Mohon tunggu...
Lila Anggreyani
Lila Anggreyani Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Nama : Lila Anggreyani Nim : 46123110010 Fakultas : Psikologi mercubuana Warung Buncit Mata kuliah : Kewirausahaan 1 Dosen : Prof. Dr. Apollo, AK. M. Si

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 1- Aplikasi KGPAA Mangkunegara IV Kepemimpinan Sarat Wedotomo untuk Tingkatkan Keterampilan Manajemen, Dan Merumuskan Strategi Bisnis

20 April 2024   14:39 Diperbarui: 20 April 2024   14:40 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

  • KGPAA Mangkunegara IV 

KGPAA Mangkunegara IV, yang serta dikenal sebagai Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara, merupakan Raja Mangkunegara keempat yang memerintah dari tahun 1853 sampai 1881 di Kesultanan Mangkunegaran, Surakarta, Jawa Tengah. Beliau mempunyai nama spesial ialah R.M Sudira. 

KGPAA Mangkunegarab IV merupakan pengusaha yang adil, bijaksana dan terkenal akan kepeduliannya terhadap rakyatnya. Beliau berfokus pada kemajuan ekonomi, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur di wilayah Mangkunegaran. KGPAA Mangkunegara IV sendiri memiliki visi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan mempertahankan kemerdekaan serta otomini wilayah Mangkuneragaran. Selama masa pemerintahannnya, KGPAA Mangkunegaran IV teteap kuat dan berkembang meskipun berada di bawah kekuasaan Belanda. 

Semenjak KGPAA Mangkunegara IV memimpin perekonomian Mangkunegara sangat stabil karena pada masa pemerintahan Mangkunegara IV beliau dapat mendirikan 2 pabrik gula di daerah Malang Jiwan yang terletak di sebelah barat wilayah Mnagkunegara pada tahun 1861 dan daerah Karang Anyar yang terletak di sebleha timur wilayah Mangkunegara pada tahun 1871. Kedua pabrik gula tersebut memiliki peranan yang pentik dalam pengembangan produksi gula di pulau jawa saat masa itu, tidak hanya mendirikan pabrik gulu Mangkunegara IV serta mendirikan Kebun teh, kopi, cengkeh di lereng gunung Lawu untuk menciptakan keuntungan berlimpah. KGPAA Mangkunegara IV pula mengawali Pembangunan Stasiun Solo Balapan selaku bagian dari pengembangan jalan kereta api arah Solo -- Semarang, stasiun balapan pula tersambung dengan stasiun -- stasiun bernilai semacam Purwosari, Sriwedari serta Jebres.

KGPAA Mangkunegara IV juga memiliki kontribusi besar dalam melestarikan seni dan budaya Jawa. Beliau adalah pelindung dan pemelihara seni wayang. Beliau senantiasa menunjang pertunjukan wayang, baik wayang kulit ataupun wayang orang, serta mendorong pelatihan dan pengajaran seni wayang kepada generasi muda. Selain itu, beliau juga membuat beberapa karya sastra jawa yang berisi tentang moral moral dalam kehiupan salah satunya yaitu Serat Wedhatama. Karya-karyanya tidak hanya memberikan manfaat kepada rakyat Mangkunegaran pada saat itu, tetapi juga meninggalkan warisan dan inspirasi bagi generasi mendatang. KGPAA Mangkunegara IV adalah tokoh yang dihormati dan diingat karena kontribusinya dalam menjaga dan memajukan Mangkunegaran dalam perekonomian, Pendidikan, serta kebudayaan Jawa. 

  • Serat Wedhatama KGPAA Mangkunegara IV 

Apa yang maksud dengan Serat Wedhatama? Serat serta Wedhatama mempunyai makna yang signifikan, Serat berarti tulisan ataupun karya yang berupa tulisan, sebaliknya Wedhatama sendiri mempunyai makna, yakni kata" wedha" berarti ilmu serta" tama" berarti utama, hingga wedhatama merupakan pengetahuan yang utama. Serat Wedhatama ialah salah satu kitab Jawa Kuno (kitab piwulang dan piweling) yang sangat popular digolongan warga Jawa pada masa dulu, apalagi Serat Wedhatama ini sangat di kenali oleh warga Mangkunegara ataupun warga Yogyakarta, bahkan Serat Wedhatama pula diketahui serta dihafal hingga sebagian pelosok desa di jawa. Dalam Serat Wedhatama ada piwulang serta piweling luhur yang berisi tentang konsep ketuhanan, kemasyarakatan serta kemanusiaan.

Serat Wedhatama sebenarnya tidak dimaksudkan menjadi karya yang bertujuan mengajarkan kepemimpinan Jawa. tetapi, dari makna istilah "wedhatama" yang berarti pengetahuan buat mencapai keutamaan serta keluhuran hidup, bisa ditinjau bahwa Serat Wedhatama berisi pengetahuan yang dapat dijadikan bahan pengajaran pada mencapai keutamaan serta keluhuran hidup dan  kehidupan umat manusia.

Namun, Serat Wedhatama merupakan salah satu karya sastra penting yang dikaitkan dengan KGPAA Mangkunegara IV atau Raja Mangkunegaran keempat karena Karya ini merupakan sebuah manuskrip yang ditulis oleh beliau sendiri. Serat Wedhatama berisi ajaran dan nasihat moral yang memberikan panduan kehidupan yang baik dan bijaksana. Dalam karya Serat Wedhatama mencerminkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh beliau, seperti etika hidup, kejujuran, dan rasa saling menghormati. Serat Wedhatama menjadi pedoman bagi masyarakat Mangkunegaran dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Karya sastra ini tetap dihargai dan dianggap sebagai karya yang bernilai hingga saat ini, karena pesan-pesannya yang relevan dan dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks kehidupan. Beliau juga menekankan pentingnya menghormati Tuhan serta menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia. Serat Wedhatama menjadi bukti bahwa beliau adalah pemimpin yang peduli akan pembinaan moral dan spiritual masyarakatnya.

Tujuan Mangkunegara IV menulis Serat Wedhatama artinya menyampaikan nasehat serta bimbingan kepada para ahli waris untuk memakai serta lebih mengamalkan ilmu kepercayaan  yang diwariskan secara turun temurun oleh para kerabat kerajaan yaitu "Agama ageming aji" merupakan kepercayaan  yang disandang para bangsawan. Nasehat ini diberikan pada empat bab, setiap bab memiliki contoh ayat sesuai dengan isi panduan, nasehat utama merupakan pedoman sikap akhlak Masyarakat.

Dalam serat wedhatama, terdapat 4 sembah yang terdiri dari: 

1. Sembah raga, yang dimaknai dengan perlunya olahraga untuk Kesehatan. 

2. Sembah cipta, yang dimaknai sebagai memberi pelajaran yang nyata misalnya ilmu pengetahuan,seni budaya atau pengalaman hidup. 

3. Sembah jiwa, yang dimaknai sebagai menambahkan kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa dengan cara menganut agama. (

4. Sembah rasa, yang dimaknai sebagai tujuan akhir dalam kehidupan.


Serat Wedhatama merupakan sebuah karya sastra dalam Bahasa Jawa yang ditulis oleh KGPAA Mangkunegara IV pada abad ke-19. Struktur Serat Wedhatama terdiri dari 100 bait yang dibagi menjadi 5 macam tembang atau pupuh, yaitu Pangkur, Sinom, Pucung, Gambuh dan Kinanthi. Urutan kelimanya memiliki makna tersendiri


Berikut makna dari 5 pupuh Serat Wedhatama:

1. Pangkur 

Pupuh pangkur mengandung pesan tentang kebijaksanaan dalam menghadapi kehidupan. Makna Karya ini mengajarkan tentang prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan yang baik, etika, dan nilai-nilai moral yang harus dipegang teguh oleh individu dalam menjalani kehidupan.

2. Sinom
Pupuh sinom membawa makna tentang kebahagiaan dan kegembiraan. Pesan yang terkandung dalam pupuh ini untuk mendorong keseimbangan dan keselarasan dalam segala hal. Mencakup seimbangnya hubungan antara manusia dengan alam, serta keselarasan antara pikiran, kata-kata, dan perbuatan. Contohnya seperti pentingnya menjalani kehidupan dengan sukacita, menghargai keindahan dunia, dan bersyukur atas setiap nikmat yang diberikan.    

3. Pocung

Pupuh pocung berisikan pesan mengenai kesederhanaan dan ketenangan hidup, dengan etika dan tata krama yang mengatur perilaku manusia dan alam yang berinteraksi satu sama lain.   

 4. Gambuh

Pupuh gambuh memuat makna tentang keindahan seni dan budaya selain itu karya ini juga menekankan pentingnya pendidikan dan kebijaksanaan sebagai kunci dalam mencapai kehidupan yang sukses dan harmonis.    

5. Kinanthi

Pupuh kinanthi mengandung pesan tentang asmara dan hubungan antarpribadi. Maknanya menyoroti pentingnya memiliki hubungan yang harmonis, saling pengertian, dan didasari oleh kasih sayang dalam menjalani kehidupan berpasangan.


Kelima pupuh dalam Serat Wedhatama didasarkan pada ajaran filsafat Jawa yang sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai kehidupan yang penting dan bermanfaat bagi manusia, dengan fokus pada upaya mencapai kebijaksanaan, keselarasan, dan kesempurnaan dalam kehidupan sehari-hari.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun