Harapan tumbuhnya empati dalam jiwa anak sangat sulit terwujud dengan semakin karibnya persahabatan seorang anak dengan gawai. Bagaimana mungkin perasaan senasib bisa timbul di hati anak-anak yang interaksinya dengan orang secara langsung amat minim? Bagaimana cara menumbuhkan rasa simpati anak yang lebih banyak ngobrol tanpa suara dengan orang-orang yang tidak berada di hadapan mereka atau memainkan permainan yang tidak ada dalam kehidupan nyata?
Berani
Sikap berani bisa diidentikkan dengan memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi bahaya atau ancaman dari lingkungannya atau menghadapi tantangan nyata yang ada di depan matanya.
Keberanian macam apa yang diharapkan akan tertancap di dada anak-anak yang jarang atau bahkan tidak pernah menjumpai cacing dan kadal di kebun misalnya? Apakah kita cukup bahagia menyaksikan putra-putri kita berani merundung teman-teman maya yang tidak pernah dilihat batang hidungnya, sementara mereka tak punya nyali untuk sekadar mengantarkan masakan Bunda kepada tetangga sebelah rumah?
Unggul
Secara sederhana manusia unggul berarti manusia yang memiliki kelebihan---yang positif---dibandingkan orang lain atau dalam satu kelompok tertentu. Misalnya memiliki kepintaran akademis yang lebih baik dibandingkan teman-teman sekelasnya, atau memiliki keterampilan terbaik dalam tim olah raga, dan lain-lain.
Keunggulan bisa sangat beragam wujudnya. Ambil satu contoh, keunggulan dalam bidang akademik. Beberapa hasil studi yang telah dilakukan lebih banyak menemukan adanya kemunduran prestasi akademik bagi anak-anak yang terpapar gawai secara berlebihan.
Kompas edisi 23 Juli 2018 memberitakan adanya mahasiswa yang nyaris drop out karena tidak pernah kuliah. Ia tidak bisa lagi meninggalkan gim daring dan biasa menghabiskan 18 jam dalam sehari waktunya untuk memainkannya.
Sehat
Meskipun disebut terakhir, namun saya yakin kesehatan bukan faktor yang paling tidak penting. Sudah banyak kajian yang menghubungkan antara kebiasaan penggunaan gawai yang berlebihan dengan kesehatan. Hampir seluruh kajian yang pernah saya temui menyatakan dampak buruk gawai terhadap kesehatan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Saya sebut saja beberapa pemberitaan terkait yang marak akhir-akhir ini.
Informasi mutakhir yang saya dapatkan, studi yang dipublikasikan di Journal of The American Medical Association, mengungkap remaja yang menggunakan internet terlalu sering punya risiko lebih tinggi terkena gejala ADHD (attention deficit hyperactivity disorder), yakni perilaku menurunnya perhatian dan kecenderungan hiperaktif pada anak.