Serat wedhatama juga memiliki tipe kategori dalam leardership (kepemimpinan), yaitu :
- Nistha: Nistha merupakan sebuah kata dalam bahasa Sanskerta yang secara umum dapat diartikan sebagai ketekunan, keyakinan, atau kesetiaan terhadap suatu keyakinan atau ajaran spiritual. Dalam konteks keagamaan atau kebijaksanaan, istilah ini merujuk pada tingkat kesetiaan, kepercayaan, atau fokus yang sangat tinggi terhadap prinsip atau praktik spiritual mikir diri sendiri, dan kelompoknya sendiri.
- Madya: Tahu kewajiban, dengan baik, dan haknya dia ambil.
- Utama: istimewa, tidak ada pamrih apapun, melampaui keutamaannya.
Metode pembinaan akhlak dalam Serat Wedhatama, yaitu:
   1. Mengendalikan hawa nafsu
Dalam pupuh pertama Serat Wedhtama di jelaskan bahwa hal terbesar dalam diri ini adalah pengendalian diri dari nafsu. Pengendalian nafsu dan pengembangan kematangan emosi hendaknya dilakukan dengan menganjurkan hal-hal baik dan mencegah perbuatan buruk. Dalam mengendalikan hawa napsu kita bisa melakukan beberapa cara seperti berpuasa, bertapa dan semedi.
   2. Meneladani leluhur
Dalam Serat Wedhatama bait 10 dan bait 21 di jelaskan bahwa meneladani leluhur sangat penting, sebab hal tersebut sangat penting bagi seseorang untuk menjalani kehidupannya dengan benar yang mengikuti atau meneladani seseorang yang dianggap sebagai panutan.
   3. Membiasakan membersihkan jiwa
Dalam Serat Wedhatama bait 31 di jelaskan bahwa membersihkan jiwa sangat penting seperti penyakit hati, penyakit hati bisa disembuhkan dengan membiasakan jiwa diantaranya seperti bertindak rendah hati, berdzikir dan mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa.
Hidup manusia ada itu ada 3 perkara:
- Wirya (keluhuran): wirya dalam konteks ini merujuk pada keluhuran atau keutamaan dalam hidup. Ini mencakup sifat-sifat mulia seperti kebajikan, etika, integritas, dan sikap yang luhur.
- Arto (kekayaan dan kemakmuran) : arto mengacu pada kekayaan dan kemakmuran materi yang melibatkan sumber daya yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup, kesejahteraan ekonomi, serta kesempatan dan akses terhadap kehidupan yang layak.
- Winasis (ilmu pengetahuan) : Winasis menunjukkan pada ilmu pengetahuan atau pengetahuan yang mendalam. Ini mencakup pengetahuan, pemahaman, dan kebijaksanaan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pengetahuan spiritual, ilmu pengetahuan, dan kebijaksanaan praktis.
Serat Wedhatama juga mengajarkan moral tentang mental, berikut 5 tatanan moral mental:
- Aja Dumeh : Jangan semena -- mena
- Aja Gumunan : Jangan mudah kagum atau takjub paa apapuun itu,kita harus menyikapi sikap tersebut dengan bijaksana.
- Aja Kagetan : Jangan mudah terkejut
- Prasojo/Prasaja : Mengajarkan kita untuk bersikap berkecukupan
- Manjing Ajur Ajer : mengajarkan kita untuk tulus pada semua manusia tanpa memandang bulu.
Etika yang diajarkan dalam Serat Wedhatama pada Pupuh Kinanthi:
- Eling lan waspada (selalu wspada) : Dalam konteks ini digunakan sebagai peringatan untuk meminta seseorang agar tetap berhati-hati dan waspada terhadap suatu situasi atau risiko tertentu.
- Awya Mematuh Nalutuh (menghindari Tindakan marah) : Dalam konteks ini dugunakan untuk selalu sabar dalam menghadapi apapun dan mampu menghindar dari Tindakan marah.
- Gonyak-ganyuk ngelinhsemi (tidak boleh berprilaku tidak sopan didepan umum): Dalam konteks ini  pemimpin seharusnya mampu menjaga perilaku yang baik saat rapat di hadapan umum..
- Bangkit Ajur Ajer (tulus) : Dalam kontrks ini pemimpin mampu untuk bergaul tulus tanpa membedakan kelas manusia.
- Mung Ngenaki Tyasing Lyan (jujur dan bersikap baik) : Dalam konteks ini pemimpin mampu untuk memakai pengetahuannya benar dan jujur serta harus bersikap baik
- Den bisa mbusuki Ujaring Janmi : Artinya untuk perlu kadang-kadang pura-pura bodoh, menghadapi orang bodoh dengan cara baik.