Mohon tunggu...
Likke Andriani
Likke Andriani Mohon Tunggu... Lainnya - Generalis dinamis dengan latar belakang tehnik kimia, senang membaca mencoba mulai menulis untuk keseimbangan. Hobi: backpacking, naik gunung, jalan kaki, snorkeling dan kuliner.

"Jobs fill your pocket, but adventures fill your soul". "The world is a big playground - a lot to discover"

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Edamame, Asal-usul dan Potensi di Masa Depan

14 Juni 2020   23:39 Diperbarui: 14 Juni 2020   23:59 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliner. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Rembolle

Semua jenis kacang mentah - tua atau muda- mengandung lektin, zat yang kurang bisa diterima oleh pencernaan kita dan bahkan sedikit beracun. Jika dimakan terlalu banyak akan menyebabkan mual-mual, bahkan diare, karena itu ahli kesehatan pangan Belanda, Prof. Jaap Seidell menganjurkan untuk selalu memasak semua jenis kacang. Paling sedikit direbus atau dikukus selama 5 menit dalam temperatur 100°Celsius, sehingga tidak akan bermasalah buat pencernaan manusia.

Apa Edamame di tanam di Indonesia? Bagaimana potensialnya di masa depan?

Edamame ditanam pertama kali di Lembang, Bandung di abad ke 17 untuk memenuhi kebutuhan komunitas Jepang di Jakarta. 

Setelah di uji coba cukup lama di Indonesia, disimpulkan bahwa tanaman kedelai untuk edamame  ini umumnya hanya tumbuh baik di Indonesia, diatas lahan dengan ketinggian sekitar 600 meter, contohnya Lembang, Bogor, Jember, Kendal, Wonosobo, dll.

Tanaman kacang kedelai termasuk kedalam keluarga polong-polongan yang  memiliki sifat bisa mengikat nitrogen di udara.  Melalui proses simbiosis dengan bakteri yang hidup di tanah, Nitrogen yang diikat bisa dipindahkan  ke dalam tanah. Artinya tanaman kedelai mempunyai kemampuan menyuburkan tanah dengan sendirinya, sehingga kebutuhan akan pupuk bisa dikurangi.

Kebutuhan global atas edamame saat ini berpotensi cukup besar, sekitar 100 ribu ton per tahun. Tendensi terus meningkat dimotivasi oleh kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya 'produk pertanian yang berkelanjutan' dan  untuk memenuhi kebutuhan sumber protein sebagai bahan dasar makanan sehat. 

Kacang kedelai kaya akan protein, lemak tidak jenuh dan mengandung banyak mineral seperti besi, kalium, fosfor, magnesium, vitamin B1, B2, B3, B5, E dan juga asal foliat. Selain itu, kacang kedelai juga memiliki keseimbangan asam amino essensial yang baik sehingga cocok dijadikan bahan dasar untuk makanan pengganti daging: jenis produk pangan yang sejak pandemi corona ini  permintaan pasar-nya justru meningkat. Bahkan perusahaan multinasional seperti Unilever, Danone pun sekarang mulai berinovasi mengeluarkan produk pangan baru yang non-daging.

Resep Edamame asam-pedas:

500g Edamame berkulit, 2 siung bawang putih, 2 potong cabe merah, 1 sendok makan minyak zaitun,  1/2 potong lemon atau jeruk nipis, garam dan sesam untuk menabur.

  • Rebus edamame berkulit selama 5 menit dengan air mendidih bergaram. Buang air panas dan bilas dengan air dingin untuk menghentikan proses pemasakan.
  • Peras 1/2 potong lemon atau jeruk nipis, potong kecil-kecil cabe dan bawang putih. Campurkan semua bahan dengan garam lalu  panaskan bersama minyak zaitun beberapa menit. Aduk-aduk sebentar lalu masukan edamame berkulit yang telah dingin. Aduk beberapa menit dan sajikan dengan taburan garam dan sesam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun