Mohon tunggu...
Likke Andriani
Likke Andriani Mohon Tunggu... Lainnya - Generalis dinamis dengan latar belakang tehnik kimia, senang membaca mencoba mulai menulis untuk keseimbangan. Hobi: backpacking, naik gunung, jalan kaki, snorkeling dan kuliner.

"Jobs fill your pocket, but adventures fill your soul". "The world is a big playground - a lot to discover"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengenal Xi Jinping, Nomer Satunya Cina

6 Juli 2020   06:04 Diperbarui: 6 Juli 2020   06:05 6822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi bagaimana pun juga, ambisi nyata partai komunis Cina dari awal tidak pernah berubah: "Menyesuaikan dunia agar bisa tetap berkuasa selamanya." Bukan bangsa Cina, tapi kepentingan partai yang harus diutamakan. Untuk mencapai visi itu, liberalisme dan reformasi modal asing adalah hal tabu.

Di tahun 2030, Cina berencana secara ekonomi lebih berkuasa daripada USA, di tahun 2049 Cina ingin menjadi pemimpin dunia dan Cina berani bayar untuk itu. Apa artinya secara kongkret?

"Beijing ingin meluaskan kebijaksanaan otoriternya sehingga sebagian besar populasi dunia akan menerima model ala Cina", kata analis Nadige Roland. Untuk mengontrol negaranya sendiri, partai harus menjaga hubungan asimetris dengan dunia lain. Diplomat Cina harus ber-propaganda di medsos, tapi internet mereka sendiri tidak boleh dapat diakses oleh perusahaan atau opini barat/luar. 

Xi mengirimkan banyak mahasiswa Cina ke universitas di luar negeri, tapi orang luar tidak boleh berselancar, berinovasi bebas di laboratorium Cina. Cina harus mengeksport semuanya ke seluruh dunia, tapi pasar dalam negeri harus dilindungi dari pengaruh luar, apapun bentuknya.

Artinya, hubungan politik/ekonomi timbal balik yang seimbang dengan pemerintah Cina harus dianalisa secermat mungkin.

Xi hanya tahu dari buku dan propaganda untuk melayani partai komunis Cina, dan di Cina hukum rimba masih berlaku. "Anda harus menang". Seorang pengusaha Cina yang se-generasi dengan Xi, pernah berkata "Generasi saya belajar dari revolusi budaya bahwa pemenang selalu mengambil segalanya, bertingkah laku-lah seperti srigala dan kamu selamat".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun