Mohon tunggu...
Lilia Gandjar
Lilia Gandjar Mohon Tunggu... Tutor - Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Penyuka dunia tulis menulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Terkuak! Tunda Posting Tiap Hari, Trik Agar Menulis Produktif

21 Mei 2020   04:02 Diperbarui: 21 Mei 2020   05:09 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.shutterstock.com

"Bagaimana saya nyiapin tulisan? Ada saja saja gangguan."

  • Parenting
  • Mengajar dan belajar
  • Mengurus bisnis brownies
  • Mencari pelanggan
  • Mengurus rumah
  • Bersosialisasi
  • Keluarga
  • Menulis
  • Lainnya

Padahal sudah belajar Manajemen Waktu. Tapi ada saja masalah. Waktu sudah tertata rapi, kata-kata yang tak dapat mengalir. Tersumbat.

Baca juga: Mengenal Manajemen Waktu

Jadwal dibuat lebih longgar, ide membludak. Ingin menulis ini. Ingin menulis itu. Seperti banjir bandang. Akhirnya sama saja, tidak menulis.

April lalu, momen Kartini terlewati. Padahal saya ingin mengapresiasi wanita. Begitu pula dengan ide menulis tentang kesehatan. Tidak maksimal hasilnya.

Apakah Anda pernah alami yang serupa?

Mempersiapkan tulisan jadi masalah untuk penulis freelance, seperti saya. Penulis-penulis Kompasiana lain menyiasati dengan triknya masing-masing. Namun belum ada formula umum yang benar-benar manjur meruntuhkan tembok ini. 

Menulis itu adalah proses kreatif. Proses kreatif, kreasi, dan produktif setiap penulis berbeda-beda. Sehingga kesulitan untuk menulis adalah masalah di dalam diri penulis.

Manajemen masalah tiap penulis pun berbeda. Satu cara akan efektif untuk seorang penulis. Namun belum tentu efektif untuk penulis lain. Itulah keunikan menulis dan proses menulis.

***

Work Every Day

Menulislah setiap hari. Itu nasehat yang paling sering saya dapat. Berbekal nasehat itu, saya tekuni hobi baru menulis. Dengan luapan semangat, saya tulis artikel demi artikel. Bahkan mencoba untuk estafet posting dari hari ke hari.

Kabar buruk! Tulisan saya bukannya membaik, tapi kurang berbobot. Hingga akhirnya saya mulai mengulur posting. Lalu kembali ke bangku belajar. Mencari esensi menulis.

"Work every day. No matter what has happened the day or night before, get up and bite on the nail." - Ernest Hemingway

"Lha! Sama saja, ya."

Work every day. Menulislah setiap hari. Ini nasehat seorang penulis terkenal yang mendunia. Yang jam terbangnya maestro.

Sang maestro yang meraih penghargaan Pulitzer dan Nobel. Terkenal sebagai jurnalis, penulis novel, esai, artikel, dan cerita pendek. Itulah Ernest Hemingway.

"Jadi, apa maksud menulis setiap hari?"

Untuk seorang penulis, hukumnya wajib untuk menulis. Jangan tunda menulis hingga 'mood'. Apapun ide yang terlintas, tulis! Meskipun belum cukup waktu untuk menulis dengan lengkap.

Itu pelajaran menulis yang pertama. Ada manfaat dari menulis setiap hari. Walaupun harus mencuri-curi waktu agenda lain, saya tetap menulis. Hasilnya, saya melihat ada yang berubah.

Perubahan penggunaan kalimat aktif dan pasif. Kedua jenis kalimat tersebut jadi pilihan menarik. Masing-masing memiliki keunikannya. Saya jadi memiliki lebih banyak pilihan bermain-main kata.

Selanjutnya berbicara tentang gudang amunisi kata-kata. Sebab sebelum April, saya hanya membaca buku-buku ilmiah. Menulis artikel atau opini perlu investasi kosa kata. Berbeda dengan buku ilmiah yang lebih mengutamakan rumus, penjabaran cara, serta langkah menyelesaikan suatu masalah.

Dengan berlatih menulis setiap hari, saya menemukan hal-hal baru. Lantas saya juga sadari jika menulis berbeda dengan ilmu eksak. Dalam belajar ilmu eksak, hasil akhir harus sama dengan kunci jawaban. Sehingga hasilnya menjadi benar.

Tetapi tulisan tidak demikian. Tidak ada tulisan yang salah. Hanya saja, ada opini yang bias.

Produktif

Untuk produktif, seorang penulis penting tahu waktu produktif. Waktu untuk mengerahkan dedikasi. Dengan kegigihan dan ketekunan terus menulis dan menulis.

Waktu produktif menulis tiap penulis berbeda-beda. Ada penulis yang membuat masterpiece di pagi hari. Penulis lain, membuat mahakarya setelah mereguk kopi. Sebagian lagi lebih aktif di malam hari. Bahkan ada penulis yang berkarya di pagi buta, sementara yang lain beristirahat.

Know when you are most productive.

Bekerja dari rumah meningkatkan kepuasan. Jam kerja yang fleksibel, menuntut wanita menguasai multitasking. Tetapi ini menjadi masalah besar. Waktu produktif untuk menulis otomatis berkurang. Atau bahkan harus menulis di luar waktu produktif.

Ada saatnya, menulis diantara tuntutan lain membuat saya tertekan. Apalagi untuk menulis topik yang butuh penjabaran panjang. Setahap demi setahap perlu dikupas. Daftar tulis yang panjang termasuk top ten masalah menulis.

Untuk mengatasi masalah ini, saya sedang coba mengkombinasikan gadget dengan kertas. Ide-ide yang didapat dari internet dirangkum di atas kertas. Literatur dan bacaan-bacaan pun direkam dengan tinta. Harapannya agar merasuki kalbu.

Membuat prioritas dan selalu menyelipkan menulis. Sehingga tetap patuh pada pelajaran pertama, menulis setiap hari. Itu trik saya menyiasati berkurangnya waktu produktif.

Akhirnya, saya sampai pada kesimpulan untuk tidak membuat posting setiap hari. Tujuannya agar kualitas tulisan terjaga. Sebab produktivitas menulis tidak ditentukan dari jumlah posting.

Agar produktif, tunda posting setiap hari. Menulislah setiap hari, bukan posting setiap hari.

Berada di bawah payung ketenaran Kompas Grup, saya terpacu mempersembahkan karya-karya yang baik. Sebagai ungkapan terima kasih telah diterima dalam komunitas berkelas ini. Juga menunjukkan kesungguhan untuk menjadi penulis yang profesional.

Fokus

Pelajaran terakhir, saya belajar tentang fokus. Dimana ada tuntutan multitasking, disitulah hadir chaos. Ada gangguan yang datang terus menerus. Seolah-olah tanpa batas dan tak berakhir.

Bukan hanya gangguan dari luar. Justru gangguan paling menantang adalah gangguan yang datang dari dalam. Gangguan dari pikiran saya.

Pikiran seperti kuda liar. Seekor kuda liar dapat berlari-lari kecil hilir mudik. Seekor kuda liar juga dapat berlari cepat dan menghilang. Dia pun mahir menggoda sehingga saya seringkali terjebak. Pindah dari satu topik ke topik lain, tanpa memiliki waktu untuk menulis.

"Yah, masalah debutan. Harap maklum."

Pikiran manusia dapat memikirkan banyak hal dalam satu waktu. Itulah sisi positif karakteristik pikiran. Sisi negatifnya adalah mudah terganggu.

Dengan seni fokus, saya melatih pikiran untuk teratur. Ibarat pelatih kuda, saya duduk di atas kuda yang akan dilatih. 

Kuda liar dapat dilatih untuk menjadi kuda pacu. Begitu pula pikiran. Pikiran dapat dilatih untuk fokus. Penulis ditantang menaklukkan pikirannya.

***

Itulah tiga pokok pelajaran penting yang saya dapat hari ini. Pegang komitmen untuk menulis setiap hari. Bukan sekedar kegiatan membuat jurnal, tapi praktek menerapkan pakem menulis. Tetap produktif dan do the best. Serta berlatih fokus.

Hobi baru ini memang penuh tantangan. Saya perlu mempelajari seluk beluk penulisan. Ini bukan tugas yang ringan. 'Blusukan' ke pusat produksi tulisan menyangkut banyak hal. Mulai dari tata bahasa, menentukan judul yang kece, membuat konten yang bermanfaat, hingga bagaimana cara mempublikasikan tulisan. (*)

Tonton: Menentukan Judul dan Lead yang Kece

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun