Penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru
Meski pemerintah sudah mulai menerapkan adaptasi kebiasaan baru di segala lini kehidupan dalam menghadapi covid19, namun nyatanya bencana non alam itu belumlah usai. Bahkan kasus orang yang terpapar covid19 masih terus meningkat di beberapa daerah.
Di Purbalingga, pasien covid19 satu per satu sembuh dan dibolehkan untuk pulang. Kasus positif covid19 pun tidak lagi bertambah hanya menyisahkan beberapa pasien yang masih dalam perawatan dan menunggu hasil swab berikutnya.
Walaupun demikian, masyarakat jangan sampai lengah apalagi mengabaikan protokol kesehatan yang ada. Masyarakat harus tetap disiplin menggunakan masker saat keluar rumah, mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer dan tetap menjaga jarak satu sama lain.
Covid19 Belum Usai, Bencana Lain Masih Mengintai
Covid19 memang belum usai, bahkan bencana lain masih mengintai dan membuat kita harus lebih waspada. Siapa sangka ketika beberapa wilayah sudah mulai menampakkan musim kemarau, namun di beberapa wilayah lainnya justru masih diguyur hujan dengan intensitas yang tinggi.
Salah satunya Desa Tanalum, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga yang tadi malam (17/6/2020) diguyur hujan yang lebat. Desa Tanalum merupakan salah satu desa yang rawan akan bencana longsor.
Betul saja, hujan deras yang mengguyur desa tersebut dari pukul 15.00 hingga pukul 20.00 mengakibatkan akses jalan terputus dan beberapa titik jalan tertimbun longsoran tanah. Tidak hanya itu hujan deras juga mengakibatkan gorong-gorong plat beton hanyat terbawa arus sungai.
Jalan amblas dan tidak bisa dilewati, belum lagi tebing-tebing jalan yang longsor hingga longsorannya menutup jalan. Hal ini tentunya harus betul-betul diwaspadai, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah rawan bencana longsor.
Hujan dengan Intensitas Tinggi dan Lama Harus Diwaspadai
Ketika hujan dengan intensitas yang tinggi dan terjadi dalam waktu yang lama harus diwaspadai agar tidak ada korban jiwa. Ancaman bahaya yang mengintai rumah warga di sekitar lereng-lereng perbukitan dan rawan longsor, alangkah lebih baiknya mencari tempat yang lebih aman untuk melindungi diri dan keluarga.
Akses jalan yang tertutup material longsor harus segera dibersihkan dengan gotong royong warga setempat. Namun bagaimana dengan akses jalan yang terputus atau jalan yang amblas? Tentunya dibutuhkan peran desa setempat, kecamatan hingga kabupaten/kota untuk ikut serta mengatasi hal tersebut guna memudahkan akses masyarakat setempat.
Hujan yang terjadi tidak hanya mengikis lapisan tanah tetapi juga meningkatkan debit air di Sungai Karang yang memisahkan antara Desa Tanalum dengan Desa Panusupan. Debit air yang deras juga mengakibatkan Sungai Kahuripan di Desa Tajug juga meningkat.
Tentunya hal ini harus terus dipantau agar tidak terjadi luapan banjir yang menggenangi rumah-rumah warga. Hujan yang deras juga berimbas pada naiknya debit air Sungai Gintung. Sungai Gintung yang bertemu dengan Sungai Klawing di Desa Slinga membuat debit air tinggi.
Masyarakat di Daerah Rawan Bencana Harus Siaga
Selain covid19, bencana alam seperti banjir dan tanah longsor juga harus menjadi perhatian. Masyarakat di daerah rawan bencana harus tetap siaga apalagi ketika hujan turun dengan intensitas yang tinggi atau lama.
Karena longsor dan banjir bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Di tengah situasi pandemi covid19, masyarakat juga harus tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid19.
Saat sedang membersihkan material longsor atau sedang melakukan evakuasi, protokol kesehatan harus tetap dipatuhi. Jangan sampai karena di daerahnya merasa aman dan tidak ada yang terpapar covid-19 sehingga masyarakat dengan begitu mudahnya mengabaikan protokol kesehatan yang ada.
Resiko Wilayah Terdampak Bencana Harus Dipantau
Beberapa wilayah yang ada di Purbalingga dengan resiko bencana yang sedang hingga tinggi juga harus selalu dipantau. Apalagi ketika terjadi bencana, pihak desa setempat harus segera berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten untuk melakukan penanganan.
Bencana bisa terjadi kapan saja, tidak melihat situasi dan kondisi yang ada. Seperti covid19 yang melanda tanpa pemerintah dan masyarakat tahu, adanya kasus orang yang terpapar covid19 hingga meluas ke penjuru negeri.
Sudah siapkah menghadapi segala bencana ada? Nyatanya perekonomian bahkan terganggu dan goncang, banyak dari pekerja yang akhirnya harus dirumahkan dan diberhentikan karena ekonomi yang tidak stabil.
Dunia pendidikan yang akhirnya mengharuskan anak-anak belajar dari rumah serta pegawai yang harus bekerja dari rumah. Sampai selang beberapa bulan akhirnya mendapatkan angin segar, dimana pemerintah menerapkan adaptasi kebiasaan baru untuk menghadapi bencana covid19.
Hidup Berdampingan dengan Bencana
Seperti halnya menghadapi bencana alam, mereka yang tingga di daerah rawan bencana tentu harus hidup berdampingan dengan bencana yang bisa tiba-tiba datang tanpa kita melakukan persiapan sebelumnya untuk mencegah atau menghindarinya.
Baik covid19 ataupun bencana yang lainnya memang harus disikapi dengan bijaksana. Tidak hanya tenaga medis yang berjuang, pemerintah juga berjuang menstabilkan keadaan yang ada, masyarakat pun tetap berjuang demi tetap menghidupi keluarga dan agar tetap sehat.
Jangan hanya menyalahkan satu pihak dengan pihak yang lain, tetaplah berpikir optimis, berpikir positif dan tanamkan kesadaran diri untuk mematuhi protokol kesehatan yang ada. Ketika ada bencana alam yang sewaktu-waktu melanda di tengah pandemi, masyarakat pun harus tetap siap dan waspada.
Sehingga bencana apapun dapat diatasi dan dilalui tanpa harus banyak mengeluh. Ikuti anjuran dari pemerintah dan patuhi protokol kesehatan yang ada, dengan demikian masyarakat besa tetap produktif dan aman. (Lilian Kiki Triwulan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H