Mohon tunggu...
Lilian Kiki Triwulan
Lilian Kiki Triwulan Mohon Tunggu... Penulis - Always be happy

La vie est une aventure

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

"Iwak Uceng", Gurihnya Bikin Kangen

8 Januari 2019   16:06 Diperbarui: 8 Januari 2019   16:13 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Soal rasa, 'uceng' tidak pernah bohong"

Hai, hai semuanya...sudah pernah makan ikan? sudah dong pastinya ... "soalnya kalau gak makan ikan nanti ditenggelamkan sama bu Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan RI ya." Yang penting jangan tenggelam dalam lautan luka dalam ya, itu sungguh ter...la...lu...

Coba, sebutkan ikan apa saja yang kalian kenal? 'ehh kok mirip-mirip pertanyaan Pak Jokowi ya?' Tapi gpp lha ya biar ikutan hits. Ada ikan lele, tongkol, gurameh, nila, bawal dan masih banyak ikan-ikan lainnya yang berkeliaran bebas di sungai, kolam dan lautan.

Nah buat kalian orang Purbalingga khususnya nih, ada yang kenal sama 'uceng'? Itu lho iwak (ikan, Red) yang biasa hidup di sungai tapi bukan sembarang sungai. Tapi sayang ikan ini belum sepopuler ikan-ikan lainnya yang sudah naik daun ke piring saji di restaurant-restaurant ternama.

Oke, tepatnya di Kali (sungai, Red) Gintung, Kali Karang dan kali-kali  lainnya di Kecamatan Karangmoncol, kalian bisa menemukan komoditas ikan ini hidup berenang kesana kemari. Tapi tunggu dulu nih, ada informasi kalau ikan ini ditangkapnya susah-susah gampang 'kaya jodoh gitu...upss'. Kalau penduduk sekitar yang mencari iwak ini biasanya menggunakan semacam jaring khusus untuk menangkap ikan ini dan biasanya ikan ditangkap pada malam hari lho...

Perlu kalian ketahui, kalau iwak uceng ini punya cirri khas tersendiri beda dengan ikan-ikan lainnya yang punya tubuh besar dan berisi. Iwak uceng ini kecil, panjang dan pipih, lha gak ada dagingnya dong? Oke tenang dulu belum selesai nih bahas iwaknya ya.

Dari informasi yang terpercaya, iwak ini susah untuk dikembangbiakan di kolam tersendiri lho. Ikan ramping yang satu ini hanya bisa berkembang biak di sungai. Dan katanya ikan ini kalau lagi peralihan musim atau bisa dibilang hujan, terus terang, hujan lagi, terang lagi ikan ini akan banyak dijumpai dan hasil tangkapannya bisa banyak lho.

Gurihnya 'Iwak Uceng' Yu Tuji yang Terus Membekas

Foto by Lilian
Foto by Lilian
Perlu pembaca setia ketahui nih, kalau cita rasa iwak uceng ini hmm endolita binggoww. GURIHNYA KAGAK NAHAN...!!! dijamin bikin nagih pokoknya. Apalagi ditemani dengan sepiring nasi hangat yang masih mengepulkan asap, plus sambal terasi. Huwooowww mantap jiwa... bisa nambah berkali-kali dan lupa program diet nih.

Nah, kalau kalian mau mencari primadonanya Karangmoncol bisa ketemu sama salah satu penjual iwak uceng yaitu Yu Tuji. Yu Tuji ini sudah 20 tahun menjajakan iwak uceng gorengnya di Pasar Manis Karangmoncol. Ia menjajakan dagangannya dari mulai iwak uceng, iwak melem, belut, udang kali yang kecil-kecil yang sudah digoreng matang dan dijamin kelezatannya. Ia sendiri berjualan dari jam 6 pagi sampai jam 12 siang.

Istri dari Kasman ini setiap dini hari mulai jam 3 pagi harus mulai berkecimpung dengan ikan liar yang sudah didapatkannya dari para penyetor iwak uceng yang masih mentah. Iwak uceng ini kemudian diolah bersama dengan bumbu-bumbu pamungkasnya seperti jahe, kunyit, ketumbar, mrica, dan bawang putih. Selanjutnya siap masuk penggorengan 'srenggg' hingga matang, lalu diangkat, ditiriskan siap deh memanjakan lidah.

Tapi perlu kalian tahu nih, kalau iwak yang satu ini dari bobot satu kilo gram (kg) setelah digoreng menjadi menyusut tinggal 3 ons aja lho (makin kerempeng aja ni ikan). Jadi diperlukan 'uceng' mentah 3 kg untuk mencapai 1 kg 'uceng' mateng.

Soal rasa jangan ditanya, gurihnya gak ilang-ilang padahal Yu Tuji ini soal bumbu anti yang namanya pakai pengawet lho. Bumbu dapur yang ala kadarnya ternyata mampu menjadikan si 'uceng' ini panganan yang bisa dinikmati sendirian atau bersama kekasih tersayang.

Dalam waktu sehari, ibu dari tiga orang anak ini bisa mendapatkan iwak uceng yang masih mentah lima kg sampai 13 kg dengan harga Rp 80 ribu/kg. Hal ini rupanya tergantung pada hasil tangkapan penyetor dan kehidupan liar uceng yang sulit dijumpai di daerah lain, seperti tadi yang dibilang kalau uceng ini susah-susah gampang ditangkapnya.

"Harganya juga naik turun tergantung sama hasil tangkapan. Malah kalau mau lebaran 'uceng' bisa sampai Rp 400 ribu/kg," ungkap Yu Tuji.

Foto by Lilian
Foto by Lilian
Oke. Gurihnya 'iwak uceng' ini tidak hanya dijumpai di pasar saja lho. Di rumah wanita berusia 55 tahun ini tepatnya di Dusun Pepedan Karangmoncol Rt 01/06, kalian juga bisa menyantapnya langsung bersama nasi. Apalagi kalau mau minta iwak uceng yang masih anget, tentu bisa, langsung 'srenggg' digorengin sama Yu Tuji.

Tahu gak harga satu kg uceng berapa? Rp 300 ribu, woowww lebih mahal dari daging sapi ternyata. Tapi jangan khawatir, iwak uceng yang mateng juga bisa dibeli dengan kadar ons-ons a. Satu ons iwak ini dibandrol Rp 30 ribu, untuk isinya juga lumayan banyak kok. Jadi gak perlu takut kemahalan ya karena rasanya dijamin bisa bikin lidah berdendang dan ketagihan.

Eh iya, Yu Tuji ini juga menerima pesanan lho. Jadi buat kalian yang ingin menikmati gurihnya 'iwak uceng' bisa langsung berkunjung ke Pasar Manis Karangmoncol. Cari yang namanya Yu Tuji. Atau langsung aja deh ke rumahnya Yu Tuji di Dusun Pepedan Rt 01/06. Penasaran kan sama rasanya? Yuk langsung tancap gas Karangmoncol!!! (Lil's)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun