Mohon tunggu...
Lifania Riski Nugrahani
Lifania Riski Nugrahani Mohon Tunggu... -

Muslim | 28July96 | Cerpenist | Novelist | Carilah akhiratmu tapi jangan lupakan duniamu | Manajemen SV UGM '13

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Happiness It’s You

21 Desember 2013   05:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:41 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia ini tak pernah lagi terasa indah bagi Fella, entah kenapa akhir-akhir ini hanya keheningan yang menyelimutinya, sejak kedua orangtuanya sering berselisih mulut membuat Fella tak nyaman berada di rumahnya. Seperti hari-hari biasanya Fella banyak menghabiskan waktunya di kamar, dengan buku-buku pelajarannya, dengan handphonenya, atau bermain di dunia maya dengan laptopnya. Suatu malam kejadian yang tidak ingin dilihat oleh Fella terjadi, Fella melihat ayahnya melemparkan tangan dipipi bundanya.

“Ayah!!” teriak Fella memperingatkan ayahnya, tapi peringatan dari Fella terlambat, bercak merah mulai terlihat di ujung bibir sang bunda. Fella merasakan kesakitan yang mendalam sama seperti bundanya, tanpa ia sadari air mata Fella yang terbilang langka mulai membasahi pipinya. Fella bergegas menghampiri bundanya yang jatuh lemas di lantai.

“Bunda, Bunda baik-baik saja?” tanya Fella penuh rasa khawatir. Bundanya hanya diam merasa malu pada anaknya karena melihat kedua orangtuanya dalam keadaan seperti ini. Air mata yang memenuhi kelopak mata Bunda Fellapun mulai jatuh.

“Ayah benar-benar keterlaluan, Fella benci ayah” kata Fella pada sosok laki-laki di depannya. Sementara Ayah Fella terkejut mendengar putri lembut dan pendiamnya berkata seperti itu, membuatnya mematung. Ayah Fella beranjak pergi dari rumah, sementara Fella dengan sekuat tenaganya ia membantu bundanya ke kamar.

“Bunda istirahat ya, Fella ambilin air es biar enggak bengkak” kata Fella sambil merebahkan tubuh bundanya dan menyelimutinya. Fella kembali dengan wastfle dan air es ditangannya, di usapkan kain itu perlahan di ujung bibir bundanya. Bunda Fella hanya diam mematung, tapi Fella tahu bahwa itu sangat sakit. Malam ini Fella membiarkan tubuhnya tidur disebelah bundanya.

***

Pagi ini Fella bangun tanpa mendapati bundanya, ia segera beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar mencari bundanya.

“Bunda.. Bunda” panggil Fella, tak ada jawaban hanya kicauan burung pagi yang terdengar. Fella melirik jam dinding di ruang tamu.

“Lebih baik aku sarapan dulu” kata Fella dalam hati. Setibanya Fella di dapur ia melihat di atas meja makan sudah ada roti dan segelas susu. Perlahan Fella berjalan ke arah meja makan, dilihatnya sebuah memo kecil dengan kertas biru muda dan tinta hitam.

“Sayang, bunda minta maaf enggak bisa nemenin kamu sarapan, tapi sebelum berangkat sekolah roti dan susunya harus habis J bunda selalu sayang Fella” Fella hanya tersenyum kecil membaca memo dari bundanya. Ia segera duduk dan melahap roti serta susu yang sudah disiapkan oleh bundanya. Usai roti dan susunya benar-benar habis Fella bersiap pergi kesekolah. Dilihatnya wajahnya di cermin, ia terkejut melihat matanya yang sendu.

“Ahh kenapa ini mataku, pasti gara-gara nangis semalem” keluh Fella dalam hati. Ia mulai mengaduk-aduk isi lacinya, dan ia menemukan kaca mata dengan frame hijau muda.

“Lumayanlah enggak begitu keliatan kalo gini” katanya dalam hati saat melihat dirinya sendiri berkaca mata di cermin. Fella sudah bersiap untuk berangkat sekolah bahkan ia sudah menyiapkan jawaban yang tepat jika ada temannya yang masih mendapati matanya yang sendu karena menangis semalam. Setibanya Fella di sekolah ia segera duduk di kursinya deretan tengah nomer dua sebelah kanan, disitulah ia sering duduk. Fella membuka tasnya mengeluarkan buku geografi  mata pelajaran pertama untuk hari ini. Temannya-temannya sudah banyak yang datang tapi Eci teman dekatnya belum juga kelihatan, Fella putuskan untuk mengirim pesan pada Eci.

To : Eci

Ci kamu dimana?

Send => Ok

Sambil menunggu balasan dari Eci, Fella memutar-mutarkan ponselnya. Tapi tiba-tiba ia berhenti memainkan ponselnya ketika melihat Ezza datang. Ezza seorang cowok yang diam-diam disukai Fella, bukan cuma karena Ezza tinggi dan putih tapi dia juga baik dalam hal akademiknya.

“Hai Ezza” sapa Sita setiap pagi pada Ezza.

“Ahh cewek itu selalu saja, enggak pernah bosen godain Ezza” batin Fella kesal. Ezza hanya tersenyum mendengar sapaan Sita.

“Ahh lagi-lagi Ezza liat ke arahku saat digodain sama Sita, apa dia juga suka aku, ahh Fella apa yang kamu pikirin” gumam Fella dalam hati.

1 New Message => Open

di rumah Fel, agak kurang enak badan nih. kamu serius belajarnya ya J

Fella semakin malas untuk berlama-lama di kelas karena sahabatnya tidak berangkat kesekolah, tapi apa boleh buat sebentar lagi Pak Nudi guru super disiplin itu pasti datang dan tak ada waktu buat Fella untuk melarikan diri.

“Selamat pagi anak-anak” sapa Pak Nudi didepan pintu.

“Pagi pak” jawab seluruh siswa kelas.

“Siapa yang tidak hadir hari ini?” tanya Pak Nudi sambil membuka laptopnya.

“Eci sakit pak” kata Fella.

“Baiklah, sekarang kita masuk bab baru tentang geologi, tapi sebelumnya bapak minta kursi depan di isi dulu” kata Pak Nudi.

“Kamu nak, yang frame kaca matanya hitam, maju kesini” kata Pak Nudi menunjuk Ezza untuk duduk disebelah Fella. Fella terkejut perasaannya berada di antara takut dan bahagia. Selama pelajaran geografi keduanya terdiam, tak sepatah katapun terucap dari bibir keduanya, tidak seperti saat pertama kali Edward dan Bella dipertemukan dalam film Twilight keduanya bahkan tak saling melihat, keduanya hanya bergantian melihat whiteboard dan buku modul di atas mejanya. Bel pergantian jam berbunyi, Fella merapikan buku geografinya dan mengeluarkan buku Bahasa Indonesianya.

“Tumben pake kaca mata” kata Ezza. Fella terkejut.

“Ehh ini, iya lagi pengen aja” kata Fella sambil memegang frame kaca matanya.

“Fell, apa kamu ngak ngerasa nyaman karna aku duduk disebelah kamu?” batin Ezza bertanya.

Hari ini sekolah usai Fella segera membereskan buku-bukunya dan memasukkan kedalam tas.

“Bye Ezza” kata Sita sambil menepuk bahu Ezza, lagi-lagi Ezza hanya tersenyum.

“Duluan Za” kata Fella sambil menggendong tasnya.

“Tunggu Fel” panggil Ezza, membuat langkah Fella terhenti tak jauh dari meja depan.

“Kamu bisa cerita ke aku kalo Eci lagi enggak ada, aku tau kamu habis nangis semalem, matamu enggak bisa bohong Fel” kata Ezza sambil meninggalkan secarik kertas dan langsung menghilang dari kelas.

“Apa maksudnya Ezza ngasih nomer ini, apa dia pengen aku cerita ke dia, ato apa sih, ahh entahlah yang penting aku dapat nomer hapenya Ezza, dan dia sendiri pula yang ngasih” kekehnya dalam hati.

***

Pukul sepulah malam lebih tujuh belas menit, Fella belum juga bisa memejamkan mata, ia membuka selimutnya dan beranjak ke seragam sekolahnya, diambilnya secarik kertas dari saku seragamnya. Ia mulai memasukkan dua belas digit angka ke ponselnya dan di save dengan nama Ezza.

To : Ezza

Thanks Za, atas perhatian kamu hari ini.

Fella

Send => Ok

Tak lama setelah Fella mengirim pesannya, ringtone telepon di handphone Fella berbunyi.

Incomming Call Ezza

“Ezza?” teriak Fella dalam hati, ia tak menyangkan Ezza membalas pesannya dengan telepon, segera ia tekan tombol hijau.

“Hallo” kata Fella mengawali pembicaraan.

“Kamu belum tidur Fel?” tanya Ezza.

“Belum Za, ada apa?” tanya Fella, Ezza sedikit lama menjawab.

“Aku cuma pengen denger suara lo Fel” kata Ezza dalam hati.

“Enggak apa-apa, cepet tidur gih, besok sekolah, selamat malam” kata Ezza.

“Iya, malam” pembicaraan singkat ini terputus, tapi baik Fella dan Ezza keduanya sama-sama senang.  Pagi ini Fella jongging didepan rumahnya, sebelum ia masuk ke rumah ia melihat ada surat di kotak surat, ia mengambil surat itu dan membukanya di teras. Ia duduk sambil mengibas-ibaskan surat itu untuk menghilangkan gerahnya. Setelah ia lihat, ia sedikit terkejut, surat itu dari Laboratorium kesehatan, dan didalamnya ada beberapa surat dengan bahasa medisnya, tapi di surat terakhir tertulis penjelasan bahwa pasien tersebut positif tervonis kanker payudara. Fella lemas begitu tahu kenyataan bahwa ternyata bundanya mengidap kanker payudara.

“Fella, cepat mandi nanti telat” teriak bunda dari dalam rumah. Perlahan Fella masuk kedalam rumah, ia melewati kamarnya dan menuju dapur, dipeluknya tiba-tiba bundanya yang sedang menggoreng telur mata sapi tanpa garam kesukaan Fella.

“Bunda, kenapa bunda enggak pernah cerita kalo bunda lagi sakit?” tanya Fella yang masih memeluk bundanya.

“Fella kamu sayang?” tanya bundanya lembut.

“Bunda sakit kan?” tanya Fella sekali lagi.

“Sakit apa?, bunda baik-baik aja” jawab bundanya.

“Bunda, udahlah jangan bohongin Fella terus” kata Fella sambil memperlihatkan surat yang ia baca. Bundanya terdiam begitu melihat surat hasil lab di tangan Fella.

“Ahh ini bukan apa-apa” kata bundanya menutupi sambil mengambil surat itu dari Fella.

“Kamu mandi dulu sana sebentar lagi nasi gorengnya udah jadi” kata bundanya pada Fella. Fella beranjak meninggalakan dapur. Ia mandi dan bersiap, saat keluar kamar dia sudah terlihat rapi bukan dengan seragam sekolahnya melainkan dengan celana jins hitam, kaos putih dilengkapi cardigan biru muda. Fella berjalan ke dapur menghampiri bundanya.

“Sayang mana seragam kamu?” tanya bundanya saat melihat Fella di depannya.

“Hari ini Fella mau nganterin bunda ke rumah sakit, dan bunda harus mau” paksa Fella pada bundanya. Bunda Fella hanya terdiam, ia tidak ingin anak kesayangannya khawatir padanya, ia takut ini akan mengganggu konsentrasi belajarnya. Tapi hari ini Fella benar-benar meninggalkan sekolahnya dan pergi kerumah sakit.

“Sebelum kanker menjalar ke organ tubuh yang lain, akan lebih baik jika di operasi dalam waktu dekat” Fella kembali mengingat perkataan dokter tadi pagi. Tapi ia beranjak dari kursi meja belajarnya saat mendengar bel rumah berbunyi. Fella berjalan ke arah pintu depan dan membukakan pintu, dilihatnya laki-laki yang bisa membuat hatinya merasa lebih tenang menjalani hidupnya saat ini.

“Ezza” kata Fella terkejut.

“Siapa sayang?” tanya bunda Fella dari dalam rumah.

“Bun ini Ezza temen Fella” kata Fella mengenalkan Ezza pada bundanya saat bundanya tiba di depan pintu.

“Sore tante” sapa Ezza sopan.

“Sore, nak Ezza mau minum apa?” tanya bunda Fella.

“Enggak usah repot-repot tante terima kasih” kata Ezza menolak dengan sopan.

“Ya udah bunda tinggal dulu ya” kata bundanya meninggalkan teras rumah.

“Duduk Za” Fella mempersilahkan Ezza duduk.

“Kamu sakit?” tanya Ezza. Fella menjawabnya dengan gelengan.

“Terus kenapa kamu ngak masuk sekolah?” tanya Ezza lagi.

“Aku nganterin bunda ke rumah sakit” jawab Fella dengan memandang rumput dihalamannya.

“Tante sakit apa?” tanya Ezza.

“Bunda di vonis kanker payudara” kata Fella tertunduk, sorot mata Ezza yang terkejut tak bisa di sembunyikan, ia meraih tangan Fella yang tak jauh darinya, digenggamnya tangan itu erat.

“Sabar Fel, Tante pasti akan baik-baik aja kok” kata Ezza menguatkan. Fella masih tertunduk diam.

“Za, jangan pergi tetaplah duduk disampingku seperti ini, aku butuh kamu Za” kata Fella dalam hati.

Sudah satu jam lebih Fella dan Ezza berbincang, hingga matahari hampir meninggalkan langit, pancaran sinarnya yang semakin melemah membuat Ezza harus segera pulang.

“Fel, aku pulang ya” kata Ezza yang beranjak dari duduknya.

“Iya, udah hampir malem, maaf ya gara-gara aku kamu pulang larut sore” kata Fella. Ezza hanya tersenyum pada perempuan didepannya.

“Oh iya Fel, kamu jangan lupa makan dan jangan sampai sakit, kamu juga harus berangkat sekolah besok” kata Ezza yang sudah duduk di bangku sepedanya. Fella tersenyum sambil mengangguk.

“Tunggu Za, dari mana kamu tahu rumahku?” tanya Fella.

“Eci” jawab Ezza sambil tersenyum.

“Ohh, hati-hati di jalan ya” pesan Fella.

***

Pagi ini Fella kembali ke sekolah, seperti biasa ia selalu datang lebih awal dibanding Ezza tapi masih tetap kalah awal dengan Eci.

“Hai Fel” sapa Eci.

“Kamu udah sembuh Ci?” tanya Fella, Eci mengangguk.

“Kemarin kenapa enggak masuk? Smsku juga enggak kamu bales, aku kan jadi khawatir Fel” kata Eci.

“Maaf ya” kata Fella sambil merangkul bahu sahabatnya itu dengan tersenyum. Ezza datang saat melihat Fella dan Eci tersenyum, Ezza yang melihat ke arah Fella juga ikut tersenyum.

1 New Message

Ezza => Read

Tersenyumlah seperti ini setiap pagi, aku pun juga akan bahagia J

Fella tersenyum membaca pesan dari Ezza, Fella melihat ke belakang dimana Ezza duduk, dia sudah memperhatikan buku di atas mejanya. Pulang sekolah Fella mendapati rumahnya yang kosong, bundanya belum terlihat pulang kerja. Tidak seperti biasanya kamar orang tuanya yang tertutup kini sedikit terbuka, membuat Fella mendekati kamar itu dan masuk kedalam. Beberapa pintu lemari terbuka sedikit, Fella membuka pintu lemari itu, dan sebagia kosong, sepertinya ayah Fella sudah mengambil baju-bajunya.

“Ayah barusan dari sini?” tanya Fella dalam hati. Diantara lemari itu terdapat map hijau dengan tulisan pengadilan agama di depannya, dibukanya map itu dan kenyataan pahit itu benar-benar terjadi, kedua orang tua Fella sudah resmi bercerai. Fella tak dapat menampung lebih banyak air mata di kelopak matanya, iapun menangis. Ia keluar dari kamar orang tuanya dan berlari keluar masih dengan seragamnya. Ditinggalkan rumah kosong itu, ia berlari ke taman bermain tak jauh dari rumahnya, ia bersembunyi di bawah perosotan bermain, tangisannya pecah. Di telfonnya Ezza.

“Hallo” kata Ezza dibalik telepon Fella.

“Za.. Kamu bisa nemenin aku?” kata Fella sambil terisak.

“Fel, kamu nangis? Kamu dimana?” tanya Ezza khawatir.

“Aku di taman bermain deket rumahku Za” jawab Fella, Ezza segera memutus telfon dari Fella dan bergegas mengampiri Fella. Tak lama kemudian sebuah motor berhenti di tepi jalan, langit gelap mulai membuang kandungannya, titik-titik airpun membasahi bumi. Ezza yang melihat Fella memeluk kedua kakinya yang ditekuk, dan menyandarkan kepalanya pada kakinya segera dihampiri oleh Ezza.

“Fel?” kata Ezza sambil mengelus lembut kepala Fella.

“Ezza” kata Fella lirih yang langusng menyandarkan kepalanya di bahu Ezza, air mata Fella belum juga berhenti. Ezza bingung, dalam hati ia bertanya apa yang terjadi dengan Fella, tapi dia tak akan menanyakannya saat ini, ia ingin menenangkan Fella terlebih dahulu. Enam puluh menit lebih berlalu, Fella tertidur di bahu Ezza, Ezza membiarkan hal itu. Hari mulai gelap, memaksa Ezza untuk membangunkan Fella, bundanya pasti akan khawatir, itulah yang ada di fikiran Ezza.

“Fel, bangun Fel” kata Ezza. Kelopak mata Fella perlahan terbuka dan begitu melihat tak ada lagi cahaya Fella merasa ketakutan, terlintas di fikirannya apa dia kehilangan penglihatannya.

“Zaa” kata Fella pelan, sambil memeluk lengan kanan Ezza.

“Enggak usah takut Fel, ada aku kok” kata Ezza mengambil tangan Fella dari lengannya dan menggengamnya.

“Aku anter kamu pulang” kata Ezza sambil menarik Fella berdiri, ia juga melepaskan jaketnya dan dipakaikannya jaket itu pada Fella. Usai Fella masuk ke dalam rumah Ezza memacu motornya di jalan.

***

“Ci, Fella mana?” tanya Ezza pada Eci.

“Fella kan di rumah sakit, hari ini bundanya di operasi” kata Eci.

“Kenapa kamu baru bilang sama aku sekarang?” tanya Ezza kecewa.

“Aku fikir Fella udah cerita sama kamu” jawab Eci sambil tertunduk.

“Makasih ya” kata Ezza sambil menepuk pelan lengan Eci dan meninggalkan sekolah.

Sesampainya di rumah sakit Ezza sudah dapat melihat Fella yang duduk di depan ruang operasi. Wajahnya terlihat sangat lelah.

“Makan dulu Fel” kata Ezza menyodorkan nasi kotak pada Fella.

“Ezza? Dari mana kamu tahu aku disini?” tanya Fella dengan terkejut.

“Kamu kenapa enggak bilang ke aku” kata Ezza. Fella hanya diam.

“Makanlah” pinta Ezza.

Dua jam berlalu, belum terlihat tanda-tanda dokter selesai mengoperasi bundanya. Ezza masih duduk di samping Fella.

“Fel, aku pikir ini bukan keadaan yang tepat, tapi sudah cukup buatku untuk tetap diam, sejak pertama aku satu kelas denganmu aku merasa sangat senang, sejak aku melihatmu pertama kali saat ospek, aku berharap semoga aku bisa satu kelas denganmu, dan harapan itu terkabul, tapi aku tak pernah berani bicara padamu karena aku pikir kamu selalu diam saat didekatku, aku pikir kamu tak suka dengan keberadaanku, tapi sejak aku memaksa Eci untuk menceritakan semuanya padaku, aku lebih menyukaimu, karena ketegaranmu, Fel tetaplah disampingku” kata Ezza. Fella terdiam mendengar semua yang dikatakan laki-laki di sampingnya itu.

“Aku bahagia Za, aku bahagia karena kamu mengatakan semua hal itu padaku dan bukan perempuan lain, asal kamu tahu aku selalu diam didekatmu karena aku sedang mengontrol diriku, aku tak mau banyak orang yang tahu kalau aku suka kamu, apalagi jika kamu tahu aku suka kamu, aku berfikir semua ini pasti akan lebih canggung, dan juga Sita, kamu selalu menuruti apa yang Sita mau, Sita minta foto kamu, kamu kasih, Sita minta foto bareng ke kamu, kamu mau di ajak foto bareng, Sita minta makan bareng kamu, dan kamu juga...” Fella berhenti berbicara karena Ezza memeluknya erat.

“Maaf.. Maaf aku melakukan hal itu, tapi terima kasih karena kamu udah cemburu sama Sita” kata Ezza sambil tersenyum, begitu mendengar kata cemburu Fella yang tadinya ingin membalas pelukan Ezza, malah melepaskan pelukkan Ezza.

“Cemburu? Siapa yang cemburu?” kata Fella malu.

“Udahlah ngaku aja, hayo ngaku” kata Ezza menggoda Fella. Hati Ezza damai begitu melihat senyuman Fella yang sudah jarang ia lihat. Tiba-tiba seorang dokter keluar dari ruang operasi, beliau mengatakan bahwa operasi berjalan dengan lancar, dan bunda Fella akn segera di pindah ke rawat inap biasa. Fella semakin bahagia hari ini.

***

1 New Message

Ayah => Read

Fella, usai sekolah temui ayah di garden cafe.

Sesuai dengan permintaan ayahnya Fella datang ke Garden Cafe, ia tidak mau menjadi anak durhaka jadi dia tidak mau mengabaikan ayahnya yang sering mengabaikannya. Fella tidak datang sendiri, Ezza bersamanya.

“Aku tunggu kamu disini ya” kata Ezza. Fella mengangguk dan berjalan masuk ke garden Cafe, di sudut cafe ayah Fella sudah menunggu kedatangannya.

“Duduk Fel” kata ayah Fella. Fella masih diam dan langsung duduk.

“Ayah minta maaf, ayah minta maaf karena harus membuat hidup kamu sulit akhir-akhir ini, tapi ayah tahu kalo Fella adalah anak ayah yang kuat dan bisa mengatasi setiap masalah yang datang, Fella juga sudah cukup dewasa untuk memahami keadaan ayah dan bunda saat ini, walaupun ayah enggak ada di samping Fella, tapi Fella harus tahu kalau Fella punya ayah, didunia ini memang ada mantan istri dan suami tapi tak akan pernah ada mantan ayah dan anak, Fella jaga diri baik-baik ya, Fella harus tersenyum terus” kata Ayah Fella yang mulai beranjak dari duduknya, mencium kepala anaknya dan pergi meninggalkan Fella. Fella mematung di tempat duduknya.

“Fella, kamu baik-baik aja ?” tanya Ezza yang tiba-tiba datang disampingnya. Fella mengangguk.

“Apa laki-laki yang pakai kemeja biru tadi ayah kamu?” lagi-lagi Fella mengangguk.

“Baiklah kalau begitu aku akan menuruti permintaannya” kata Ezza.

“Permintaan apa?” tanya Fella penasaran.

“Ayah kamu minta aku buat jaga kamu dan enggak bikin kamu sedih, jadi jangan sekali-kali kamu lari dari aku” kata Ezza yang membuat Fella tersenyum.

“Sekarang aku tahu, kebahagiaan itu tidak bisa ditukar, kedua orang tuaku memang tak lagi bersama tapi bukan karena hal itu tak ada lagi alasan untukku tak tersenyum, aku masih punya sahabatku Eci, dan juga aku punya Ezza yang saat ini disampingku. Aku juga menyadari apa gunanya jika kedua orang tuaku tetap bersama tapi mereka tak bahagia, lebih baik mereka berpisah dan kembali menemukan alasan untuk membuat mereka tersenyum, karena kini aku tak lagi terluka karena perpisahan itu, aku ikhlas menerima semua ini. Dan aku harap kebahagiaanku yang baru akan selamanya di sisiku, kebahagiaan itu adalah Ezza” kata Fella dalam hati, dan sore itu Fella dan Ezza untuk pertama kalinya makan bersama.

End

Facebook : www.facebook.com/lifaniaa

Twitter : @lifaniaa

Tumblr : lifania.tumblr.com

WordPress : lifaniariski.wordpress.com

e-mail : lifaniariski@yahoo.co.id

website : lifania.123website.co.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun