Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berdamai dengan Kesedihan

7 Januari 2022   10:45 Diperbarui: 7 Januari 2022   10:47 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di fase berkabung, kaget dan mati rasa adalah reaksi umum yang pertama kali dirasakan. Reaksi berikutnya beragam.

Ada individu yang menghadapi kehilangan karena kematian dengan tenang. Ada pula individu yang meluapkan kesedihannya yang dalam lewat menangis terus menerus. Bahkan ada orang yang merasakan kesedihan berkepanjangan hingga mentalnya lelah dan kering.

Fase marah lebih berpusat pada alasan kehilangan orang yang disayangi. Apa yang telah dilakukan atau apa yang belum dilakukannya untuk orang yang meninggal. Hingga rasa bersalah, sebab tidak mampu menghentikan kematian.

Setelah dua tahap tersebut terlewati, maka individu yang berkabung akan memasuki fase terakhir. Fase dimana dia dapat menerima kenyataan jika orang yang disayanginya takkan hidup kembali.

Butuh cukup waktu untuk meresapi dampak kehilangan itu. Rasa rindu terhadap orang yang dikasihi akan tetap muncul, namun rasa sakit akan memudar seiring waktu.

Perasaan duka adalah emosi yang rumit. Pelajaran hidup dalam perjalanan melewati tahap demi tahap kesedihan merupakan hal yang berharga.

4 Tip Melalui Fase Kesedihan

Beri waktu untuk bersedih

Tiap orang akan meresponi kesedihan dengan cara yang berbeda-beda. Apapun cara yang kita gunakan, apapun jenis kepribadian kita, berilah diri kita waktu untuk bersedih.

Rawat rohani, mental dan jasmani

Kehilangan orang yang dikasihi adalah salah satu perjalanan spiritual. Sehingga, saat kita menghadapi kesedihan, prioritaskanlah merawat kehidupan rohani. Disamping itu, prioritaskan pula mengurus mental dan tubuh.

Menangislah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun