Namun sayang, seperti diakui seorang anggotanya, KPU tidak bisa memaksa caleg untuk membuka data mereka. Hal tersebut diserahkan sepenuhnya kepada para caleg dan partai politik yang menaungi mereka.
Tinggal kini ada kemauan atau tidak dari para caleg dan parpol untuk membuka data diri mereka. Mudah-mudahan caleg dan parpol melihat kesempatan ini sebagai peluang untuk mempromosikan diri mereka, bukan malah menyembunyikan identitas caleg yang sebenarnya.
Kecuali jika caleg dan parpol masih tetap merasa cukup puas setelah memasang baliho di perempatan jalan dengan memajang tampang mereka dan sedikit kata atau kalimat yang sering kali diambil dari kamus bahasa dewa.
Para Caleg, Menulislah
Selain membuka data profilnya, ada beberapa sarana lain yang bisa dimanfaatkan oleh para caleg untuk mempromosikan diri mereka. Salah satu cara yang menurut saya layak diupayakan adalah menulis.
Yang saya maksudkan dengan menulis tentu bukan sekadar menulis "secuit" ujaran dalam media sosial. Namun, alangkah baiknya jika mereka mau meluangkan waktu untuk menuliskan pandangan dan pemikiran mereka terkait dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Menulis semacam ini bisa dilakukan di media arus utama maupun media daring. Materi tulisan tidak harus secara jelas mengungkapkan propaganda tentang apa yang akan dilakukannya kelak jika terpilih sebagai anggota dewan. Lebih baik mereka memberikan pandangan atas hal-hal yang terjadi di masyarakat, lalu menyampaikan pemikirannya dalam upaya mengembangkan sumber daya dan kemampuan masyarakat memperbaiki kondisi yang ada saat ini.
Tulisan dalam bentuk artikel atau opini tentu sangat berbeda dengan cuitan di media sosial. Menulis artikel membutuhkan daya nalar yang baik. Menulis opini yang terstruktur juga menuntut kesungguhan untuk mengumpulkan data, menganalisa dan menumpahkannya dalam wujud tulisan.
Tulisan bisa menunjukkan siapa penulisnya. Selain membuat pemikiran-pemikiran penulisnya akan mengemuka, tulisan juga bisa digunakan untuk melihat indikasi runtutnya pikiran seseorang.
Memang seseorang yang mampu memaparkan ulasan dan gagasan dalam bentuk tulisan belum menjamin ia akan melakukannya dalam wujud kerja nyata. Namun setidaknya, kita bisa sedikit menakar apa yang ada dalam pikirannya serta kemampuannya menyampaikan kepada publik secara elegan. Lumayan, daripada hanya kalimat-kalimat selangit yang terpampang di baliho-baliho yang seringkali merusak pemandangan.
Dengan demikian, kita lebih bisa berharap wakil-wakil kita kelak memiliki wawasan yang luas, mempunyai kemampuan menganalisa kejadian berdasarkan data yang valid, tidak asal bicara tanpa didasari data yang benar.