Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bersahabat dengan Sampah di Tengah Pandemi

2 Juni 2020   14:13 Diperbarui: 3 Juni 2020   10:03 1331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roro Hendarti mengangkut sampah dari warga ke atas gerobak bermotor/Foto: Lilian Kiki Triwulan

Ketika mendengar kata 'sampah' yang pertama kali terbesit dalam pikiran adalah kotor. Belum lagi bau yang menyengat ketika sampah dibiarkan tergeletak begitu saja. Hal ini tentu akan membuat risih dan memilih menghindari tumpukan sampah yang ada.

Tapi tidak untuk pegiat lingkungan yang satu ini. Sebut saja Roro Hendarti (Roro), sosok perempuan tangguh dari Desa Muntang, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga. Selain menjadi pegiat literasi di desanya, Roro juga mengabdikan dirinya sebagai pegiat lingkungan di desanya.

Meskipun di tengah situasi pandemi covid-19, Roro bersama pegiat lingkungan yang lain berusaha untuk tetap mengambil sampah dari masyarakat. 

Sampah yang diambilnya adalah sampah anorganik yang sebelumnya sudah dipilah oleh warga Desa Muntang. Tidak menutup kemungkin baginya untuk mengambil sampah anorganik meskipun belum dipilah sebelumnya.

Sampah yang sudah terpilah langsung ditimbang di tempat, sedangkan yang masih tercampur ditimbang di bank sampah. Sebelum dinaikan ke gerobak motor roda tiganya kantong-kantong sampah tersebut disemprot terlebih dahulu menggunakan cairan disinfektan yang sudah disediakannya.

Seperti biasa dengan gerobak motornya ia berkeliling kampung untuk mengambil sampah dari masyarakat. Tak lupa ia membawa buku catatan dan alat untuk menimbang sampah sehingga memudahkan masyarakat ketika proses penimbangan.

Pengambilan Sampah dengan Protokol Kesehatan

Roro Hendarti menyemprotkan cairan disinfektan ke kantong sampah/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Roro Hendarti menyemprotkan cairan disinfektan ke kantong sampah/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Pandemi covid-19 nyatanya tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap berkontribusi terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam proses pengambilan sampah ia pun tetap mengacu pada protokol kesehatan pencegahan covid-19.

Ia tetap menggunakan masker ketika berkeliling kampung mengambil sampah yang ada. Biasanya warga akan memberitahukannya jika sampah mereka telah siap untuk diangkut dan sudah dimasukan dalam satu kantong plastik.

Kini, sudah banyak masyarakat di desanya yang paham dengan pemilahan sampah mulai dari rumah. Tentu hal ini memudahkan Roro saat proses penimbangan dan pencatatan, warga yang mengumpulkan pun menjadi lebih paham pentingnya memilah sampah dari rumahnya. 

Hal ini tentu memudahkan bagi Roro sehingga proses selanjutnya tinggal menimbang dan menaruh kantong-kantong sampah di gerobaknya.

Bank Sampah 'Sampah Sahabatku'

Roro Hendarti beserta para relawan sedang memilah sampah di Bank Sampah 'Sampah Sahabatku'
Roro Hendarti beserta para relawan sedang memilah sampah di Bank Sampah 'Sampah Sahabatku'
Setelah semua sampah selesai terkumpul, Roro membawa sampah-sampah tersebut menuju Bank Sampah yang berada di tanah lapang Desa Muntang. Bangunan yang menjadi tempat bernaungnya sampah-sampah organik ini diberi nama Bank Sampah 'Sampah Sahabatku'.

Gedung yang menjadi tempat berkumpulnya sampah-sampah anorganik dibangun oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah yang diresmikan pada Agustus 2017 dengan total anggaran senilai Rp 110 juta. 

Gedung tersebut tidak hanya sekedar gedung namun dilengkapi pula dengan fasilitas timbangan, mesin jahit, meja, kursi, fasilitas listrik dan ada etalase untuk memajang hasil kerajinan dari sampah yang terkumpul.

Di Bank Sampah inilah, Roro beserta relawan pegiat lingkungan yang merupakan masyarakat Desa Muntang memilah sampah sesuai jenisnya. Jenis sampah yang dikumpulkannya seperti botol plastik, gelas plastik, tas kresek, plastik putih, bungkus makanan, kertas, kardus, bungkus rokok, kotak susu, kaleng, seng, besi, sterofoam dan sampah anorganik lainnya.

"Itu sudah terpisah dari sampah organik, jadi tidak terlalu kotor dan lebih banyak yang bersih. kami juga mengumpulkan botol kaca, botol kosmetik, bekas sepatu, sandal, tas, bungkus minyak, bungkus sabun, sampo, pewangi diantaranya itu," kata Roro.

Setelah semua sampah terkumpul kemudian tugas selanjutnya adalah memilah dan membersihkan sampah anorganik. Sampah diolah sesuai dengan jenisnya, gelas-gelas minuman dibersihkan penutupnya, botol-botol dibuka penutupnya, label-label yang menempel dilepas satu persatu.

Setelah semua bersih dan sudah terpilah, kemudian ia jual kepada pengepul dan hasilnya dibagikan untuk warga yang sudah menyetorkan sesuai dengan berat dan jenis sampahnya. 

Tidak semua sampah anorganik tadi dijualnya, ada beberapa sampah yang diolahnya bersama masyarakat Desa Muntang menjadi kerajinan tangan.

Dapat Bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI

Gedung Bank Sampah 'Sampah Sahabatku' Desa Muntang/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Gedung Bank Sampah 'Sampah Sahabatku' Desa Muntang/Foto: Lilian Kiki Triwulan

Walau di tengah pandemi covid-19, ia tetap berusaha mengelola sampah dengan tetap menggunakan protokol kesehatan pencegahan covid-19. Beruntungnya di desanya masuk dalam kategori zona hijau sehingga Roro bisa tetap mengolah sampah anorganik kering dengan aman.

Ia juga mendapatkan bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI berupa 5 set Alat Pelindung Diri (APD), masker, kaca mata, topi, sarung tangan dan juga sepatu boat untuk digunakan mengelola sampah. 

Meski sedang ada wabah yang terjadi, ia tetap melihat kondisi di desanya, ketika dirasa aman ia bersama pegiat lingkungan yang lain kembali berkecimpung dengan sampah.

Jauh sebelum adanya covid-19 yang saat ini tengah mewabah, Roro biasanya menyempatkan waktunya untuk membuat kerajinan tangan berbahan baku sampah organik bersama warga sekitar. Mulai dari tas yang terbuat dari bungkus kopi atau makanan, hiasan bunga dari plastik dan karya-karya yang lain.

Suka Duka Bersahabat dengan Sampah

Roro Hendarti bersama suami membawa sampah yang sudah terkumpul ke Bank Sampah/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Roro Hendarti bersama suami membawa sampah yang sudah terkumpul ke Bank Sampah/Foto: Lilian Kiki Triwulan
Perjuangan demi perjuangan terus ia lakukan demi menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan menyadarkan masyarakat akan manfaat dari sampah yang diproduksi setiap hari. Namun untuk menyadarkan masyarakat tentang itu nyatanya membutuhkan proses yang panjang.

Tidak sedikit dari masyarakat yang memberikan sampah-sampah sisa makanan atau sampah yang tidak bisa didaur ulang. Bahkan untuk memulai semuai ia harus siap menerima cemoohan, hinaan dari masyarakat sekitar.

Tapi hal ini tidak lantas membuatnya pantang menyerah, ia tetap berkecimpung dan berusaha menyadarkan warga sekitarnya. Walaupun ada berbagai kendala yang harus dihadapinya.

Hal ini tidak menurunkan semangatnya meski kesehatannya kadang mulai menurun. Belum lagi jika kondisi sedang hujan langkahnya harus terhenti dan ia tidak bisa mengangkut sampah dari warga.

Semua itu tidak membuatnya menghentikan langkah, karena apa yang dilakukannya menjadi suatu kebahagiaan tersendiri baginya. Apalagi saat ini sudah banyak daerah-daerah lain yang belajar banyak dari Roro tentang pengelolaan sampah dan bagaimana menumbuhkan literasi di desanya.

Ditambah lagi ia juga sering diundang sebagai pembicara di tingkat kabupaten, provinsi hingga tingkat nasional terkait dengan semangatnya dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap literasi dan lingkungan. Dari sinilah, ia mendapatkan rejeki yang kemudian digunakannnya untuk operasional bank sampah.

Warga di desanya juga semakin hari semakin banyak yang sadar untuk peduli akan lingkungannya dengan memilah sampah di rumahnya masing-masing. Dari sini juga banyak yang kemudian membantu keberlangsungan limbah pustaka dan Bank Sampah 'Sampah Sahabatku'.

Meskipun berdiri di tengah-tengah keterbatasan yang ada, relawan yang masih sedikit bahkan dana yang minim, tidak menyurutkan niatnya untuk tetap berkontribusi untuk desanya. 

Dengan keberadaan limbah pustaka dan Bank Sampah 'Sampah Sahabatku' yang sudah banyak dikenal orang tentu menjadi penyemangat bagi dirinya untuk terus berkarya dan menginspirasi banyak orang. (Lilian Kiki Triwulan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun