Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wow! Tersingkap, Rahasia Sukacita di Tahun 2020

23 Mei 2020   05:00 Diperbarui: 23 Mei 2020   04:56 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasih. Sumber: Dokumen Pribadi, Lilia Gandjar

Beritakan Kabar Gembira

Sebuah kabar gembira di tengah situasi sekarang, ibarat 'mencicip madu'. Efeknya, manis di lidah dan legit di hati. Berita yang dinanti-nantikan.

Betapa tidak, yang umum kita dengar satu bulan terakhir adalah berita buruk. Isu virus ganas yang mendunia. Berita kematian akibat Covid-19. Pelanggaran PSBB. Kematian tragis ABK Indonesia. Pertentangan Kartu Prakerja. Bosan #DiRumahAja. Hingga munculnya tagar apatis paramedis, #IndonesiaTerserah.

Ada tiga hal yang akan membuat kita sukacita di tahun 2020 ini. Iman, Pengharapan, dan Kasih. Bagaimana ketiganya bekerja sinergis?

***

Rahasia Sukacita. Sumber: Dokumen Prinadi, Lilia Gandjar
Rahasia Sukacita. Sumber: Dokumen Prinadi, Lilia Gandjar

Iman: Harta Rohani dalam Bejana Tanah

Iman adalah harta rohani yang diberikan kepada setiap orang. Iman tidak dapat dilihat dan diraba. Tetapi iman dapat dirasakan.

Iman adalah karunia yang dianugerahkan kepada setiap orang yang mengakui eksistensi Tuhan.

"to another faith by the same Spirit, to another gifts of healing by the one Spirit,"
ESV, 1 Corinthians 12 : 9

"You did not choose me, but I choose you and appointed you that you should go and bear fruit and that fruit should abide, so that whatever you ask the Father in my namen he may give it to you."
ESV, John 15 : 16

Sebagaimana harta dunia, iman pun dapat hilang karena kelalaian, habis, atau dicuri. Karena itulah iman disebut harta rohani.

Iman yang baik adalah iman yang dibangun di atas batu. Dia teguh dan tegar. Ketika diguyur hujan, dilanda banjir, ataupun diterpa angin, iman tetap kokoh.

Bejana tanah atau tembikar adalah barang yang mudah pecah -fragile. Harta rohani dalam bejana tanah, artinya iman itu mudah rusak.

Faktor yang menyebabkan iman rusak adalah 'hujan', 'banjir', dan 'angin'. Hujan adalah masalah di luar dugaan, di luar perkiraan, atau di luar kemampuan. Banjir adalah air gesekan-gesekan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi mental. Angin adalah masalah-masalah ringan hingga berat, sebagai resiko yang harus ditanggung akibat pilihan-pilihan yang dibuat.

"that no one be moved by these afflictions. For you yourselves know that we are destined for this."
ESV, Thessalonians 3 : 3

Jagalah iman. Menerima keadaan apapun apa adanya. Tenang, netral dan jernih berpikir. Jaga kekudusan hidup dan mendekat pada Tuhan.

Bersyukur Menghidupkan Pengharapan

Mengucap syukur dalam keadaan baik. Mengucap syukur dalam keadaan buruk.
Mengucap syukur membangkitkan kekuatan untuk sabar menderita sengsara.

Bersyukur menimbulkan kesadaran bahwa seseorang memiliki sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Bahkan mendorong seseorang menjangkau hal yang lebih baik lagi. Sederhananya, bersyukur membuat seseorang memiliki pengharapan untuk hari esok yang tidak pasti.

Pengharapan ibarat jangkar yang kuat. Menahan seseorang agar tidak terbawa arus ombak. Sehingga orang ini mampu menjalani misi hidup dan mencapai visi hidupnya.

"We have this as a sure and steadfast anchor of the soul, a hope that enters into the inner place behind the curtain,"
ESV, Hebrew 6 : 19

Saat-saat ini dapat dikorelasikan sebagai 'masa kematian'. Akibat 'penutupan', bukan hanya membuat suatu negara terisolasi. Namun berakibat pada banyak sektor. Dengan kata lain, 'penutupan' mematikan beragam aktivitas.

Penutupan industri, akibatnya banyak orang kehilangan pekerjaan. Penutupan sekolah, menyebabkan siswa atau mahasiswa harus belajar online. Penutupan kantor, membuat karyawan harus bekerja dari rumah.

Melonjaknya kasus Covid-19 di Jawa Timur (20/5), membuat banyak orang terhenyak. Seakan-akan virus Corona mustahil ditaklukkan. Masalah kesehatan jadi isu tak terpecahkan. Tetapi, tetaplah berharap.

"... how could you ever could given up in believing in the magic of life."
Rhonda Bryne dalam The Magic

Jika kita melihat kondisi saat ini dari sisi Tuhan, maka hal yang penting kita sadari adalah tangan Tuhan sedang bekerja. Sekalipun yang Dia gunakan adalah resesi dan Coronavirus. Tapi Tuhan selalu melakukan hal yang sempurna.

Jika kita menempatkan diri pada posisi manusia, maka melakukan nasehat Rasul Paulus adalah langkah terbaik. Yang saya maksud adalah nasehat Rasul Paulus untuk jemaat di Tesalonika, Yunani. Nasehat ribuan tahun lalu ini masih relevan hingga saat ini.

(1 Tesalonika 5 : 13 - 22)

Be at peace among yourselves. And we urge you, brothers, admonish the idle, encourage the fainthearted, help the weak, be pattient with them all.

See that no one repays anyone evil for evil, but always seek to do good to one another and to everyone.

Rejoice always, pray without ceasing, give thanks in all circumstances; for this is the will of God in Christ Jesus for you.

Do not quench the spirit. Do not despise prophecies, but test everything; hold fast what is good. Abstain from every form of evil. 

Saling Mengasihi

"So now faith, hope, and love abide, these three; but the greatest of these is love."
ESV, 1 Corinthians 13 : 13

Rasul Paulus menjelaskan bahwa kasih adalah karunia tertinggi. Tanpa kasih, seseorang menjadi tidak berguna. Sebab kasih adalah implementasi iman dan harapan.

Sekalipun seseorang begitu cerdas, kaya, atau paling unggul, tanpa kasih, dia bagai tong kosong yang nyaring bunyinya. Sekalipun seseorang berbakat dan mampu melakukan banyak hal, tanpa kasih, dia sama dengan pecundang.

Jika kasih begitu penting, dengan cara apakah kita menunjukkan kasih? Gambar berikut menjelaskan cara untuk mengasihi sesama.

Kasih. Sumber: Dokumen Pribadi, Lilia Gandjar
Kasih. Sumber: Dokumen Pribadi, Lilia Gandjar

Kasih memungkinkan seseorang bertahan dalam keadaan paling sulit.

***

PSBB membuat gerak kita terbatas dan banyak waktu luang. Intensitas pertemuan yang tinggi dengan anggota keluarga, membuka celah friksi. Terlebih untuk keluarga tidak harmonis. Sehingga #DiRumahAja untuk sebagian orang adalah masalah serius.

Saya beryukur keluarga kecil kami harmonis. Walapun sangat sederhana, kami berdua akrab dan saling mengasihi. Inilah berkat Tuhan yang tak pernah habis saya syukuri.

Belajar melihat musibah dari bermacam-macam sudut pandang. Itu yang saya praktekkan selama masa PSBB. Sehingga saya belajar untuk hidup dalam damai dengan semua orang. Walaupun ada orang-orang yang sengaja membuat masalah, saya berusaha tetap tenang.

Munculnya istilah 'generasi rebahan', membuat saya waspada. Sebagai teladan di rumah, saya berusaha mendisiplinkan diri terlebih dulu. Lalu menegur putri yang kadang hidupnya tidak tertib.

Sabar terhadap semua orang adalah hal penting di saat ini. Sebab semua orang sedang menghadapi masa-masa sulit. Seringkali kita tidak sadar telah melukai, menyengsarakan, bahkan menjadi penderitaan bagi orang lain. Begitupun orang lain terhadap kita.

Sabar membantu saya untuk tidak fokus pada penderitaan diri sendiri. Meskipun bertubi-tubi penyiksaan bahkan hingga percobaan pembunuhan dialami, saya berusaha tenang dan sabar. Bahkan ketika penyiksa menganggap dirinya sebagai superhero, saya anggap itu candaan Tuhan.

Tidak membalas kejahatan, bahkan lebih fokus pada pengembangan diri. Saya mengalihkan kemarahan dengan melakukan hal-hal positif. Menulis di Kompasiana. Belajar membuat blog yang menarik. Belajar menulis hingga ikut lomba blog.

Saya juga belajar untuk senantiasa bersukacita meskipun dalam kesesakan. Tetap berdoa dan menaruh harapan pada Tuhan. Mengucap syukur untuk semua hal yang telah terjadi. Sebab semua yang telah terjadi tidak akan pernah dapat diubah. Tuhan mengijinkan itu terjadi karena Dia berdaulat penuh atas diri saya.

***

Demikianlah rahasia sukacita di tahun 2020. Iman, Pengharapan, dan Kasih. Mari perbaharui iman. Terus berharap dan jaga motivasi. Kasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Sebagaimana engkau ingin dikasihi, maka kasihilah keluarga dan teman-teman.

Dengan iman saya percaya bahwa bangsa ini pun dapat mengalahkan sengat Covid-19. Keadaan dapat membaik. Ekonomi membaik. Mental dan ahlak rakyat pun semakin baik.

Patuhi aturan Pemerintah. Uji segala hal yang baru dalam 'new normal'. Pegang dan pertahankan semua yang baik. Selalu menebar kebaikan. Dengan demikian, kita memelihara roh, jiwa dan tubuh tidak bercacat.

Pasti ada hikmah di balik setiap masalah. Jadilah tenang dan kuasai diri agar kita selalu dekat dengan Tuhan, keluarga dan teman-teman. Terlebih, kasihilah Tuhan dan sesama.

Semoga pandemi membuat kita semakin mengerti Tuhan, keluarga dan teman-teman. (*)

"The end of all things is at hand; therefore be self-controlled and sober-minded for the sake of your prayers. Above all, keep loving one another earnestly, since love covers a multitude of sins."
ESV, 1 Peter 4 : 7 - 8

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun