Adi dan ibunya masih tidak percaya atas kepergian ayahnya. Mereka berdua terus menerus menangis. Ibunya terus memeluk anaknya sambil mengusap kepala Adi.
Momentum lebaran yang sepi terasa semakin sepi dan menyisahkan kesedihan bagi Adi dan ibunya. Sosok ayah yang selalu ditunggunya sejak lima tahun lalu, tak lagi dapat ia jumpai. Ayahnya telah pergi untuk selama-lamanya.
Jika lebaran-lebaran yang lalu ia masih bisa menanti sang ayah atau sekedar mendengarkan suara ayahnya. Kini tidak lagi, ayahnya sudah tiada dan tak akan kembali lagi. Suara yang dirindukan Adi pun tidak akan ada lagi.
Walaupun begitu, bos dari ayahnya tetap bertanggung jawab atas kematian ayah Adi. Proses pemakaman dilakukan di tanah Medan karena tidak memungkinkan untuk membawa jenazah Pak Sukirno ke kampung halamannya. Dedi sebagai bosnya memberikan gaji dan santunan kematian untuk Adi dan ibunya selama satu tahun.
Adi pun harus rela mengikhlaskan kepergian ayahnya. Ia tak bisa lagi berjumpa dengan ayahnya. Kerinduan akan kepulangan ayahnya pun harus pupus karena ayahnya sudah pulang untuk selama-lamanya dan tidak akan pernah kembali lagi. Harapannya telah sirna, momentum lebaran ini terasa berbeda sekali sosok panutannya telah pergi.
Bahkan untuk melihat sosok ayahnya untuk terakhir kalinya pun tak bisa. Ia hanya bisa tegar dan merelakan, meskipun berat bagi Adi dan ibunya. Tapi mereka harus tetap berjuang untuk tetap melanjutkan hidup. Walaupun itu berat bagi mereka. (Lil's)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H