Mohon tunggu...
Nur Kholillah
Nur Kholillah Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Jika memang harus, patah dan hancurlah! lalu hiduplah kembali dan mencoba lagi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jika Tujuannya Adalah Bahagia, Jangan Menikah!

1 November 2024   04:45 Diperbarui: 1 November 2024   08:07 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap wanita menjadikan pernikahan sebagai sebuah jalan keluar. Entah jalan keluar dari masalah, orang tua, tuntutan, sebuah ajang, dan usia. Mereka memiliki ekspektasi bahwa pernikahan adalah hadiah yang akan menyelamatkan dan akan sangat membahagiakan.

Realitanya tidak.

Angka perceraian semakin melambung. Sedangkan angka pernikahan semakin surut. Hal ini bahkan tidak dianggap sebagai sebuah fenomena, tetapi sebuah trend. Yang menikah akan mengadakan sebuah pernikahan Impian. Saat bercerai, mereka akan merayakan status baru dengan konten seakan telah lepas dari beban berat di media sosial.

Lalu untuk apa menikah jika akhirnya bercerai.

Pernikahan tidak akan menyelesaikan masalah, justru masalah yang sebenarnya adalah pernikahan. Jika tujuan menikah hanya untuk bahagia, maka jangan menikah!. menikah adalah tempat dimana kita harus bekerja sama agar bisa bahagia ditengah keadaan yang sangat sulit untuk bahagia. Jika hanya mengandalkan ekspektasi, pasti akan kecewa lalu mengakhirinya.

Dalam pernikahan, kita tidak bisa saling memberi andil 50%. Ada kalanya istri memberi andil 75% dan suami 25%. Adakalanya istri memberi andil 25% dan suami 75%. Tidak ada yang adil dalam pernikahan. Kita tidak akan mendapatkan balasan yang sama dengan apa yang kita berikan.

Seorang guru pernah berkata bahwa menikah itu membutuhkan hati yang luas.

Ternyata pernikahan memang tentang beberapa hal:

1. Menerima satu sama lain.

Bukan hanya kelebihannya, tapi juga kekurangan dan keburukannya. Realita penerimaan memang sangat sulit,kenapa?. Karena pernikahan adalah ibadah terpanjang. Sebuah ibadah tidak akan mudah dijalani. Akan selalu ada kerikil, ombak, bahkan badai.

2. Saling mengalah.

Menurunkan ego memang tidak mudah, tetapi saling mengalah adalah suatu keharusan. Dua kepala yang berbeda tinggal dalam satu atap itu tidak mudah. Masing-masing memiliki pendapat yang hanya bisa disatukan dengan saling mengalah dan menghargai.

3. Komunikasi.

Berbicara dari hati ke hati. Tanpa emosi dan teriakan. Jika sedang marah, tenanglah dulu lalu bicara dengan baik. Bukan pergi entah ke mana, atau mendiamkan satu sama lain. Meminta maaf bagi siapa pun yang salah tidak akan menghancurkan harga diri siapa pun. Jangan lupa berterima kasih meski hanya untuk hal-hal kecil.

Masih ada saling menghargai, saling terbuka satu sama lain, dan hal lainnya dalam pernikahan yang akan sangat panjang untuk dijabarkan. Kondisi setiap orang berbeda-beda. Jika ada yang tidak baik-baik saja, carilah solusi agar pernikahan tetap baik-baik saja. Semua hal itu tidak bisa dilakukan jika hati kita tidak lapang. Tidak menerima realita pernikahan tanpa menyalahkan siapa pun. Menikah tidak menjamin kebahagiaan. Tetapi siapa pun bisa mengusahakan kebahagiaan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun