Mungkin sempat,
Tiga Agustus merebah bulir gerimis
Membias jiwa terbelenggu payah ambang fatamorgana
Pada lima empat tujuh derap detik jarum
Hingga silau pendar tatapmu meredup terkatup
Mungkin sempat,
Pesona senja mengilas bengis gugusan asa
Menyeret sisa secuil sadar kian henti menganga
Untuk menantang debur godam jeruji uji realita
Mungkin kini,
Dinding potong kayu sisi bilik beratap tanah
Pun lewat rintik tangis darah mustahil dikuak
Merengkuhmu, tinggal sendiri bersembunyi
Menelantar aku, tinggal sendiri meratapi
Mungkin kini,
Wajah teduhmu sekadar mampu ku gapai kosong
Mengepul saru di muka pigura jendela
Kemudian menyurup, tertampar separuh waras imaji
Tapi aku
Sungguh akan tetap menyongsong pagi menunggumu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H