Lev Ivanovich Yashin merupakan penjaga gawang terbaik sepanjang sejarah. Pemain yang membela tim nasional Uni Soviet (dulu Rusia) selama 74 kali dan 4 seri piala dunia ini berhasil membawa negaranya memenangkan medali emas di Olimpiade 1956 dan Kejuaraan Eropa empat tahun kemudian. Berdasarkan catatan FIFA, Yashin konon berhasil menyelamatkan 150 tendangan pinalti dan 270 tidak kebobolan dalam karir profesionalnya di timnas Uni Soviet dan satu-satunya klub yang ia bela, Dynamo Moscow.
Tidak heran puluhan penghargaan diterima Yashin. Dia dianugerahi Ballon d'Or pada tahun 1963 sebagai satu-satunya kiper yang meraih penghargaan pemain terbaik eropa dimana sembilan kali menjadi penjaga gawang terbaik tingkat eropa dan puluhan penghargaan lainnya. FIFA pun tidak ragu memilihnya masuk dalam 11 pemain pada tim terbaik sepanjang sejarah. Selain itu pemerintah Uni Soviet juga menganugerahi Order of Lenin yaitu penghargaan tertinggi Uni Soviet yang membuat Yashin setara dengan Kosmonot Yuri Gagarin dan sniper legendaris Vasily Zaitsev.
Semua bentuk ideal seorang penjaga gawang ada dalam diri Lev Yashin. Tubuhnya yang atletis, keberaniannya, penempatan posisi, refleks akrobatik dan pakaian serba hitam yang membuatnya dijuluki laba-laba hitam. Walaupun bukan seorang kapten tim, jabatan tidak lazim bagi kiper pada masa itu, Yashin menjadi panglima di areal pertahanan dan senantiasa meneriakan perintah pada pemain bertahan untuk memotong aliran bola. Selain itu ia mengilhami peran kiper modern yang keluar dari area pinalti untuk antisipasi serangan lawan, memulai serang balik yang cepat dan menepis bola dengan refleks yang luar biasa. Atas keberaniannya ini para penggemar Yashin juga menjulukinya Panther Hitam.
Kompetisi Piala Dunia Rusia 2018 merupakan salah satu edisi piala dunia yang memberikan kejutan. Selain memperkuat mitos kegagalan juara bertahan di penyisihan grup, kualitas peserta piala dunia yang hampir setara membuat sulit memprediksi hasil akhir. Siapa yang menyangka Jerman dipecundangi Meksiko dan Korea Selatan. Begitu juga Argentina yang mudah kebobolan tiga gol dari Kroasia. Hingga Jepang yang bisa lolos dari lubang jarum Fair Play. Selain peran pelatih yang jeli meracik tim, kerjasama pemain di lapangan dan gol-gol penentu kemenangan, ada peran penjaga gawang sebagai palang pintu terakhir dari pertahanan.
Hal ini penting mengingat penjaga gawang merupakan penentu keberhasilan sebuah tim di piala dunia. Fabian Barthez, Gianluigi Buffon, Iker Casillas saat mengantarkan Perancis (1998), Italia (2006), Spanyol (2010) juara dunia dengan mencatatkan 5 (dari 7) pertandingan tanpa kebobolan dan hanya kemasukan 2 gol. Manuel Neuer penjaga gawang timnas Jerman sang juara edisi terakhir (2014) juga mencatat 4 pertandingan tanpa kebobolan dan hanya empat kali memungut bola dari gawangnya.
Hal yang menarik dari tim-tim yang lolos ke 8 besar yaitu selain merupakan kesebelasan yang memiliki kualitas teknik dan startegi yang matang, mereka juga memiliki penjaga gawang yang numpuni. Lihat saja Thibaut Courtois, Kiper Belgia dan Chelsea ini mencatat 2 clean sheet dan 4 kebobolan. Selama 4 pertandingan, Coutois melakukan 9 penyelamatan termasuk melawan tim kejutan Tunisia dan Jepang. Saat menghadapi Jepang, Coutois menjadi inisiatif pertama serangan balik yang menghasilkan gol kemenangan Belgia. Dia jarang melakukan umpan jarak jauh tapi refleks dan konsentrasinya sangat bagus. Termasuk menghadapi tendangan jarak dekat.
Igor Akinfeev, Kiper Rusia dan CSKA Moscow ini memang tidak terlalu menonjol saat fase grup dengan hanya sekali clean sheet dan kebobolan 4 gol . Tetapi saat perdelapan final Akinfeef terpilih sebagai pemain terbaik saat mengalahkan spanyol yang dominan mengurung pertahanan Rusia. Dia melakukan 9 kali penyelamatan dan menepis dua tendangan pinalti. Kemampuan menghadapi pinalti, refleks, menghadapi bola atas maupun bawah merupakan keahlian yang membuatnya menjadi legenda pada game populer Football Manager.
Danijel Subasic kiper timnas Kroasia dan Monaco ini tampil sebagai pahlawan dengan sukses menggagalkan tembakan tiga eksekutor Denmark dalam adu penalti di babak 16 besar. Ia mencatat 2 kali tanpa kebobolan termasuk saat melawan argentina. Sejauh ini baru 1 gol yang bersarang di gawangnya saat menghadapi Denmark. Ia sempat digantikan Kalinic pada Line Up Kroasia saat mengalahkan Islandia 2-1. Refleksnya bagus termasuk saat menghadapi bola-bola  pendek.
Penjaga gawang timnas Uruguay Fernando Muslera merupakan kiper berpengalaman yang membawa Galatasaray menjadi juara Liga Super Turki 2017-2018. Dia mencatat 3 catatan bersih saat di fase grup dan sekali kebobolan saat 16 besar. Satu-satunya gol tersebut dari tandukan Pepe saat Uruguay mengalahkan Juara Eropa 2016, Portugal. Kelebihan Muslera yaitu refleks dan konsentrasi yang baik. Dia kuat menghadapi lesakan bola dari luar kotak pinalti dan sering membantu serangan dengan umpan jarak jauh.
Kiper timnas Swedia dan FC Kopenhagen, Robin Olsen mencatat 3 kali tanpa kebobolan dan 2 gol yang masuk saat dikalahkan Jerman 2-1. Dia tidak terlalu dikenal tapi refleks dan kemampuan yang baik dalam menangani bola tembakan jauh maupun dekat. Dia bermain baik saat menahan gempuran Jerman di fase grup.