Mohon tunggu...
lieztya09
lieztya09 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Unlimited

23 Desember 2016   17:40 Diperbarui: 23 Desember 2016   18:07 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.pinterest.com

Keluarga itu...

limit tak hingga

dan tak terkira harganya

------------------------------------

Mentari tersenyum menyinari bumi begitu cerahnya.

Lulus SMA bukan akhir pendidikan, langkahku masih panjang. Setelah acara kelulusan SMA satu minggu lalu, aku merasa begitu singkat kebersamaan bersama teman-temanku.

“Nuha, jadi pilih jurusan apa SNMPTN?”ibu menanyakan memastikan.

“Masih bingung bu, cita-cita Nuha dari kecil ingin menjadi dokter. Tetapi biaya kuliah kedokteran mahal. Cita-citanya berubah ingin menjadi guru ” Bingung mau kuliah apa.

“Kenapa bingung?katanya suka kimia?”ibu mencoba menenangkanku.

“Iya bu, sejak SMP suka biologi. Setelah masuk SMA suka kimia.hehehe... Nuha mau mengambil farmasi ya, ada kolaborasi ilmu kimia dan biologi bukan hanya kimia murni.” Farmasi pilihan yang tepat.

 Di awal kelas 3 SMA sempat ikut seleksi Pemdik (jalur seleksi raport) ke UPI tetapi tidak lolos. Kemudian ikut PMB UPI jurusan yang sama, ternyata tidak lolos juga.

Dari kegagalan sebelumnya, banyak persiapan untuk mengikuti SNMPTN, bukan untuk mengambil jurusan kimia murni. Belajar lebih giat, menetapkan  target dengan passing grade yang tinggi. Bismillahirrahmanirrahim pilihan pertama: Farmasi ITB, pilihan kedua teknologi pangan Universitas Padjajaran.

-------------------

Membaca buku pelajaran untuk mengisi waktu menunggu detik-detik pengumuman. Hari ini info pengumunan, tetapi jaringan internet dirumah kurang bagus.

“Nuha, selamat kamu diterima di ITB. Alhamdulillah aku juga diterima disana jurusan teknologi pangan.”telepon Hafsah.

“Beneran infonya?ini belum bisa buka infonya, internet lagi gangguan di rumah.”masih penasaran dengan info Hafsah.

“Iya..nanti coba dicek ya. Daftar ulangnya kita bisa berangkat bersama nantinya.”  Hafsah mengajak daftar ulang bersama.

“Terima kasih infonya. Kabar-kabari lagi ya..” tak sabar rasanya jadi mahasiswi.

Kemarin sudah daftar ulang di Poltekes jurusan analis kesehatan, bagaimana kalau keterima di ITB. Jadi bingung deh, tunggu info ITB dahulu untuk memastikan. Baru mengambil langkah selanjutnya. Semangat Nuha..

“Alhamdulillah diterima di ITB. Ibu... Nuha diterima di ITB.” rasanya senang setelah melihat pengumuman.

Tulisan yang termuat di website ITB “Selamat Anda terpilih menjadi calon mahasiswa farmasi ITB” membuatku semangat ingin masuk farmasi. Tetapi sudah terlanjur daftar ulang analis kesehatan, jadi bingung nih.

“Sudah kalau memang Nuha lebih suka farmasi di ITB, bapak dan ibu mendukung 100%.” Kedua orangtuaku mendukungku.

“Alhamdulillah, terimakasih ibu. Terima kasih bapak. Beneran ini Nuha diijinkan?”tak kuasa meneteskan airmata.

--------------------

Semangat pagi semangat untuk daftar ulang ke ITB.

“Mahasiswi farmasi nih, selamat datang  sahabatku.”Hafsah menyambutku di bagian pendaftaran.

“Emm Hafsah, kok sudah sampai sini. Sudah daftar ulang?”tanyaku pada Hafsah.

“Belum..aku menunggumu nih. Ayo daftar ulang bersama.”senyum Hafsah.

Hafsah adalah sahabatku sejak masa kecil. Dari TK, SD, SMP, SMU satu sekolah dan sekarang satu kampus di ITB. Hafsah mengambil jurusan teknologi pangan dan aku farmasi, meskipun berbeda jurusan kami selalu saling mendukung.

Masa awal menjadi mahasiswa tidaklah mudah, persaingan belajar sangat ketat. Cara belajar, intensitas, frekuensi sangat berbeda dari SMA, semua orang punya keinginan yang tinggi.  Meskipun di tahun pertama keteteran, sempat syok saat nilai ujian yangg diperoleh 30, 40, 50. Tetapi akhirnya bisa menyesuaikan dan meninggalkan ketertinggalan. Perlahan nilai pun semakin baik setelah memasuki mata kuliah jurusan terkait farmasi. Di semester 6, aku dan teman-temanku ditawari untuk mengambil program fast track karena IP kami tiap semester di atas 3,5. Tanpa pikir panjang kuambil tawaran tersebut. Jadi di semester 7 sudah mengambil MK magister sehingga saya hanya butuh 1 tahun untuk menyelesaikan pendidikan S2. Jalan untuk meneruskan kuliah S2 pun tidaklah mudah karena hingga akan masuk semester 3 S2 belum mendapat beasiswa seperti teman-teman lain.

“Bagaimana kalau tidak mendapat beasiswa, mau lanjut atau tidak ya?sedangkan aku tidak ingin membebani orang tua.”bingung lanjut atau tidak.

“ Hey...mau pulang atau tetap melamun tinggal diruang kelas nih?” Alika mengagetkanku.

“Alika...kaget nih. Mikirin biaya kuliah S2 nih.”cerita ke Alika soal biaya kuliah.

“Kenapa tak mencoba beasiswa lain?ayo semangat kawan jangan menyerah, kita sama-sama selesaikan kuliah ini. Dengan usaha yang sungguh-sungguh, Allah pasti mudahkan jalannya. Semangat Nuha.”Alika menyemangatiku.

“Terima kasih Alika...Semangattt.”mencoba bangkit dengan mengikuti beasiswa lain.

Memang aku belum mendapatkan rejeki beasiswa seperti teman-teman, tetapi bukan berarti aku patah semangat mendapatkan beasiswa yang lain dan harus tetap semangat kuliah. Saran Alika aku ikuti, mengikuti seleksi beasiswa dan alhamdulillah aku mendapatkannya. Allah SWT Maha Mengetahui, beasiswa yang  kuperoleh lebih dari cukup untuk biaya studi S2 dan ditabung untuk melanjutkan studi profesi apoteker. Boleh jadi Allah mengabulkan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Jadi setelah S2 aku bisa lanjutkan pendidikan profesi apoteker selama 1 tahun                       

-------------------       

Esok kan datang, rembulan perlahan pergi. Impianku kan ku wujudkan perlahan demi masa depan yang lebih baik.

Sore ini seperti biasa dirumah ditemani secangkir teh dan pisang goreng, mencari info lowongan kerja.

Impian menjadi apoteker sebentar lagi terwujud, aku ingin mencari pengalaman kerja di industri farmasi terlebih dahulu.

“Hai...melamun saja calon apoteker nih.” Hafsah mengagetkanku.

“Datang kerumah orang tuh ucap salam dahulu, bukan kagetkan seperti ini.”masih kaget rasanya.

“Assalamu’alaikum Aisyah Nuha Zahira, saya boleh bertamu?tadi aku sudah ucap salam tetapi kau tak menjawabnya dan terlihat melamun.”Hafsah tersenyum.

“Waalaikumsalam Hafsah, maaf baru jawab salamnya. Ada yang bisa dibantu ibu dosen?Hafsah sudah menjadi dosen di salah satu kampus di Bandung.

“Bagaimana Nuha, jadi terima tawaran kak Chairunnisa Salsabila Putri?” tanyanya padaku.

“Iya nih masih bingung.hehehe...”masih ingin jadi apoteker.

“Sudah terima saja, berbagi ilmu dan bisa mengembangkan ilmu juga.”dukungannya selalu membuatku semangat.

“Emmm belum tak buatkan teh manis, tunggu ya..aku juga ingin tahu bagaimana sih jadi dosen itu seharusnya?”segera buatkan teh untuk Hafsah.

“Jangan lupa bawa hidangan lainnya ya..narasumbernya nih mahal.hehehe..”suasana ruang tamu jadi ramai.

Mengobrol bersama sahabatku ini memang mengasikkan, berbagi pengalaman dan ilmu. Sebenarnya rencana awal setelah lulus dari pendidikan tidak langsung menjadi dosen, ingin mencari pengalaman di dunia kerja (industri farmasi) terlebih dulu dan ini masih terpikir sampai sekarang. Namun ada kak Nisa, kakak kelasku waktu kuliah meminta untuk membantu di Universitas. Dengan berbagai pertimbangan dan saran dari orangtua maupun dari sahabatku Hafsah, akhirnya aku terjun di dunia pendidikan hingga saat ini. Bukan terjun payung lhohhh.hehehe....

-----------------                       

Musim kemarau berlalu..musim hujan berlanjut. Telah kulalui pendidikan, saatnya berbagi ilmu. 

Teman-temanku sering bertanya “bagaimana rasanya menjadi dosen?”

Belum begitu berasa karena baru beberapa bulan dan belum mengajar mahasiswa.hehehe...Sejauh ini masih mengurus administrasi, akademik, dll. Ternyata tugas dosen itu banyaak, bukan hanya Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mengajar itu bagiku selalu menyenangkan, berbagi ilmu dan terus meningkatkan kapasitas diri untuk menambah ilmu. Yang paling membuatku senang adalah bakal awet muda lhohhh!! Karena berteman sama yang muda-muda.hehehe...                       

Apa yang kucapai sampai detik ini sampai saat ini tidak lepas dari dukungan keluarga. Keluarga itu limit tak hingga, tak terkira harganya. Menjadi Aisyah Nuha Zahira seperti ini karena ada keluarga yang selalu mendampingi, mendukung, menyemangati, dan memberi pilhan terbaik. Terlebih karena kedua orang tua tercinta.

I'm proud to be me

Saat perasaan sedang baik, membaginya pada keluarga. Saat perasaan sedang buruk pun, aku menatap mereka untuk menguatkan dan memperbaiki diri. Sejauh apa pun melangkah pergi, rumah adalah tempat untuk kembali.

Harapanku terdekat dan semoga bisa terwujud tahun depan 2017 adalah menikah, memiliki usaha sendiri dan umroh. 

Harapan yang lebih panjang, bisa mendirikan yayasan sosial di bidang pendidikan dan kesehatan, bisa membantu lebih banyak muslimin dan muslimat. 

Semoga Allah mudahkan jalanku dan semua terkabul. Aamiin...                       

--lieztya09--

23 Rabiul Awal  1438 H

#semangat memperbaiki diri

#semangat menjadi pribadi yang indah

#tersenyum dan tetap semangat

#thanks to : narasumber dan pembaca

#goresan pena ini kupersembahkan untuk temanku selamat sudah menjadi dosen dan semoga semua harapan tercapai ^-^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun