Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Minimalis dan Manajemen Waktu Ibu Rumah Tangga

11 Agustus 2022   13:46 Diperbarui: 11 Agustus 2022   16:28 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minimalis dan Manajemen Waktu Ibu Rumah Tangga. (Sumber: www.freepik.com)

Ada keselarasan antara gaya hidup minimalis dan prinsip manajemen waktu.

Gaya hidup minimalis mendorong penganutnya untuk menyederhanakan kehidupannya, menyaring kekacauan, dan fokus pada hal yang penting.

Begitupun manajemen waktu. Prinsip ini mengajarkan strategi untuk mengorganisir kegiatan sehingga menjadi pribadi yang produktif.

Sebagai ibu rumah tangga, saya selalu berhadapan dengan kewajiban untuk multitasking. Antara mengurus rumah, anak, bahkan mencari nafkah.

Karena begitu banyak kekacauan, saya mempelajari lalu menerapkan gaya hidup minimalis dan manajemen waktu. Tujuannya agar saya menjadi lebih produktif dan bijak mempergunakan waktu.

Saat menerapkan kedua ilmu ini, saya menemukan hal-hal menarik:

Tidak ada jalan pintas, suatu tips mujarab, atau strategi jitu yang dapat membuat seseorang menjadi sempurna dalam satu malam.

Gaya hidup minimalis ataupun manajemen waktu adalah suatu proses, yang perlu ditinjau dan dimodifikasi dari waktu ke waktu.

Hidup minimalis tidak membuat agenda harian menjadi pendek, justru waktu berlari bagaikan cheetah.

***

Saya mencatat beberapa alasan kegagalan memenuhi teori hidup minimalis ataupun manajemen waktu:

Ingin sempurna

Sebagai seorang HSP (Highly Sensitive Person), saya sering terbentur antara waktu untuk kerja dan mengerjakan pekerjaan rumah. 

Sekalipun beberapa tugas sudah didelegasikan pada Putri Kecil, tetapi ketika merasakan lantai yang kotor membuat hati saya menjadi tidak nyaman.

Hal yang sering terjadi, saya akan menyapu dan mengepel kembali. Yang seharusnya waktu untuk itu dapat saya gunakan untuk membuat buku elektronik.

Overthinking tentang hari esok

Ini menyangkut masalah belanja bahan-bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari. Ada kalanya belanjaan yang agak banyak tidak dapat tersimpan rapi, atau bertumpuk.

Motivasi yang bisa tiba-tiba hilang

Periode haid merupakan waktu yang menyiksa. Nah, di saat inilah biasanya manajemen waktu menjadi kacau.

Membiarkan gangguan dari dalam diri sendiri ataupun dari luar menguasai

Sejak 4 tahun lalu, saya hidup dikelilingi para gaslighter. Dengan kondisi HSP, maka gedoran di tembok dari tetangga yang memang niat menggangu adalah palu godam yang benar-benar meremukkan mental dan kesehatan. 

Atau bahkan percakapan-percakapan mengintimidasi yang sengaja dilakukan di depan jendela kamar saya, itu benar-benar mengguncang emosi.

Menempatkan diri pada situasi sulit dan beban stres yang tinggi.

Ini menyangkut usaha penitipan anjing Putri Kecil. Dia senang saja menerima penitipan, namun tidak seluruh rangkaian penitipan itu dapat dikerjakannya sendiri. Bahkan 90% pekerjaannya harus saya yang tangani.

Memboroskan energi mental.

Sebagai seorang introvert, saya lebih senang menceritakan semua kekacauan lewat tulisan. Namun, untuk menulis butuh waktu khusus pula.

Bayangkan jika tetangga saya menggedor tembok berkali-kali dalam 1 hari. Maka saya pun berkali-kali menuliskan curhat pada sahabat. Pemborosan energi mental dan waktu.

Dari kegagalan-kegagalan itu, saya menyimpulkan:

Kegagalan manajemen waktu berhubungan dengan ketidakberdayaan menata emosi positif.

***

Teori gaya hidup minimalis mengajarkan saya untuk fokus pada perkembangan pribadi. Maka, saya mencari trik-trik yang cocok untuk diri sendiri. 

Berikut ini adalah cara-cara yang saya terapkan agar menjadi ibu rumah tangga yang lebih berdaya dan bijak mengelola waktu:

1. Mengontrol Emosi

Memikirkan apa yang benar-benar penting untuk diri saya sendiri. Sekalipun para gaslighter terus mengganggu bahkan menyalah-nyalahkan apapun yang saya kerjakan. Saya belajar untuk merasakan emosi marah dan mengamatinya menguap.

Apa yang benar-benar penting misalnya, kebiasaan baik apa yang ingin dipertahankan, kebiasaan buruk apa akan dikikis, peningkatan atau perubahan apa yang ingin dicapai.

2. Menentukan Goal yang Realistik

Multitasking tidak terelakkan di kondisi saya. Jadi saya belajar tidak mempunyai harapan yang terlalu tinggi. Namun, tidak juga hidup tanpa tujuan.

Homeschooling harus dijalani, maka saya lakukan sepenuh hati. Lalu menyesuaikan dengan minat dan bakat Putri Kecil.

3. Menghindari Penundaan

Bekerja keras dan bermain keras. Tapi saya gunakan manajemen waktu yang sederhana dan strategis untuk menyelesaikan hal-hal yang benar dalam waktu yang lebih singkat. Jadi saya memiliki lebih banyak waktu untuk hal-hal lain.

Lalu saya belajar untuk tidak membanjiri Daftar To Do atau membuat kerangka berpikir yang sederhana. Tujuannya agar tidak ada kegiatan penting yang harus ditunda atau dijadwalkan ulang.

4. Prioritas

Segala hal yang berhubungan dengan Putri Kecil, itu menjadi prioritas utama. Tumbuh kembang, kerohanian, kepribadian, dan intelektual dia.

Anak adalah benda hidup yang eksistensinya akan mempengaruhi orang lain, lingkungan, bahkan negara. Karena itulah tugas mulia sebagai ibu saya jadikan prioritas. Dan hal lain di nomor selanjutnya.

Itulah pengalaman saya menerapkan gaya hidup minimalis dan manajemen waktu sebagai ibu rumah tangga.

Hidup minimalis akan lebih efisien dan efektif dengan menerapkan manajemen waktu. Keduanya seperti 2 sisi yang membentuk satu uang koin.

Referensi: (1), (2)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun