Saya tak merasa heran jika tiap Bulan Ramadan terjadi kenaikan harga bahan pangan. Ramadan kali ini pun akan sama saja. Tanda-tanda harga bahan kebutuhan Ramadan akan naik sudah terlihat sejak beberapa hari menjelang masuk bulan puasa. Tinggal menunggu siklus inflasi musiman menghampiri kita.
Ramadan kali ini dimulai pada Senin. Maka, Sabtu dan Minggu sebelumnya bisa disebut sebagai "hari raya belanja". Pada hari itu, seakan-akan warga bermigrasi ke pusat-pusat perbelanjaan.
Daftar belanja setiap orang jauh lebih panjang dibandingkan hari biasa. Barang-barang yang tidak biasa masuk daftar belanja harian atau bulanan, kali ini terpaksa harus tercantum dalam catatan belanja. Sebut misalnya kurma dan sirup, dua barang yang selalu merajalela setiap Ramadan tiba.
Bisa juga barang-barang yang selama ini sudah masuk daftar belanja, kali ini volumenya dilipatgandakan seperti misalnya buah-buahan.
Permintaan konsumen akan bahan-bahan kebutuhan pokok pun ikut terdampak oleh antusiasme warga mengonsumsi aneka makanan dan minuman. Di samping makanan dan minuman khas Ramadan, masyarakat juga tetap membutuhkan bahan-bahan pokok seperti beras, telur, dan minyak.
Selain untuk kebutuhan keluarga, banyak juga warga yang menyediakan makanan untuk berbuka puasa bagi masyarakat. Tak sedikit pula organisasi, instansi, dan perusahaan yang menyelenggarakan acara buka bersama anak yatim misalnya. Volumenya tentu cukup besar mengingat maraknya kegiatan semacam itu. Maka, kebutuhan akan bahan-bahan makanan kian berlipat.
Maka, troli-troli belanja menghilang dari tempat penyimpanan. Seluruhnya beredar di lorong-lorong sempit di antara rak-rak supermarket dan tempat-tempat belanja lainnya.
Pada Ramadan tahun-tahun sebelumnya, saya sempat menjadi bagian dari kerumunan orang di pasar swalayan. Merasakan capeknya berdesak-desakan, memilih-milih barang dan berebut antre di depan kasir.
Beruntung sekali sekarang pusat-pusat perbelanjaan jauh lebih dingin dan nyaman. Bayangkan jika aroma keringat sekumpulan manusia itu tidak ditelan sejuknya angin yang tersembur dari pendingin ruangan.
Ramadan kali ini saya tidak berada di sana saat terjadi kerumunan massa. Tak ikut "menikmati" acara berdesak-desakan berburu bahan makanan. Saya hanya melihat sekilas pemandangan itu saat berlalu di depan sebuah tempat belanja kebutuhan warga.
Sepanjang bulan puasa berjalan, kemungkinan besar tingkat konsumsi masyarakat tetap berada pada posisi yang tinggi. Bisa naik secara kuantitas, bisa juga pada sisi kualitas.