Pada dasarnya, hak memilih seorang pemimpin adalah salah satu hak sebagai warga negara.
Mengapa saya tulis hanya salah satu? Karena masih ada hak-hak lainnya yang Mungkin bisa dibilang lebih utama dan lebih penting, antara lain menyangkut hak hidup, hak mendapatkan sandang, Â pangan dan papan yang cukup, Â serta hak untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang melalui pendidikan dan membangun kapasitasnya sebagai makhluk sosial.
Memang, sungguh banyak yang menjadi hak asasi seorang manusia agar kemanusiaan manusia sungguh -sungguh terjaga. Hak memungut suara juga tidak kalah pentingnya.
Masih ingatkah Anda?
Masih ingatkah Anda ketika segala sesuatunya di negara ini diputuskan oleh ketua MPR, presiden dan jenderal?
Betapa malangnya ketiga pejabat negara itu yang di pundaknya membawa beban untuk menjamin hak-hak ratusan juta rakyatnya dan setiap hari nama ketiga orang itulah yang dihujat oleh rakyat yang tidak setuju dengan keputusan-keputusan yang mereka ambil.
Menyadari hal di atas membuat saya turut merasa prihatin dengan kesehatan mental dan emosional para pemimpin di negara ini. Ayolah kita membantu mereka dengan memberi apresiasi serta masukan yang konstruktif, jangan melulu destruktif.
Bagaimana kita membaca strategi kampanye?
Tidak dapat dipungkiri bahwa sistim pemungutan suara ini tidak akan mampu memuaskan semua pihak. Yang mendapatkan suara paling banyak, dialah yang akan memenangkan kampanye.
Tidak pula tertutup kemungkinan bahwa kandidat demi kandidat akan mengedepankan hal-hal yang dinilai "populer" di kalangan masyarakat pada umumnya.
Seorang kandidat yang bijaksana tentu tidak mengharapkan rakyatnya terbelah karena itu otomatis akan mengurangi peluangnya meraih jumlah suara terbanyak.
Kandidat yang bijaksana akan mencari kunci inti yang dapat mempersatukan semua suara. Apakah mungkin?
Greatest Common Denominator
Dalam matematika terdapat istilah yang namanya the greatest common denominator, disingkat GCD. GCD ini adalah faktor terbesar yang sama-sama dimiliki oleh dua angka atau lebih.
Misalnya, 7 adalah GCD dari angka 14, 21 dan 28. GCD inilah yang menjadi salah satu tali pengikat persatuan antara ketiga angka tersebut karena mereka sama-sama kelipatan 7.
Nah, kalau bisa menganalisa data statistik dan matematika dengan tepat, dan apabila seorang calon gubernur bisa menemukan the greatest common denominator di antara sekian banyak minat dan aspirasi rakyat yang hendak diayominya, elektabilitasnya pasti meningkat drastis.
Jadi, elektabilitas seorang kandidat sebenarnya bisa diprediksi melalui ilmu statistik ketika ia menyusun proposalnya, tergantung pada apakah dirinya adalah seorang yang idealis atau realistis.
Seorang yang idealis akan menyusun sebuah proposal semata-mata karena ia suka dan percaya akan kehebatan ide-ide yang diajukannya. Sebaliknya, seorang yang realistis akan menyusun proposal dengan menghitung terlebih dahulu elektabilitas yang akan diperolehnya melalui ide-ide yang diajukannya itu.
Ibarat bermain catur
Ibarat bermain catur, siapa yang sanggup menembus benteng lawan paling jauh, dialah pemenangnya. Demikian pula dengan cita-cita setiap juru kampanye, siapa yang sanggup mengambil hati rakyat terbanyak, dialah yang akan terpilih.
Untuk kategori anak remaja, kandidat yang muda, berpenampilan menarik dan menjanjikan banyak acara kesenian akan meraih suara terbanyak.
Untuk kategori orang dewasa biasa-biasa, kandidat yang menjanjikan kesejahteraan ekonomi dan jaminan sosial akan meraih suara terbanyak.
Untuk kategori pemuka agama, kandidat yang menonjolkan kesolehan dan kearifan akan memperoleh banyak dukungan dan doa.
Dan terakhir, untuk kategori pejabat, kandidat yang menjanjikan kebangkitan nasionallah yang akan memperoleh simpatisan terbesar.
Penutup
Silahkan hitung jumlah penduduk Jakarta di masing-masing kategori, dan kemudian hitung probabilitas setiap kandidat pilgub DKI 2017. Jangan lewatkan peluang Anda untuk memilih sebebas-bebasnya menurut agama dan kepercayaan masing-masing, tapi janganlah marah kalau apa yang menjadi pilihan Anda tidak terpilih menjadi pemimpin.
Di dalam hidup, ada waktunya kita berada bersama pemimpin yang sependapat dengan kita, dan ada waktunya pula untuk dipimpin oleh orang yang tidak sependapat dengan kita. Menang atau kalau adalah hal biasa.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H