Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mata Awam Memandang Kompasiana

8 November 2018   17:27 Diperbarui: 8 November 2018   17:53 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepulang sekolah di sebuah TK, bukannya teriak-teriak minta makan, anak saya malah kerap langsung menghambur ke rak mainan. Dengan baju dan celana seragam sekolah masih melekat di badannya, ia keburu asyik dengan mobil-mobil barunya.

Hampir semacam itu pula kelakuan saya. Adakalanya keinginan hati hendak segera memburu tulisan-tulisan di Kompasiana. Namun apa daya, lagi-lagi sebagai orang tua, saya mesti memberikan teladan yang baik bagi anak-anak. Maka saya pun harus menahan diri dan menunda bercengkerama dengan Kompasiana hingga waktu yang tepat tiba.

Pernah saya mendapati anak saya demikian gelisah saat tidak bisa menjalankan mobil mungilnya di jalur plastik yang telah disiapkannya. Ia mondar-mandir dengan mimik yang tak mengenakkan. Merengek-rengek kepada siapa pun yang dijumpainya untuk membantunya membetulkan mobil mainannya.

Saya pun pernah mengalami hal serupa terhadap Kompasiana. Ngevote susah, berkomentar pun tak bisa. Padahal banyak tulisan menarik dan inspiratif yang perlu diapresiasi dengan sebuah nilai dan kata-kata. Bila anak saya mondar-mandir disebabkan oleh kesulitannya, saya hanya duduk gelisah sembari mencoba-coba. Rupa kami saja yang sama-sama tak menyenangkan siapapun yang melihatnya.

Untung saja masalah roda macet si Hot Wheel andalan terselesaikan pada akhirnya. Sementara untuk masalah Kompasiana, para admin yang memandu saya. Seperti juga Hot Wheel yang bisa kembali melaju, masalah tidak bisa ngevote dan berkomentar pun kelar meskipun harus kontak sini kontak sana untuk waktu yang lumayan lama.

Tertipu Fatamorgana

Satu inisiatif Kompasiana yang membikin saya cukup penasaran adalah K-Rewards. Awal Oktober lalu, sempat membuncah harapan bahwa nama saya akan tercantum dalam daftar penerima reward  periode September 2018. Perasaan siapa yang tidak bangga bisa berjajar dengan akun-akun ternama?

Saya memang tidak membukukan banyak karya di bulan itu, kecuali empat artikel saja. Alhamdulillah, keempatnya memperoleh predikat 'artikel utama' dari para admin Kompasiana. Jumlah view yang tertera sesuai penglihatan saya hampir berlipat dua dibandingkan standar minimal yang harus tersedia.

Namun ternyata, angka di Kompasiana hanyalah fatamorgana. Senyatanya, bilangan yang saya dapatkan masih jauh di bawah yang tertampak mata. Jadi lain waktu, saya akan membagi angka itu menjadi tiga.

Sebaliknya di bulan Oktober, tayangan artikel saya amat minim. Ternyata, saya tidak dapat reward juga. Ya iya lah. Memang tak ada kinerja yang didapat semudah memalingkan muka. Saya harus meningkatkan jam terbang sebelum berharap macam-macam. Semoga saja saya bisa mengikuti jejak para Kompasianer senior yang telah memberi teladan.

Untuk hal yang terakhir akan saya sampaikan ini, saya belum menemukan padanan yang serupa dengan kasus Hot Wheel anak saya. Di Kompasiana, saya mendapati keramahan dan kerendahhatian para Kompasianer senior yang tak segan memberikan motivasi dan penghargaan dengan komentar-komentar mereka. Cukup banyak yang berbaik hati mencentang vote menarik, inspiratif dan yang  lainnya. Tak sedikit pula Kompasianer yang rela "mewakafkan" waktunya untuk menyemangati dengan beberapa kata atau kalimat di kolom komentar. Padahal, mereka sudah pada senior, lho.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun