Efektif! Apakah perlu dilanjutkan? Mari kita bahas.
Tujuh hari sebelum PSBB "ketat" di Jakarta dimulai, dalam seminggu kematian mencapai 121 orang, dengan rata-rata meninggal harian 17,29 orang. Begitu PSBB dilakukan tentu saja tidak membawa efek langsung pada tingkat kematian, karena yang meninggal pada saat PSBB dimulai tentu telah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Efek itu langsung terasa pada minggu berikutnya, dari tingkat kematian 151 langsung turun 131 pada minggu kedua PSBB, bahkan pada minggu ketiga PSBB (28 September sd 4 Oktober 2020) jumlah yang kematian 'hanya' 69 orang dalam seminggu.
Kita bersama bisa bayangkan jika ini dilanjutkan, maka trend kematian dalam satu hingga dua bulan kedepan 'hanya' 20 orang perminggu, yang berarti 'hanya' 3 (tiga) perhari (pada saat peak-nya bisa mencapai rata-rata meninggal 21 orang/hari di Jakarta).
Bagaimana dengan kasus aktif harian? Kasus aktif harian adalah jumlah warga yang benar-benar dalam kondisi positif pada hari itu, merupakan pengurangan dari kasus positif dengan yang sembuh dan yang meninggal. Mari kita lihat grafis di bawah.
Total positif aktif harian dipengaruhi banyak variable, antara lain jumlah positif pada hari tersebut, jumlah kematian, jumlah sembuh dan banyaknya test. Sehingga untuk membacanya tidak bisa harian atau mingguan, tapi harus membaca polanya. Dari pola diatas dapat kita perhatikan bahwa total positif aktif harian secara real dapat terlihat setiap 2 (dua) minggu, sehingga dapat kita simpulkan bahwa terjadi penurunan signifikan pada kasus aktif harian semenjak ada PSBB, yaitu dari 1.776 pada minggu sebelum PSBB dan 1.149 setelah ada PSBB.
Apakah harus dilanjutkan? Melihat trend yang ada, seharusnya kasus aktif positif bisa menyentuh 'hanya 600-700 orang perminggu (dengan asumsi jumlah test yang dilakukan sama dengan test yang dilakukan saat ini).
Untuk penutup saya tambahkan data pendukung lainnya yang menyebabkan saya secara pribadi menyarankan bahwa PSBB "ketat" di Jakarta harus dilanjutkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H