Ia juga mendapatkan bantuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI berupa 5 set Alat Pelindung Diri (APD), masker, kaca mata, topi, sarung tangan dan juga sepatu boat untuk digunakan mengelola sampah.Â
Meski sedang ada wabah yang terjadi, ia tetap melihat kondisi di desanya, ketika dirasa aman ia bersama pegiat lingkungan yang lain kembali berkecimpung dengan sampah.
Jauh sebelum adanya covid-19 yang saat ini tengah mewabah, Roro biasanya menyempatkan waktunya untuk membuat kerajinan tangan berbahan baku sampah organik bersama warga sekitar. Mulai dari tas yang terbuat dari bungkus kopi atau makanan, hiasan bunga dari plastik dan karya-karya yang lain.
Suka Duka Bersahabat dengan Sampah
Perjuangan demi perjuangan terus ia lakukan demi menjaga lingkungannya agar tetap bersih dan menyadarkan masyarakat akan manfaat dari sampah yang diproduksi setiap hari. Namun untuk menyadarkan masyarakat tentang itu nyatanya membutuhkan proses yang panjang.
Tidak sedikit dari masyarakat yang memberikan sampah-sampah sisa makanan atau sampah yang tidak bisa didaur ulang. Bahkan untuk memulai semuai ia harus siap menerima cemoohan, hinaan dari masyarakat sekitar.
Tapi hal ini tidak lantas membuatnya pantang menyerah, ia tetap berkecimpung dan berusaha menyadarkan warga sekitarnya. Walaupun ada berbagai kendala yang harus dihadapinya.
Hal ini tidak menurunkan semangatnya meski kesehatannya kadang mulai menurun. Belum lagi jika kondisi sedang hujan langkahnya harus terhenti dan ia tidak bisa mengangkut sampah dari warga.
Semua itu tidak membuatnya menghentikan langkah, karena apa yang dilakukannya menjadi suatu kebahagiaan tersendiri baginya. Apalagi saat ini sudah banyak daerah-daerah lain yang belajar banyak dari Roro tentang pengelolaan sampah dan bagaimana menumbuhkan literasi di desanya.
Ditambah lagi ia juga sering diundang sebagai pembicara di tingkat kabupaten, provinsi hingga tingkat nasional terkait dengan semangatnya dalam membangun kesadaran masyarakat terhadap literasi dan lingkungan. Dari sinilah, ia mendapatkan rejeki yang kemudian digunakannnya untuk operasional bank sampah.
Warga di desanya juga semakin hari semakin banyak yang sadar untuk peduli akan lingkungannya dengan memilah sampah di rumahnya masing-masing. Dari sini juga banyak yang kemudian membantu keberlangsungan limbah pustaka dan Bank Sampah 'Sampah Sahabatku'.
Meskipun berdiri di tengah-tengah keterbatasan yang ada, relawan yang masih sedikit bahkan dana yang minim, tidak menyurutkan niatnya untuk tetap berkontribusi untuk desanya.Â