Mohon tunggu...
Likaf
Likaf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang mahasiswi biasa

Try to live

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Cerita Operasi Gigi Bungsu 4 Sekaligus Pakai BPJS

5 Agustus 2022   14:16 Diperbarui: 6 Agustus 2022   02:24 31546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kontrol ke dokter gigi (FREEPIK/PRESSFOTO)

Halo! Pada artikel kali ini aku akan menceritakan pengalamanku tentang operasi gigi bungsu 4 sekaligus pakai BPJS Kesehatan.

Sebelum lanjut ke ceritanya, sejauh yang aku tahu melalui beberapa kali kontrol dengan dokter gigi bahwa gigi bungsu atau gigi geraham bungsu ini bisa tumbuh dengan mengakibatkan rasa sakit (mengganggu) ataupun tidak sakit sama sekali (tidak mengganggu). Tetapi dikasus aku kali ini, gigi bungsu yang tumbuh sangat mengganggu.

Sekitar bulan Oktober akhir tahun 2021, aku ngerasain sakit banget di bagian kepala (seperti migrain) dan rasanya menjalar sampe mata bahkan ini dibarengi dengan suhu tubuhku yang semakin tinggi. 

Awalnya sih cuma ngira demam biasa dan memutuskan untuk minum paracetamol aja. Tapi kok sampai hari besok rasa sakit kepalanya belum reda ditambah rahang sebelah kiri (bagian bawah) nyeri. 

Iseng-iseng foto barisan gigi kiri bawah, waduh! Ada bagian gigi kecil paling belakang yang tumbuhnya kalau dilihat dari foto sih nggak sempurna.

Keesokannya langsung bergegas ke dokter gigi umum di faskes satu BPJS-ku. 

Dan ternyata betul, kalau gigi kecil yang kefoto itu adalah gigi bungsu. Melalui pernyataanku kalau dengan tumbuhnya gigi bungsu ini sangat mengganggu, dengan itu aku dirujuk ke salah satu rumah sakit swasta type C. 

Kebetulan di kotaku rumah sakit yang ada fasilitas dokter bedah mulut bisa pakai BPJS masih tergolong jarang. 

Sejauh yang aku tahu saat itu hanya ada 2 rumah sakit, tempat aku dirujuk dan RSUD kotaku.

Singkat cerita, ternyata untuk ketemu dokter bedah mulut (pertemuan pertama) di RS rujukanku dari faskes pertama waiting list sampai 6 bulan. Di mana perkiraan ketemu dokter bedah mulut di bulan April 2022. Pikiranku saat itu, "Aduh, nggak akan sanggup deh ketemu dokter aja harus nunggu 6 bulan." 

Akhirnya mulai cari-cari rumah sakit lain yang bisa nerima rujukan BPJS untuk ke bedah mulut. Tapi ternyata hasilnya selalu terlalu jauh dari rumah.

Coba cari alternatif lain dengan datang ke RSUD kotaku. Ternyata oh ternyata, tetap sama aja hasilnya. 

Kata suster yang jaga poliklinik saat itu, untuk ketemu dokter spesialis bedah mulut (SpBM) akan masuk ke waiting list ditambah harus nunggu hal lain karena dokternya mau pendidikan di luar negeri.

Masih penasaran lagi, akhirnya aku memutuskan untuk mengganti rujukanku dari faskes satu untuk ke RSUD. Hal ini aku lakukan soalnya RS yang mau aku tuju saat itu adalah salah satu RSUP di Jakarta Selatan, di mana wilayah ini beda dengan domisiliku makanya butuh rujukan dulu dari RSUD (itu sedikit hal yang aku tahu, untuk lebih detailnya aku nggak ngerti).

Melalui berbagai drama di RSUD seperti miskomunikasi sampai pernah kejadian BPJS error yang mengharuskan aku nunggu berhari-hari walaupun akhirnya rujukan dari RSUD berhasil aku dapatkan. Dari sini aku mulai mempersiapkan diri bolak-balik dari rumahku ke Jakarta Selatan. 

Oh iya, pada saat itu sebetulnya nyeri di gigiku udah berkurang jadi nggak terlalu ganggu aktivitas. Tapi karena udah terlanjur ribet ngurusin plus ketakutan rasa nyeri dan demamnya kambuh akhirnya tetap lanjut usahain operasi ini.

Alhamdulillah pertama kalinya datang ke RSUP ini langsung bisa ketemu dokter SpBM, tanpa waiting list apapun. 

Di RSUP ini aku langsung disarankan rontgen panoramic dengan ke Radiologi dengan rujukan dokter (jadinya gratis, hehe). 

Aku panoramic nggak langsung di hari pertama ketemu dokter ya, karena selesai dari poliklinik udah agak siang jadi antreannya luar biasa. 

Di hari pertama ketemu dokter ini, aku disuruh tebus obat anti nyeri tapi ternyata kata apoteknya obat ini nggak ditanggung BPJS jadi mending tebus di luar aja.

Waktu panoramic saat itu hasilnya cuma nunggu sekitar 20 menitan aja, jadi nggak perlu bolak-balik untuk ambil hasilnya. Setelah hasilnya keluar, aku kontrol ke dokter sesuai jadwalnya. 

Awalnya dugaan aku cuma ada 1 gigi bungsu yang perlu diambil, ternyata ada 4 gigi bungsu yang menurut dokter lebih baik diangkat sekaligus karena ditakutkan nanti malah rasa sakitnya nyusul.

Karena aku pun udah merasa badan mau rontok urus sana-sini, jadilah aku setuju untuk operasi 4 gigi bungsu sekaligus. 

Sampai waktunya aku ketemu bagian suster yang mengurus schedule operasi untuk dokter ini, ternyata aku dapat di tanggal 14 Juni 2022 sedangkan saat itu masih Desember 2021. Jadi kurang lebih aku harus nunggu selama 6 bulan. Pada saat itu aku sih oke-oke aja, toh nyerinya udah nggak muncul lagi.

Di hari yang sama saat perkiraan jadwal operasiku keluar, aku juga ngurus beberapa dokumen di TU RSUP tersebut. 

Dan dari TU aku dapat jadwal (beserta tanggal dan nomornya) untuk apa aja yang harus aku lakukan pra operasi. Seperti thorax, cek darah di laboratorium, ketemu dokter penyakit dalam, ketemu dokter anastesi, dan yang terakhir adalah PCR.

Sekitar sebulan udah berlalu. Tepatnya sekitar akhir Januari sampai awal Februari 2022 rasa nyeri dari gigi bungsu muncul lagi dan kali ini titik sakitnya muncul dari gigi bungsu kiri atas plus bawah. 

Waktu sakit ini aku udah nggak bisa makan, mulut susah untuk kebuka jadi untuk bicara kurang jelas. Rasa nyeri saat itu disertai demam, tetapi nggak terus-terusan lebih kaya muncul dan hilang.

Karena udah frustasi banget sama nyerinya, aku berniat untuk operasi memakai biaya pribadi aja. Dari sini mulai cari-cari RS yang ada dokter SpBM-nya. Tetapi karena aku rutin minum obat dan kumur-kumur, akhirnya rasa nyerinya mereda dan udah bisa beraktivitas normal lagi. Pastinya aku membatalkan niat aku untuk operasi dengan biaya pribadi dan tetap menunggu bulan Juni nanti. 

Setelah udah tenang selama sebulanan, rasa nyerinya nggak pernah muncul. 

Di bulan Maret 2022 aku demam tinggi sampai 40,60C. Dari sini aku udah nggak bisa ngapa-ngapain bahkan harus ke IGD. Melalui cek darah dan pengecekan lainnya kondisi tubuh aku normal. 

Yup! Lagi-lagi penyebabnya adalah dari si gigi bungsu ini. Tapi Alhamdulillah demam aku langsung turun karena sempat diinfus di IGD. Oh iya, untuk kasus aku waktu ke IGD ini nggak ditanggung BPJS ya, jadinya pakai biaya pribadi.

Oke, permasalahan-permasalahan karena gigi bungsu udah selesai. Akhir bulan Mei 2022 udah tiba dan aku mulai melakukan kegiatanku yang ada di schedule pra operasi. 

Pertama aku rontgen thorax, di hari-hari berikutnya aku cek darah di Lab sekaligus ambil hasil thorax-ku. 

Pas cek darah jujur aku agak kaget, ku pikir cuma cek darah biasa, eh ternyata beda. Saat aku udah ngulurin tangan, ternyata bapak petugas mau aku agak nyingkap hijabku karena sample juga diambil melalui telinga. Agak sakit sih, apalagi aku ini cupu banget kalau masalah perjaruman (T_T).

Setelah hasil thorax dan hasil cek darah udah di tangan, selanjutnya aku ketemu sama dokter penyakit dalam. Dan setelah mendapat persetujuan dari situ, aku lanjut ke dokter anastesi. 

Pada saat ketemu dokter anastesi aku ditanya beberapa pertanyaan seperti TB, BB, dan beberapa pertanyaan lain. 

Saat itu aku boleh nanya apapun sama dokter anastesi seputar hal yang berbau pembiusan saat operasi. 

Dan setelah selesai dari sini aku datang lagi ke RSUP di hari selanjutnya untuk PCR. Setelah aku PCR lanjut untuk kontrol terakhir sama dokter yang nanganin aku sebelum operasi.

Beberapa hari sebelum tanggal operasi tiba aku mulai nyiapin keperluan aku selama di RS nanti. Kaya misal pas jauh hari aku mulai beli baju yang ada kancing depan (maklum, aku anaknya kaos-an banget :D). 

Karena aku udah baca beberapa review tentang operasi gigi bungsu, jadi aku siapin sedotan juga beberapa perlengkapan makan lain kaya sendok dan gelas (karena di RS nanti yang nunggu papa dan mama-ku). 

Dan yang terakhir plus penting adalah masker ganti, tisu kering, tisu basah, hand sanitizer, dan beberapa kantong plastik.

Karena prosedur operasi kali ini mengharuskan aku rawat inap sebelum operasi, jadi di tanggal 13 Juni aku datang ke RSUP. 

Di hari ini aku datang siang karena aku juga harus ambil hasil hasil PCR-ku sekaligus kasih beberapa berkas ke TU. Setelah itu aku daftar untuk rawat inap agar dapet kamar.

Setelah pendaftaran rawat inap, aku nunggu lama. Sejak aku sampe di RS baru pukul 17.00 WIB baru bisa masuk kamar. 

Oh iya, aku sendiri punya hak kelas 3 di BPJS. Untuk masuk kamar sebelumnya aku harus semacam registrasi di nurse station. 

Untuk infus sendiri dipasang sekitar 18.00 WIB, tapi di sini belum dengan cairannya, ya.

Sekitar jam 20.00 WIB, aku ditensi kemudian dikasih baju RS dan sabun sekaligus shampoo antiseptik. 

Kata suster besok pagi aku harus mandi dan keramas. Bajunya pakai yang udah diberikan.

Pagi udah tiba, aku sholat subuh terlebih dahulu. Sekitar jam 05.45 WIB, aku ditensi lagi dan setelahnya langsung mandi. Untuk pakaian dalam waktu itu aku cuma diperbolehkan untuk pakai celana dalam saja.

Jam 09.00 WIB, aku dijemput suster dengan kursi roda. Sebelum menuju ruang persiapan operasi, aku disuntik-an cairan di tangan. 

Kalau nggak salah namanya tes alergi. Jujur tahap ini menurutku tahap yang paling sakit dari rangkaian yang ada. 

Setelah disuntik bekasnya akan berbekas kaya bentol dan sedikit gatel di aku, tapi itu bener-bener nggak boleh digaruk.

Setelah itu aku diantar ke ruang persiapan operasi sama suster. Pas mulai sampe di gedungnya, MasyaAllah dingin banget (T_T). 

Disclaimer, aku ini bener-bener nggak kuat sama suhu dingin jadi momen ini yang paling aku nggak suka. 

Setelah sampai di ruang persiapan operasi, aku disuruh untuk ganti baju operasi. Waktu pakai bajunya aku kesulitan karena talinya di belakang akhirnya aku minta tolong suster, deh.

Selanjutnya aku disuruh nunggu di kursi roda sekaligus ditensi. Di sini aku mulai menggigil sampai gigi aku beradu. Karena mungkin nggak tega, akhirnya suster ambilin aku selimut. Setelah itu aku diantar ke ruang operasi. 

Nah, sebelum aku sampe aku melewati banyak ruang operasi lain, tapi aku udah sama sekali nggak fokus sama sekitarku karena aku betul-betul udah kedinginan, bisa kubilang itu adalah momen aku paling merasa kedinginan seumur hidupku (bisa jadi karena dicampur tegang juga, ya).

Akhirnya sampai di depan pintu ruang operasiku nanti. Setelah itu ada suster yang nyambut aku dengan ceria. 

Pas masuk ruangannya aku berasa kaya di film, hahaha maklum aku nggak pernah operasi sebelumnya. 

Jujur di titik itu aku udah pasrah sih sama apapun apalagi banyak suster dan bruder yang berusaha mencairkan suasana. 

Di ruangan operasi juga display musik, aku inget banget kalau itu lagunya Rizky Febian :D.

Setelahnya aku disuruh turun dari kursi roda dan naik ke ranjang operasi. Lampu-lampu operasi yang belum nyala mulai disesuaikan dengan posisi kepalaku (makin berasa kayak di film, hahaha). 

Beberapa alat mulai dipasang ditubuh aku seperti alat deteksi detak jantung, alat tensi darah, oximeter, dan juga cairan infus.

Selang berapa menit ada bruder atau dokter yang nyamperin aku. Beliau pakein alat kaya oksigen tapi jauh lebih besar. Aku diminta napas secara teratur di dalam alat itu. 

Aku nggak begitu suka sensasinya, sih. Rasanya agak pedes dan pedih di mata. Tapi aku terus dituntun untuk bernapas secara teratur dan rileks. 

Setelahnya aku tidur deh. Yup, itu alat biusku yaitu bius hirup.

Jujur rasanya aku tidur lama banget, sampai akhirnya dibangunin suster karena operasinya sudah selesai. Waktu kebangun rasanya rahang aku agak nyeri dan ngilu. 

Tapi yang paling bikin aku linglung "Ini apaan, ya?" karena gusi yang habis operasi disumpel pake tampon biar pendarahannya ketahan.

Sebetulnya, perasaan mengganggu yang paling dominan datangnya bukan dari nyeri di rahang. Tapi kedinginan dan rasa perih plus sakit di tenggorokan. Pas di tempat pasca operasi, alat-alat masih nempel di badan aku. Tapi bedanya kali ini aku pake oksigen di hidung. 

Karena aku ngerasa nggak nyaman sama oksigen ini akhirnya aku lepas deh dan ku taro di sekitar kening, hehehe. Abis rasanya agak pedes gitu, tapi jangan dicontoh ya temen-temen.

Di ruangan itu aku bener-bener kedinginan parah sampe menggigil. Aku beberapa kali tidur lagi dan selalu bangun karena aku ngigo kedinginan. Akhirnya sama suster aku pakein blower hangat dari bawah.

Selesai dari ruang pasca operasi aku di dorong pake kasur ke kamar rawat inapku, aduh rasanya hangat banget. Di ruang rawat inap sendiri aku nggak boleh minum dulu, seingetku selama 1 jam. 

Tersiksa banget rasanya T_T, tapi terobati dengan air yang masuk ke tenggorokan dengan ukuran sendok teh. Karena waktu itu nggak boleh langsung minum pakai sedotan atau langsung dari gelas.

Rasa waktu nelan air tuh agak nyeri di bagian jaitan dan tenggorokan tuh perih banget. Aku ngelepas tampon dari mulut sekitar jam 17.00 WIB,  sedangkan aku selesai operasi sekitar jam 13.00 WIB.

Selesai operasi aku tetap dapet obat oral (bukan dari infus) karena tenggorokan masih sakit jadi obatnya aku larutin aja pakai air. 

Untuk makanan, aku cuma bisa makan bubur atau sesuatu yang mudah larut dan bicara belum jelas karena ngilu kalau buka mulut terlalu lebar.

Setelah operasi aku baru bisa pulang besoknya (tanggal 15 Juni). Aku sendiri baru bisa makan agak banyak H+3 dari operasi, itu pun masih pakai gigi bagian depan karena masih takut ngunyah di tempat jaitan.

Untuk sikat gigi karena aku ini cupu dan takutan akhirnya beli sikat gigi untuk anak-anak karena ukuran bulunya lebih kecil. 

Nyikat giginya pun harus sambil ngaca biar nggak kena jaitan. Dan biar yakin lebih bersih lagi, aku selalu pakai obat kumur.

Aku copot jaitan di H+7 operasi. Dari situ aku lumayan berani untuk makan lebih banyak lagi walaupun masih ngilu. 

Sekitar H+12 baru deh rasa aneh di sekitar bekas jahitan bener-bener hilang dan makan udah kembali nikmat.

Jadi, untuk kalian yang mau operasi gigi bungsu jangan takut, ya! Karena untuk proses operasinya sendiri nggak ngerasain apapun. Walaupun memang pasca operasinya mulai ngerasa ini itu. 

Tapi aku jauh lebih memilih rasa nggak nyaman pasca operasi dibanding harus ngerasain sakit gigi yang parah dan bisa datang kapan aja.

Dengan BPJS-pun aku nggak bayar apapun yang berkaitan dengan operasi maupun kamar rawat inap. 

Sejauh ini aku nggak ngerasain hal aneh dan aman-aman aja, kok. Rasa lepas jaitan pun nggak sakit sama sekali.

Pesan aku untuk yang lagi mengurus maupun sedang mengurus proses operasi ini, semangat ya! Karena memang akan keluar waktu, materi, tenaga yang nggak sedikit. Semoga prosesnya cepat selesai dan operasinya berjalan lancar.

Terima kasih sudah membaca!

<3

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun