Mohon tunggu...
El
El Mohon Tunggu... Desainer - Menulis opini mengenai realita sosial dari lensa feminisme kontemporer

Wiraswasta di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengingat Ibu Semua yang Hidup: Hawa, di Mana Suaramu?

8 Maret 2019   12:55 Diperbarui: 8 Maret 2019   17:51 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap tanggal 8 Maret (hari ini) seluruh warga sedunia diajak untuk memperingati peran, hak serta kodrat PEREMPUAN. Kebetulan, persoalan perempuan dan posisi gendernya dalam struktur sosial adalah persoalan yang cukup menarik perhatian saya.

Sejak kecil, perempuan-perempuan di dalam keluarga saya memiliki peran yang teramat penting. Amat penting, mulai dari urusan rumah tangga, pendidikan, kesehatan, kebersihan, sampai dengan urusan keuangan. Bisa dibilang 80% orang-orang "berpengaruh" dalam hidup saya berjenis kelamin perempuan. Ada kemungkinan, salah satu sebabnya adalah karena saya juga seorang perempuan. Mungkin akan lain ceritanya kalau saya terlahir sebagai anak laki-laki.

IBU SEMUA YANG HIDUP 

Kembali ke topik tulisan saya yaitu "mengingat ibu semua yang hidup." Kitab Suci agama saya menuturkan sebuah kisah bagaimana perempuan bernama Hawa tercipta dahulu kala. Katanya, nama Hawa berarti ibu dari semua yang hidup. Ibu kita semua.

Alkisah, Hawa diciptakan setelah TUHAN Allah berpikir bahwa Adam membutuhkan penolong dan pelengkap. Ada yang sedikit janggal memang, karena Hawa adalah ibu dari semua yang hidup kecuali Adam. Adam tidak mempunyai ibu. Di situ tidak ditulis bahwa Adam meminta pertolongan. Tidak. Pun tidak ditulis bahwa Hawa meminta untuk diciptakan. 

HAWA, DI MANA SUARAMU?

Di manakah opini atau suara  Hawa, juga opini atau suara Adam, pada waktu itu? Mungkin mereka belum kenal yang namanya sistim demokrasi dan hak berpendapat. Kedua-duanya, maaf, hemat saya adalah obyek dalam proses penciptaan, padahal sekarang manusia menggaungkan pesan bahwa manusia adalah subyek, bukan obyek untuk diperalat, dimanipulasi, digunakan, diperdagangkan, dan sebagainya. 

Ya memang Kitab Suci saya sebaiknya dibaca secara menyeluruh. Kisah penciptaan Adam dan Hawa tadi jangan langsung dihujat mentah-mentah sebelum membaca kisah- kisah berikutnya.

SUARA HAWA TERDENGAR UNTUK PERTAMA KALINYA

Mari kita lanjut ke kisah kedua dimana nama Hawa disebut.

Ia berada di sebuah taman, bertemu seekor ular dan Hawa menuruti usulan si ular untuk memakan buah yang ada di tengah-tengah taman itu. Katanya buah itu bisa membuatnya mengetahui segala sesuatu. Padahal, TUHAN Allah terlebih dahulu  melarangnya memakan buah dari pohon tersebut. Jadilah Hawa memilih berpihak pada anjuran  seekor ular hewan yang dijadikan simbol "kecerdikan" itu, padahal ular juga makhluk ciptaan TUHAN Allah.

Hawa, layaknya seorang penolong bagi Adam, memberi buah yang dimakannya itu kepada Adam. *Sharing is caring * kalau menurut pepatah zaman sekarang.

Hawa mencoba menjelaskan duduk perkaranya saat Ia dipersalahkan Adam. Kata Adam, "perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi buah dari pohon itu, maka kumakan."
Hawa bersuara, "ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan."

RELASI HAWA DENGAN ADAM: SEBUAH KETIDAKSETARAAN

Di sini tampaknya terdapat ketidaksetaraan antara Hawa dengan Adam. Mungkin karena memang Adam memiliki "privilege" berhubung dia lahir duluan menurut runutan ceritanya. Yang lahir duluan biasanya sudah makan asam garam, namun lain halnya dengan Adam. Di mana Adam sewaktu Hawa bertemu ular sampai-sampai ia, dan bukan Adam, yang diperdaya? 

Kisah tersebut melahirkan berbagai pertanyaan di benak saya yang ingin saya lontarkan kepada Hawa. Antara lain: Hawa, bagaimana perasaanmu ketika Adam melemparkan tanggung jawabnya padamu di hadapan TUHAN Allah? Lagi, di mana suaramu ketika kau dijatuhi 'hukuman' berupa takdir untuk mengalami sakit melahirkan? Mengapa Adam mendapat hukuman yang berbeda, yang kesannya lebih ringan, padahal ia mendapat peringatan yang sama agar tidak memakan buah dari pohon pengetahuan itu? 

Sekali lagi, jangan keburu menista Kitab Suci agama saya. Masih ada perempuan-perempuan lain dalam kitab yang kompleks itu yang bersuara lantang dan memiliki andil, bahkan ada seorang perempuan bernama Maria yang dipilih oleh Tuhan Allah menjadi ibu bagi Putera-Nya. Lain Maria, lain Hawa, Maria memiliki suara dan memiliki andil cukup besar dalam sejarah keselamatan.

HAWA, DI MANA SUARAMU?

Mungkin memang suara Hawa sama-sama terbungkam dengan orang-orang yang  suaranya tidak pernah terdengar di khasanah publik ataupun di dalam tempat ibadah sekalipun. Teman-teman penyandang disabilitas salah satunya, atau orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan, orang-orang jompo atau orang-orang di dalam penjara. Di mana suaramu? Sudahkah kita memberi ruang bagi suara-suara mereka? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun