Permissive Parenting
Tipe pengasuhan permissive tampak begitu menyenangkan. Orang tua yang permissive membebaskan anak melakukan apapun yang disukainya, bahkan hanya memberikan sedikit aturan yang ketat.
Orang tua tidak memberikan batasan-batasan yang baik sesuai usia anak. Begitu juga, menghindari konflik dengan anak.
Apa yang menyebabkan orang tua bergaya permissive?
1) Kepribadian
Tipe kepribadiannya adalah pencinta kedamaian, sehingga dia tidak mampu melibatkan dirinya dalam suatu konflik. Bahkan dengan anaknya pun dia cenderung mengalah.Â
Padahal, seorang anak membutuhkan sejumlah masalah, aturan, dan batahan dari orang tua selama masa pertumbuhan.
2) Beban Hidup
Beban hidup orang tua terlampau berat. Misalnya, dia harus bekerja, mengasuh anak, dan menghadapi masalah keuangan.
Akibatnya, keterlibatan dan energinya dalam pengasuhan anak berkurang, sehingga dia lebih memilih untuk membatasi diri mengatur anak.
3) Trauma
Trauma saat kecil, umumnya dia memiliki Post Traumatic Syndrome Disorder (PTSD). Yang mengurangi kemampuannya untuk membentuk anak sebagaimana seharusnya.
4) Self-Involved
Rendahnya self-involved. Biasanya ditandai dengan narsis, kecanduan, pecandu kerja, sosiopatik, dan lainnya.
Dengan demikian, dia tidak mampu memberikan pembatasan dan konsekuensi apa yang harus ditanggung anak akibat kesalahannya.
5) Terabaikan
Emosinya terabaikan saat kecil, sehingga dia pun tidak mampu melihat dan memberi respon pada perasaan anak, apalagi kebutuhan emosi anak.
Padahal seorang anak membutuhkan pendidikan emosi, masukan yang membangun karakternya, pembentukan karakter, serta pembatasan yang berupa aturan atau larangan.
Akibat dari Permissive Parenting
Semua permasalahan yang akan timbul pada anak akibat gaya asuh permissive adalah gangguan self-regulation. Dimana di dalam self-regulation termasuk masalah tidak fokus, disiplin, kurang motivasi hidup, dan pengendalian diri.
Self-regulation itu sendiri berarti kemampuan mengendalikan pilihan pilihan sendiri dan tingkah lakunya, serta bertanggung jawab atas pilihan atau tingkah lakunya.
Contohnya, orang yang tinggi self-regulation adalah mereka yang mampu mengendalikan porsi makan sehingga tidak makan berlebihan, atau dapat menghentikan kebiasaan yang kurang baik (seperti merokok).
Anak yang tidak cukup mendapatkan pembatasan, peraturan, dan larangan, akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak dapat mengatur dirinya sendiri.
6 Hal yang Diabaikan Orang Tua Permissive
- Self-structuring: membangun rutinitas yang sehat dan terus melakukannya untuk jangka waktu lama.
- Self-limiting: berhenti melakukan sesuatu (kegiatan atau kebiasaan buruk) pada waktu yang tepat untuk
alasan yang tepat. - Self-motivating: memaksa diri terus melakukan sesuatu, sekalipun itu tidak menyenangkan.
- Self-knowledge: mempelajari kelemahan dan kelebihan diri sendiri, serta mengembangkan diri menjadi versi yang lebih baik.
- Nasehat atau didikan untuk mengoreksi kesalahan.
- Pendidikan emosi dan kesadaran diri.
***
Jika Anda termasuk orang tua yang permissive, bagaimana cara mengatasinya?
- Motivasi diri untuk belajar mengatur diri sendiri.
Kembangkan self-structuring, self-limiting, dan self-motivating. Pelajarilah diri Anda dan bangun self-knowledge.
Mulailah memperhatikan anak, dan buatlah peraturan di rumah. Buka mulut saat anak perlu dikoreksi.
- Praktekkan self-talking sebagai ganti nasehat yang seharusnya Anda terima saat kecil.
Contohnya, saat melakukan kesalahan saat bekerja. Berbicaralah kepada diri Anda sendiri, "Baiklah, kamu sudah jatuh. Karena itu, lain kali lakukanlah lebih hati-hati. Kamu pasti bisa melakukannya dengan benar."
- Motivasi diri untuk memperbaiki kesalahan.
Salah adalah suatu kewajaran. Tak ada gading yang tak retak.
Yang perlu dilakukan adalah bagaimana meminimalisir efek dari kesalahan tersebut. Dan upaya untuk memperbaikinya
- Awasi dan kenali perasaan-perasaan negatif yang timbul.Â
Kendalikan perasaan-perasaan negatif tersebut. Putuskan tindakan apa yang penting dilakukan, sebagai respon sehingga Anda sepenuhnya dapat mengendalikan diri.
- Lepaskan perasaan terabaikan.
Maafkan orang tua Anda yang mengabaikan emosi Anda ketika kecil. Mungkin inilah tantangan terberat, namun inilah proses terpenting.
- Mulailah perhatikan dan sayangi diri Anda sendiri.Â
Perhatikan semua perasaan positif dan negatif, sadari penyebabnya. Perhatikan tubuh Anda, ketahuilah apa yang dibutuhkannya, dan penuhilah. Kemudian perhatikan juga emosi Anda setiap saat.Â
***
Semoga artikel ini bermanfaat untuk para orang tua dan mereka yang baru memiliki anak.
Apakah Kompasioner ingin membagikan cerita tentang pola asuh? Silakan bagikan di kolom komentar. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI