Mohon tunggu...
Liliek Purwanto
Liliek Purwanto Mohon Tunggu... Penulis - penulis

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Antara Gawai dan Tema Hari Anak Nasional

24 Juli 2018   01:46 Diperbarui: 24 Juli 2018   18:55 1755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: ayobandung.com

Menyitir warta yang disiarkan Republika.co.id dalam peringatan Hari Anak Nasional (HAN) pada 23 Juli 2018 ini, Kementerian PPPA mengangkat tema 'Anak Indonesia, anak GENIUS (Gesit-Empati-Berani-Unggul-Sehat)'. Sebuah tema yang tepat karena saya melihat anak-anak era milenial memang tengah menghadapi tantangan berat terkait lima sikap yang dirangkum oleh Kementerian PPPA.

Tanda zaman milenial yang paling kasat mata adalah penggunaan gawai yang merajalela. Benda luar biasa itu telah amat mempengaruhi kehidupan manusia masa kini, termasuk anak-anak.

Coba cermati mata anak-anak dalam suatu kumpulan, lebih banyak menatap mata temannya, menikmati hamparan alam atau menunduk memandang layar kecil dalam genggaman tangannya?

Saya melihat, tema yang diusung Kementerian PPPA sejalan dengan permasalahan yang banyak ditimbulkan oleh keberadaan makhluk pintar berjuluk gawai. Tidak bermaksud menggeneralisasi bahwa dampak gawai selalu buruk, namun sekadar mengingatkan besarnya efek samping yang kurang menguntungkan perkembangan anak-anak Indonesia. Sebagaimana hal-hal lainnya, penggunaan gawai yang berlebihan umumnya menimbulkan pengaruh yang buruk bagi pemakainya.

Mari kita teliti hubungan antara gawai dengan tema HAN 2018 yang telah dicanangkan pemerintah melalui pemakluman oleh Ibu Menteri PPPA.

Gesit

Bayangan saya, anak yang gesit adalah anak yang gampang bergerak dan menyukai kegiatan yang membutuhkan energi. Anak-anak model begini suka bermain sepeda dan semacamnya serta gampang dimintai tolong Bundanya mengambilkan ember di dapur.

Mungkinkah kita bisa berharap munculnya anak-anak yang gesit tatkala mereka lebih banyak duduk, telentang atau tengkurap dengan sebelah atau kedua belah tangan selalu menggenggam telepon pintar?  

Anak-anak yang tenggelam dalam dunia gawai umumnya bermata sayu, badan lunglai dan tidak antusias. Amat jauh dari kesan gesit dalam pengertian yang umum. Kecuali bila yang diharapkan hanyalah kegesitan jempol dalam memencet tombol like atau mencari emoticon, atau kegesitan jemari tangan menari-nari di atas konsol gim.

Empati

Makna empati kurang lebih adalah perasaan seseorang yang sama dengan orang lain atau suatu kelompok. Orang yang memiliki empati mudah bersimpati pada kesusahan orang lain.

Harapan tumbuhnya empati dalam jiwa anak sangat sulit terwujud dengan semakin karibnya persahabatan seorang anak dengan gawai. Bagaimana mungkin perasaan senasib bisa timbul di hati anak-anak yang interaksinya dengan orang secara langsung amat minim? Bagaimana cara menumbuhkan rasa simpati anak yang lebih banyak ngobrol tanpa suara dengan orang-orang yang tidak berada di hadapan mereka atau memainkan permainan yang tidak ada dalam kehidupan nyata?

Berani

Sikap berani bisa diidentikkan dengan memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi bahaya atau ancaman dari lingkungannya atau menghadapi tantangan nyata yang ada di depan matanya.

Keberanian macam apa yang diharapkan akan tertancap di dada anak-anak yang jarang atau bahkan tidak pernah menjumpai cacing dan kadal di kebun misalnya? Apakah kita cukup bahagia menyaksikan putra-putri kita berani merundung teman-teman maya yang tidak pernah dilihat batang hidungnya, sementara mereka tak punya nyali untuk sekadar mengantarkan masakan Bunda kepada tetangga sebelah rumah?

Unggul

Secara sederhana manusia unggul berarti manusia yang memiliki kelebihan---yang positif---dibandingkan orang lain atau dalam satu kelompok tertentu. Misalnya memiliki kepintaran akademis yang lebih baik dibandingkan teman-teman sekelasnya, atau memiliki keterampilan terbaik dalam tim olah raga, dan lain-lain.

Keunggulan bisa sangat beragam wujudnya. Ambil satu contoh, keunggulan dalam bidang akademik. Beberapa hasil studi yang telah dilakukan lebih banyak menemukan adanya kemunduran prestasi akademik bagi anak-anak yang terpapar gawai secara berlebihan.

Kompas edisi 23 Juli 2018 memberitakan adanya mahasiswa yang nyaris drop out karena tidak pernah kuliah. Ia tidak bisa lagi meninggalkan gim daring dan biasa menghabiskan 18 jam dalam sehari waktunya untuk memainkannya.

Sehat

Meskipun disebut terakhir, namun saya yakin kesehatan bukan faktor yang paling tidak penting. Sudah banyak kajian yang menghubungkan antara kebiasaan penggunaan gawai yang berlebihan dengan kesehatan. Hampir seluruh kajian yang pernah saya temui menyatakan dampak buruk gawai terhadap kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Saya sebut saja beberapa pemberitaan terkait yang marak akhir-akhir ini.

Informasi mutakhir yang saya dapatkan, studi yang dipublikasikan di Journal of The American Medical Association, mengungkap remaja yang menggunakan internet terlalu sering punya risiko lebih tinggi terkena gejala ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), yakni perilaku menurunnya perhatian dan kecenderungan hiperaktif pada anak.

Tepat pada Hari Anak Nasional kemarin, Kompas mewartakan adanya beberapa anak remaja yang mengancam akan membunuh orang tua mereka karena dilarang menggunakan gawai.

Keseriusan masalah adiksi gawai telah mendorong WHO menetapkan kecanduan gim sebagai gangguan mental.

Semoga sikap-sikap seperti yang diidamkan oleh Bu Menteri bisa mewujud dalam diri sebanyak mungkin anak Indonesia di tengah gelontoran konten yang mampu melumpuhkan raga dan jiwa.

Selamat Hari Aanak Nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun