husen, juga tak lepas dari canda.

Saya masih mengingat sekilas beberapa kisah kebersamaan Rasulullah dengan cucu-cucunya yang penuh rasa gembira. Bagaimana senangnya anak-anak kecil itu bermain kuda-kudaan dengan kakek mereka. Juga panggilan-panggilan sang kakek yang bernada canda tetapi tak membuat anak-anak merasa terhina.

Sebagai seorang teladan umat, tentu saja beliau sangat menjaga etika meskipun dalam suasana bercanda. Seorang sahabat beliau pernah menceritakan sabda Rasulullah berkaitan dengan bercanda atau bergurau.

'Ubaid bin Umair meriwayatkan bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki yang bertanya kepada Ibnu Umar, "Apakah kamu pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya aku suka bergurau, tetapi aku tidak berkata melainkan kebenaran.'" Ibnu Umar menjawab, "Ya". (HR. At-Tirmidzi, kita al-Birru wash-Shalati)

Kebenaran adalah salah satu prinsip yang selalu dipegang nabi, dalam situasi serius atau bercanda. Gurauan yang dilontarkan beliau pun tetap dalam koridor kebenaran. Candaan tentang nenek-nenek yang tak ada di surga beserta penjelasannya menunjukkan hal itu.

Canda-canda yang dilakukan Rasulullah juga dalam rangka menebar kasih sayang. Kisah nenek-nenek di atas dan beberapa kisah canda Sang Nabi dengan cucu-cucunya juga penuh ungkapan kasih sayang.

Contoh lain cara bercanda yang tak melenceng dari prinsip kebenaran adalah gurauan nabi tentang anak unta. Suatu saat seorang sahabat mendatangi Rasulullah SAW. Sang sahabat meminta bantuan untuk mencarikan unta yang akan dipakainya untuk mengangkut barang-barangnya ke suatu tempat.

Rasulullah segera menanggapi permintaan sahabat dengan mengatakan, "Kalau begitu kamu pindahkan barang-barangmu itu ke anak unta di seberang sana."

Mendengar ucapan Rasulullah, sang sahabat menjadi bingung dan ragu. Ia membayangkan kecilnya kemungkinan seekor anak unta yang kecil dan lemah dapat mengangkut barang-barangnya yang berat. Ia pun lantas menyampaikan keheranannya ini kepada Rasulullah.

Di luar dugaan, Rasulullah menjawab bahwa yang dimaksudkannya sebagai anak unta ternyata adalah seekor unta dewasa. Beliau pun memberikan penjelasan, "Tidak mungkin seekor anak unta lahir dari ibu selain unta."

Cara Bercanda Masa Kini

Selain jujur, candaan sang nabi juga dilakukan dalam koridor kelembutan. Tidak mungkin nabi bergurau dengan teriakan-teriakan apalagi umpatan.

Begitulah, seorang rasul bercanda pun tak melepaskan etika. Tetap mengedepankan kejujuran. Juga kelembutan dan kasih sayang. Sungguh berbeda dengan cara bercanda kebanyakan manusia.

Jika mengingat berbagai tontonan masa kini yang mengandalkan unsur canda sebagai daya tariknya, sungguh amat berbeda. Demi mendapatkan tepuk tangan, nyaris menggunakan segala cara untuk memancing tawa.

Tak segan membuat malu teman. Tak malu menimbulkan sakit hati orang. Ucapan-ucapan menohok kekurangan fisik tak membuat risi. Tangan dan kaki pun acap ikut beraksi.

Hal yang tak jauh beda banyak menghiasi halaman-halaman sosial media. Sering kali dalam upaya meraup pembaca dan memancing rasa suka, seseorang menggunakan strategi canda. Namun, canda-canda yang ditayangkan tak sedikit yang menjauhi etika.

Jangan tanya soal materi-materi yang dicandakan. Aib orang yang semestinya disembunyikan, justru diumbar. Kalimat-kalimat berisikan kata-kata tak pantas yang seharusnya ditinggalkan, malah diobral habis-habisan di atas pentas.

Momen peringatan Maulid Nabi yang masih hangat ini bisa menjadi salah satu sarana mengingat keteladanan nabi. Termasuk dalam urusan senda gurau dan canda.

Rasulullah saw dengan segala ucapan dan tindakannya, baik di kala serius maupun dalam suasana bercanda, memang akan senantiasa menjadi teladan hingga akhir zaman.

Referensi: 1, 2.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun