Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Di Balik Pesona Kedung Maung, Antara Mitos dan Mistis

13 September 2020   09:30 Diperbarui: 13 September 2020   20:36 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurang lebih 10 meter kedalaman sungai tersebut atau kedung atau cekungan sungai. Persis di bawah jembatan, air yang menggenang berwarna hijau pekat dan airnya begitu tenang tidak ada gemercik air atau apapun pertanda kedungnya sangat dalam.

Mulanya biasa, berfoto dan meminta seorang teman untuk mengabadikan momen di bawah jembatan tadi dengan background bebatuan alami. Tidak lama dari berfoto dan menikmati aliran sungai di ujung sana tiba-tiba muncul keanehan.

Ini keanehan pertama yang saya rasakan, entah teman-teman merasakannya atau tidak karena hanya saya yang berada di titik tersebut yang lain agak menjauh karena mengambil foto. Saya sempat bergumam lirih "Kok, bau amis ya? Bau apa ini?"

Saya melihat sekitar dan sempat mengutarakan tapi tak ada yang mendengarnya satupun. Dan akupun melihat view yang cukup bagus untuk foto, awalnya biasa mungkin bau ikan mati atau bau endapan air tak lagi dipedulikan.

Di posisi ini sempat tercium bau amis atau bau anyir yang cukup menyengat dan nampak di belakang cekungan yang konon pintu masuk gua/dokpri
Di posisi ini sempat tercium bau amis atau bau anyir yang cukup menyengat dan nampak di belakang cekungan yang konon pintu masuk gua/dokpri

Lanjutlah saya berpindah posisi ke bebatuan yang lebih dekat dengan air sungai, tadinya ingin mencoba memegang air sungai tapi melihatnya yang hijau pekat jadi ragu dan memilih untuk tidak menyentuh air. Aliran air ada yang mengalir perlahan melintasi bebatuan kecil, masih dengan kebiasaan yang sama meminta foto dengan objek yang berbeda.

Memang foto itu membuat lupa dengan perasaan aneh yang tadi sempat saya rasakan. Sedang serunya berfoto tiba-tiba seorang warga di ujung sungai memberikan kode agar kami segera beralih dan naik dari tempat itu.

Tak ada panggilan hanya kode tangan karena jaraknya yang memang cukup jauh, agar kami semua tidak berlama-lama berada di situ. Tapi dasar sayanya yang memang hobi foto mau tidak mau harus dapat gambar yang terbaik.

Orang berbaju orange di ujung sana yang sedang memancing pun menghilang entah kemana. Dan kami akhirnya menyelesaikan foto-foto dan beranjak naik ke atas sambil mengamati dari atas pesona Kedung Maung.

Setibanya di atas ternyata orang yang tadi memberikan peringatan sudah berada tepat di dekat motor terparkir dan titik kami naik ke atas. Kaget, ada warga yang benar-benar peduli dan mau memperingatkan kami seperti ada bahaya yang akan menghadang kami bila kami tidak mau mendengarkannya.

Di bawah jembatan yang menghubungkan Dukuh Sokawera dan Dukuh Maung, Desa Tangkisan, Kecamatan Mrebet/dokpri
Di bawah jembatan yang menghubungkan Dukuh Sokawera dan Dukuh Maung, Desa Tangkisan, Kecamatan Mrebet/dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun