Setiap orang memiliki mimpi. Dan dalam sebuah pernikahan, tidak semua pasangan mendukung mimpi tersebut. Bahkan menghancurkannya dengan alasan kata 'tanggung jawab'. Tetapi meskipun sudah menunaikan tanggung jawab tersebut dengan baik, sebagian pasangan tetap tidak mendukung mimpi pasangannya.
4. Ingin membahagiakan orang tua.
Tidak semua orang memiliki proses yang lurus dan cepat. Sebagian besar orang belum mampu merealisasikan hal tersebut meski sudah berusia di ujung kepala dua. Sedangkan jika menikah, fokus tersebut nyaris terhambat oleh tanggung jawab dalam rumah tangga. Apalagi jika finansial belum stabil.
5. Memiliki trauma.
Semua orang melalui banyak hal, baik yang sama atau berbeda. Ketakutan menikah juga muncul sebab trauma dalam kehidupan pribadi. Terkadang kekecewaan yang tidak bisa dibendung membuat seseorang mengalami sebuah jenis mental illness - yang akhirnya merubah pola pikir atau tujuan seseorang.
Masih banyak alasan yang belum bisa dijelaskan secara rinci. Tetapi lima alasan yang dipaparkan, sudah mencukupi klarifikasi perihal penurunan angka pernikahan di Indonesia. Meskipun mendapatkan tekanan sosial berupa status perawan tua atau bujang lapuk, mereka tetap memiliki alasan dan hak untuk memutuskan kapan akan meningkatkan angka pernikahan di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H