Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Populasi, Akar Permasalahan Global

26 Maret 2022   19:20 Diperbarui: 28 Maret 2022   16:30 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi populasi penduduk. (sumber: SHUTTERSTOCK/ARTHIMEDES via kompas.com)

Berapapun jumlah anak yang Anda rencanakan, angka itu akan berdampak untuk keluarga bahkan pada permasalahan global.

Akar dari Permasalahan Global

World Bank melansir di tahun 2022 ada sekitar 7,762 trilyun manusia di Bumi. Dan tahun 2050, angka itu diprediksi menjadi 10 trilyun.

Jika manusia tidak hidup bijak, kelak 10 trilyun orang tidak dapat hidup bersama-sama di Bumi, sebab jumlah tersebut teramat banyak. Apakah kelak Bumi dapat memenuhi kebutuhan hidup 10 trilyun manusia?

Earth provides enough to satisfy every man's need but not his greed. (Gandhi)

Seandainya saat ini 7,762 trilyun orang tidak menjaga alam dan segala sumber dayanya, di masa depan alam akan kehilangan kekayaannya. Dan ketika itu terjadi, semua umat manusia akan menderita.

Dari sisi ketatanegaraan, semakin banyak populasi warga negara, maka beban hutang negara semakin kecil. Alasannya karena hutang tersebut ditanggung oleh sejumlah besar orang.

Sedangkan dari sisi kependudukan, populasi akan mempengaruhi banyak hal, seperti:

  • Jumlah energi yang dipergunakan.
  • Jumlah sumber daya alam yang diambil untuk memenuhi kebutuhan hidup.
  • Luas lahan hijau yang dialihfungsikan menjadi jalan raya, jalan layang, dan jalan tol.
  • Jumlah produksi kendaraan.
  • Jumlah polusi karbondioksida (CO2) akibat berbagai kegiatan.
  • Luas tanah yang dijadikan perumahan.
  • Laju perdagangan lintas daerah, lintas pulau, dan lintas negara.
  • Jumlah ketersediaan dan daya tahan pangan.
  • Percepatan globalisasi.
  • Jumlah timbunan sampah yang tidak dapat di daur ulang, dan sebagainya.

Begitu banyak masalah yang timbul akibat banyaknya jumlah populasi manusia. Secara teori, solusi dari masalah ini adalah pengendalian penduduk dan penyelengaraan keluarga berencana.

Budaya Indonesia tentang Anak

Realita di lapangan, jumlah keturunan lebih dipengaruhi oleh budaya. Dimana masyarakat Indonesia mengenal slogan "banyak anak banyak rejeki". Budaya ini tertanam turun temurun, dan memberi dampak pada kehidupan sosial. 

Pada suatu penelitian di Jawa Timur, keluarga yang memiliki anak lebih dari 2 orang bukan karena keinginan orang tua terhadap jenis kelamin anak tertentu, namun karena nilai anak yang dianut (Adelina, 2017).

Masyarakat percaya jika anak dapat membantu ekonomi keluarga. Tiap anak mendatangkan kekayaannya masing-masing untuk orang tua.

Untuk masyarakat kelas ekonomi atas, budaya tersebut dapat disepakati dengan mudah, sebab perekonomian mereka mapan. Tambahan beban hidup tidak akan
menguncang keseimbangan finansial.

Berbeda dengan masyarakat kelas ekonomi bawah, perekonomian mereka labil dan tambahan beban biaya dapat merusak kestabilan finansial. 

Sehingga, untuk kelas ini, justru dengan sedikit anak maka sebuah keluarga berpeluang untuk lebih bahagia dan sejahtera. Kesempatan mereka memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga lebih besar.

Secara umum, di dalam keluarga kecil, orang tua dapat mencetak anak yang berkualitas unggul. Baik unggul dari segi karakter ataupun intelektual.

Jumlah Anak Ideal

www.freepik.com
www.freepik.com

If the lifestyle is good enough, if there is room to grow and you can afford it, multiple children will make your life worth so much more. They will teach you about every aspect of life-- from ethics to morals, from rage to tears, but most of all, they will teach you to love from the bottom of your heart -- and you will open like a flower. (Mike Leary, Psychotherapist)

Membangun keluarga bahagia dan sejahtera, tidak lepas dari merencanakan jumlah anak yang ideal-apakah itu satu anak, dua anak, tiga anak, atau lebih.

Melihat dari kondisi dunia dan segala permasalahan yang ada saat ini, jumlah anak ideal berada di kisaran satu hingga tiga. Jika mempertimbangkan kondisi ekonomi di masa yang akan datang -seperti inflasi, jumlah anak ideal antara satu hingga dua.

Dari sisi kepribadian, orang tua yang introvert akan lebih bahagia dan mampu mengkoordinasi jumlah anak yang sedikit. Sedangkan orang tua yang ekstrovert akan senang dikelilingi banyak anak.

Berdasarkan sisi psikologi, orang tua yang memiliki satu anak akan mudah mencurahkan perhatiannya dan membuat anak bahagia. Orang tua dapat memberikan kesempatan-kesempatan yang tidak pernah mereka dapatkan saat kecil.

Namun, orang tua yang membesarkan satu anak harus siap menghadapi tekanan yang besar, terlebih mereka yang memiliki anak yang aktif. Anak tunggal menuntut interaksi intens dan sangat bergantung kepada orang tua.

Disamping itu, kemungkinan anak tunggal untuk manja dan egois besar. Orang tua perlu mempersiapkan diri dengan strategi-strategi parenting untuk membesarkan satu anak.

Dua anak akan membuat kondisi keluarga lebih dinamis. Kecenderungan ada satu anak lebih menonjol dari anak lainnya, bahkan menjadi anak kesayangan. Hal ini --secara tidak langsung-- akan memacu gairah bersaing di antara dua anak tersebut.

Orang tua dengan satu anak akan memiliki lebih banyak waktu untuk self-care, bersosialisasi, dan mengembangkan diri. 

Suami dan isteri dapat saling bergantian mengasuh anak sementara yang lain melakukan kegiatan sendiri. Lebih mudah pula -jika terdesak-menitipkan anak pada kakek atau neneknya untuk beberapa saat.

Sementara, dua orang anak akan menyita lebih banyak perhatian dan waktu. Dua anak dengan umur yang berbeda akan menimbulkan masalah yang lebih rumit.

Misalnya, bersaing mencari perhatian orang tua, cemburu dengan kakak atau adik, merasa terganggu dengan suara berisik dari kakak atau adik, berbagi mainan dan sebagainya.

Tingkat kompleksitas untuk orang tua akan lebih tinggi jika dua anak tersebut berlainan jenis kelamin. Seperti, memberi jarak antara anak perempuan dan laki-laki, melatih untuk membedakan tingkah laku anak perempuan dan laki-laki, memisahkan kamar tidur atau tempat tidur, dan sebagainya.

Dari segi finansial, biaya yang dibutuhkan untuk membesarkan satu anak lebih ringan. Sedangkan biaya untuk menanggung dua orang anak akan jauh lebih mahal, apalagi jika keduanya berbeda jenis kelamin.

Dari sisi anak, seorang anak tunggal akan merasa kesepian dan menginginkan adik. Sedangkan untuk seorang kakak, kehadiran adik mengubah seluruh hidupnya.

Dengan demikian, untuk merumuskan jumlah anak ideal, bukan tergantung dari budaya masyarakat atau tradisi di dalam keluarga. Setiap pasangan suami isteri sekiranya mempertimbangkan faktor psikologi, sosial, dan finansial.

Keluarga kecil dengan satu anak adalah pilihan terbaik untuk pasangan yang memiliki kebutuhan khusus dan belum mapan. Sebab lebih baik memiliki sedikit anak, daripada kurang sanggup memenuhi kebutuhan anak.

Kebutuhan seorang anak bukan hanya masalah makan. Orang tua hendaknya menunjang kebutuhan anak secara holistik. Dimana seorang anak butuh perhatian, bimbingan, pengajaran, dan pemenuhan materi (makanan bergizi, kesehatan, pendidikan, hiburan, rekreasi, melakukan hobi, dan sebagainya).

Sedangkan keluarga bahagia dengan dua anak cocok untuk pasangan yang senang dikelilingi anak-anak. Mereka memiliki hasrat dan energi yang cukup besar untuk mengasuh anak, juga didukung penghasilan yang cukup besar. 

Kesimpulan

Berapa pun jumlah anak yang sedang direncanakan di masa depan, ada berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan. Baik itu menimbang untuk kesejahteraan keluarga, begitu pula kesejahteraan bangsa bahkan dunia.

Disinilah pentingnya peran BKKBN dan pemerintah. Yaitu, untuk membimbing masyarakat dalam merencanakan suatu keluarga, yang tujuannya demi kesejahteraan bersama. Dengan usaha maksimal, pemerintah akan mampu mengendalikan jumlah penduduk di masa depan.

Sedangkan persoalan-persoalan yang menjadi masalah turunan dari populasi saat ini, perlu dicermati dan dikendalikan bersama-sama. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun