Kok Yesus Kristus bisa ada di wayang?
September 2023 lalu, kami mengunjungi Museum Sonobudoyo di Yogyakarta. Disana kami menemukan banyak hal menarik.
Di Ruang Wayang, Puteri Kecil menikmati sekumpulan wayang-wayang yang beraneka ragam. Tiba-tiba dia heran ketika melihat sekumpulan wayang, “Ini kan Yesus Kristus!” Lalu dia bertanya, “Kok Yesus Kristus bisa ada di wayang?”
Saya menjelaskan pada Puteri Kecil, “Wayang adalah alat visual untuk menyampaikan suatu cerita kepada penonton. Jadi, kisah apapun dapat kamu dongengkan dengan boneka-boneka yang kita sebut dengan wayang.”
***
Hingga saat ini, ucapan Puteri Kecil membuat hati saya tetap terpaku pada wayang. Benda kecil ini merupakan hal yang istimewa.
1) Wayang adalah karya seni yang luar biasa: Pembuatan sebuah wayang kulit memerlukan waktu minimal satu bulan dan memerlukan sekelompok pengrajin. Hasilnya, wayang kulit menampilkan bagian-bagian yang luar biasa detail.
2) Wayang dapat menjadi media hiburan: Sebelum Abad ke-10, wayang telah berkembang di Pulau Jawa dan dijadikan obyek hiburan masyarakat. Sentuhan humor menjadi elemen penting dalam atraksi wayang. Dimana sosok Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong menyajikan kebijaksanaan yang dibalut dengan guyonan.
3) Wayang dapat digunakan sebagai media Pembinaan Spiritual dan Penertiban Masyarakat: Arti kata wayang itu sendiri adalah perjalanan menuju tanah spiritualitas. Sedangkan cerita-ceritanya menyuarakan nilai-nilai moral dan pembelajaran tentang kehidupan.
4) Wayang Indonesia telah diakui dunia internasional: Di tahun 2003, UNESCO menghargai wayang Indonesia sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Di luar dari hal tersebut di atas, saya pun melihat jika wayang memiliki potensi yang besar untuk lebih memajukan dunia pendidikan. Dimana Dalang dapat menyampaikan pelajaran-pelajaran dengan cara yang menyenangkan. Sisi musikal dari wayang juga akan memberikan pengalaman belajar yang lebih memuaskan.
Ketika kami menyaksikan pagelaran Wayang Orang, saya memikirkan betapa anak-anak kinestetik akan menyukai belajar sambil menari. Penulis cerita wayang orang dapat menyisipkan pelajaran apapun, yang kemudian akan diterjemahkan oleh koreografer ke dalam bentuk gerakan.
Malam itu saya membayangkan betapa hidupnya pelajaran matematika dengan iringan gamelan dan lantunan sinden matematika. Apalagi jika penulis cerita wayang orang memasukkan karakter Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Lewat dagelan matematika mereka, materi-materi yang sulit pasti akan menjadi ringan.
Penulis cerita wayang pun dapat membuat kisah-kisah romansa matematika. Pertempuran dengan kelompok baik dan kelompok jahat yang melibatkan perhitungan matematika dan gerakan.
Dari masa ke masa, di belahan bumi manapun, wayang terkenal sebagai boneka yang menghidupkan dunia. Bagaimana jika Indonesia membuat wayang sebagai boneka untuk menghidupkan dunia pendidikan?
***
Saya bersyukur untuk perjalanan kami ke Yogyakarta. Kota ini memang selalu menyuguhkan sesuatu yang istimewa.
Sejak kecil saya telah akrab dengan benda yang bernama wayang. Dari TVRI saya mengenal wayang kulit dan wayang orang. Selain itu, Vihara Odeon memperkenalkan saya pada wayang orang versi Cina dan wayang potehi.
Di Ruang Wayang dan Ruang Pagelaran Museum Sonobudoyo, saya jadi lebih mampu melihat potensi yang tak terbatas dari wayang. Dimana benda mungil ini mampu membawa kegembiraan, pengetahuan, dan kebijaksanaan bagi generasi masa depan. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI