***
Itu tadi baru wacana pembuka. Persoalan kedua yang sebetulnya menjadi pokok pembahasan sesuai judul di atas sana. Menyikapi bacaan pilihan anak-anak, perlukah orangtua melakukan razia?
Di antara empat judul buku di genggaman tangan anak saya, tiga tema tidak menjadi masalah bagi saya. Melihat cover dan sinopsisnya, saya menyimpulkan bahwa ketiga buku itu "baik-baik saja". Hanya satu yang cukup membikin was-was hati saya.
Masih terkait dengan persoalan pertama, saya meminta anak saya mengembalikan buku yang "berbahaya" itu ke rak semula. Ibarat sebuah peribahasa "Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui", dengan mengembalikan buku itu, saya mendapatkan dua keuntungan sekaligus hanya dengan satu upaya.
Keuntungan pertama, saya tidak perlu terlalu dalam merogoh dompet saya. Sedangkan yang kedua, saya bisa melepas tiga buku ke tangan anak perempuan saya dengan hati yang tenang tanpa rasa curiga. Sebab ketiganya hanya novel remaja biasa.
Namun apa daya. Justru satu buku itulah yang paling diinginkannya. Dia tidak terlalu berkeberatan mengembalikan salah satu buku di antara tiga yang lainnya. Dan satu buku yang paling saya khawatirkan justru sangat erat didekapnya.
Kami sempat agak bersitegang. Buku itu membuat saya agak cemas. Ia sebuah novel terjemahan karya seorang penulis Jepang. Sinopsis di sampul belakangnya menunjukkan seperti apa isi buku yang ditujukan bagi anak-anak di atas 13 tahun itu. Begini bunyi salah satu kalimatnya:
"... akankah seluruh kelas mati bersimbah darah?"
Anak saya ngotot menyatakan bahwa isi buku itu biasa saja. "Tidak ada yang perlu Ayah khawatirkan soal buku ini!" Ia meyakinkan saya.
Menyaksikan keteguhannya, saya pun untuk sementara mengalah. "Baiklah, kita ambil buku itu. Nanti Ayah akan cek detil isinya di rumah." Demikian kata hati saya.
***