Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berdamai dengan Kesedihan

7 Januari 2022   10:45 Diperbarui: 7 Januari 2022   10:47 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari terakhir Desember


"Mama mau pulang. Kapan bisa pulang?" tanya Mama.

Belum, Ma. Belum waktunya.

"Pulang ke rumah, Ma? Di rumah mau ngapain sih? Disini aja, Ma. Ada yang rawat." tanyaku pada Mama.

"Di rumah ada si bibi." jawab Mama, lalu dia melanjutkan, "Aduh gatel disini. Garukin dong."

"Ngga bisa digaruk, Ma. Ini ada selang." jawabku.

"Aduh telapak kaki sakit. Coba liatin dulu," ujar Mama.

"Yang mana, Ma? Disini?" tanyaku.

"Bukan," jawab beliau.

"Apa disini, Ma?" tanyaku lagi.

"Bukan," jawab Mama.

"Yang ini, gimana Ma?" sekali lagi aku bertanya.

"Bukan," jawabnya kembali.

"Dimana sih, Ma, sakitnya?" tanyaku ingin memastikan.

"Disitu!" jawabnya dengan ketus. Mungkin rasanya terlalu sakit.


Januari 6, 2022

2:29 am "Ci," tulis Widya.

Kematian merupakan hal yang bersifat pasti dan berlaku umum di belahan dunia manapun.

Kematian memberikan pelajaran yang unik pada tiap individu, yang suatu hari nanti juga akan menghadapi kematian. Dan kematian memberikan suatu "arti hidup" yang baru untuk orang-orang yang ditinggalkan.  

Rasa sakit akibat kehilangan karena kematian dapat "mengeringkan tulang". Kesakitan itu dapat terluap lewat berbagai macam emosi, misalnya saja kemarahan, perasaan bersalah, bahkan kelegaan.

Ada 3 fase yang hendaknya diperhatikan untuk mengatasi penderitaan akibat rasa kehilangan  dan menormalisasi kondisi mental. Fase-fase itu adalah berkabung, marah, dan menerima kenyataan.

Di fase berkabung, kaget dan mati rasa adalah reaksi umum yang pertama kali dirasakan. Reaksi berikutnya beragam.

Ada individu yang menghadapi kehilangan karena kematian dengan tenang. Ada pula individu yang meluapkan kesedihannya yang dalam lewat menangis terus menerus. Bahkan ada orang yang merasakan kesedihan berkepanjangan hingga mentalnya lelah dan kering.

Fase marah lebih berpusat pada alasan kehilangan orang yang disayangi. Apa yang telah dilakukan atau apa yang belum dilakukannya untuk orang yang meninggal. Hingga rasa bersalah, sebab tidak mampu menghentikan kematian.

Setelah dua tahap tersebut terlewati, maka individu yang berkabung akan memasuki fase terakhir. Fase dimana dia dapat menerima kenyataan jika orang yang disayanginya takkan hidup kembali.

Butuh cukup waktu untuk meresapi dampak kehilangan itu. Rasa rindu terhadap orang yang dikasihi akan tetap muncul, namun rasa sakit akan memudar seiring waktu.

Perasaan duka adalah emosi yang rumit. Pelajaran hidup dalam perjalanan melewati tahap demi tahap kesedihan merupakan hal yang berharga.

4 Tip Melalui Fase Kesedihan

Beri waktu untuk bersedih

Tiap orang akan meresponi kesedihan dengan cara yang berbeda-beda. Apapun cara yang kita gunakan, apapun jenis kepribadian kita, berilah diri kita waktu untuk bersedih.

Rawat rohani, mental dan jasmani

Kehilangan orang yang dikasihi adalah salah satu perjalanan spiritual. Sehingga, saat kita menghadapi kesedihan, prioritaskanlah merawat kehidupan rohani. Disamping itu, prioritaskan pula mengurus mental dan tubuh.

Menangislah

Lepaskan kesedihan melalui tangisan. Menangis di saat sedih adalah hal yang wajar dan membantu memudarkan luka-luka akibat kehilangan orang yang disayangi.

Bagikan kenangan

Membuat catatan kesedihan dan menganalisa setiap emosi yang muncul, hal ini akan sangat membantu menyalurkan kesedihan dan memahami diri sendiri. Dan satu hal lain yang dapat kita lakukan untuk melepaskan kesedihan karena kematian adalah membagikan kenangan bersama orang yang kita cintai tersebut.

----------

Sepenggal catatan duka di Sukabumi.

7 Januari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun