Hawa, layaknya seorang penolong bagi Adam, memberi buah yang dimakannya itu kepada Adam. *Sharing is caring * kalau menurut pepatah zaman sekarang.
Hawa mencoba menjelaskan duduk perkaranya saat Ia dipersalahkan Adam. Kata Adam, "perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi buah dari pohon itu, maka kumakan."
Hawa bersuara, "ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."
RELASI HAWA DENGAN ADAM: SEBUAH KETIDAKSETARAAN
Di sini tampaknya terdapat ketidaksetaraan antara Hawa dengan Adam. Mungkin karena memang Adam memiliki "privilege" berhubung dia lahir duluan menurut runutan ceritanya. Yang lahir duluan biasanya sudah makan asam garam, namun lain halnya dengan Adam. Di mana Adam sewaktu Hawa bertemu ular sampai-sampai ia, dan bukan Adam, yang diperdaya?Â
Kisah tersebut melahirkan berbagai pertanyaan di benak saya yang ingin saya lontarkan kepada Hawa. Antara lain: Hawa, bagaimana perasaanmu ketika Adam melemparkan tanggung jawabnya padamu di hadapan TUHAN Allah? Lagi, di mana suaramu ketika kau dijatuhi 'hukuman' berupa takdir untuk mengalami sakit melahirkan? Mengapa Adam mendapat hukuman yang berbeda, yang kesannya lebih ringan, padahal ia mendapat peringatan yang sama agar tidak memakan buah dari pohon pengetahuan itu?Â
Sekali lagi, jangan keburu menista Kitab Suci agama saya. Masih ada perempuan-perempuan lain dalam kitab yang kompleks itu yang bersuara lantang dan memiliki andil, bahkan ada seorang perempuan bernama Maria yang dipilih oleh Tuhan Allah menjadi ibu bagi Putera-Nya. Lain Maria, lain Hawa, Maria memiliki suara dan memiliki andil cukup besar dalam sejarah keselamatan.
HAWA, DI MANA SUARAMU?
Mungkin memang suara Hawa sama-sama terbungkam dengan orang-orang yang  suaranya tidak pernah terdengar di khasanah publik ataupun di dalam tempat ibadah sekalipun. Teman-teman penyandang disabilitas salah satunya, atau orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan, orang-orang jompo atau orang-orang di dalam penjara. Di mana suaramu? Sudahkah kita memberi ruang bagi suara-suara mereka?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H