Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengalir Menembus Batasan

4 Februari 2024   11:00 Diperbarui: 4 Februari 2024   11:12 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang saya alami disebut dengan “flow (mengalir)”. Elaine Houston dalam “Your Personal Flow Profile” mendeskripsikan “mengalir” sebagai keadaan dimana seseorang melakukan suatu aktivitas dengan tujuan yang jelas, fokus, merasakan bahagia, menganggap aktivitas tersebut mudah dikerjakan, mampu mengendalikan aktivitasnya, beradaptasi dengan gangguan, dan waktu menjadi lebih cepat atau lebih lambat.

Saya menjadwalkan aktivitas-aktivitas menyenangkan tersebut di akhir pekan. Jadi tidak heran jika waktu bagaikan berlalu dalam sekejap. Seph Fontane menulis jika “mengalir” erat kaitannya dengan kinerja yang tinggi. Dengan memahami diri kita sendiri: di kondisi seperti apa dan aktivitas apa saja yang membuat saya mengalir, maka seseorang dapat menciptakan momen “mengalir” berulang-ulang.

"We are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act, but a habit." — Aristotle

Sama halnya ketika saya memutuskan untuk homeschooling Puteri Kecil. Ada banyak tantangan saat saya mengambil keputusan , seperti: “Autis apa bisa mengajar?”, “Apa autis bisa hidup sendiri?”, dan sederet keraguan orang-orang di sekeliling. Namun, saat ini usia Puteri Kecil hampir 11 tahun dan telah 8 tahun dia menjalani homeschooling.

Waktu delapan tahun ini tidak terasa. Dengan dukungan orang tua, adik, dan keluarga besar, saya dapat belajar dan melalui banyak hal. Bahkan, tak terasa jika hampir 2 tahun saya menjadi yatim piatu.

Satu hal yang saya pelajari dari hidup ini: penghalang sukses, tantangan mencapai impian, ataupun penghambat untuk menjadi versi terbaik dari diri kita adalah apa yang kita percayai.

Saya percaya TUHAN memberi talenta mengajar. Saya percaya saya mampu mengajar, sekalipun autis. Saya percaya mampu membesarkan Puteri Kecil. Maka, hari ini saya ada sebagaimana saya ada dan saya bersyukur untuk semua pengalaman hidup yang TUHAN telah ijinkan terjadi.

Apa cerita Anda?


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun