5. Buatlah garis hubung yang melengkung agar tidak membosankan otak.
6. Tampilkan satu kata kunci untuk setiap cabang untuk memberi lebih banyak fleksibilitas dalam mind map.
7. Perbanyak penggunaan gambar, karena bak ungkapan "gambar bermakna seribu kata", maka semakin banyak gambar, kemungkinan pengembangan kata akan berlipat.
Baiklah, saya akan segera menyampaikan pengalaman saya dalam proses penulisan menggunakan mind map melalui dua contoh.
Contoh pertama adalah tulisan saya yang dinilai redaksi pantas bertengger di jajaran headline Kompasiana berjudul "Sedotan dalam Hidung Penyu (Bukan) Milik Saya". Artikel ini berangkat dari imajinasi yang saya olah dengan sarana mind map. Begini ceritanya.
Awalnya saya amat terenyuh menyaksikan sebuah video yang menggambarkan penderitaan seekor penyu akibat hidungnya kemasukan sebuah sedotan plastik. Sekonyong-konyong tersembul sebuah pertanyaan dalam benak saya, siapa yang membuang sedotan sembarangan? Saya jadi berkhayal bahwa sedotan itu berasal dari diri saya.
Maka, ide pun mencuat di kepala. Saya akan menuangkannya dalam sebuah artikel. Namun saat itu belum sedikit pun muncul gagasan mengenai bentuk dan isi tulisan yang akan saya bikin.
Mind Map Sang Penolong
Dalam kondisi demikian, saya lantas teringat pada mind map. Karena piranti untuk mencipta mind map sudah selalu tersedia, saya pun segera mulai coret-coret.Â
Berhubung sejak mula yang terbayang dalam benak saya adalah imaji bahwa sedotan yang menancap dalam hidung si penyu berasal dari saya, maka mind map bertumpu pada tema itu.
Cabang-cabang utama tersebut lantas melahirkan cabang-cabang kedua, ketiga dan seterusnya.