Mohon tunggu...
lieztya09
lieztya09 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Everything

11 November 2016   10:03 Diperbarui: 11 November 2016   18:58 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangisan putri kecilnya ini terus berulang setiap ibu meninggalkan Demak menuju Jakarta. Dari TK sampai Madrasah Ibtidaiyah, aku terus menganggap ibu jahat karena tega meninggalkan anak-anaknya. Bukan ibu yang mengasuh kami, tetapi nenek. Meskipun nenek sudah memberitahuku ibu ke Jakarta untuk bekerja mencari nafkah, tetapi aku tidak peduli aku hanya ingin ibu ada disampingku. Aku merasa kasih sayang ibu kurang, tidak seperti ibu teman-temanku. Ibu...jahat..jahat..aku benci ibu.

-----------------

Tangisan dan kebencian masa kecil seiring waktu yang berjalan perlahan pudar, aku tersadar bahwa ibuku adalah orang terpenting dalam hidup, sosok teladan hidup, kerja keras, dan patut ditiru. Ibuku sebagai tulang punggung keluarga yang menghidupi anak-anaknya setelah ayah tiada.

Memasuki bangku perkuliahan yang jauh dari orang tua, membuatku lebih sadar keluarga adalah segalanya. Jogjakarta kota pelajar, tempat menuntut ilmu dan menempa diri menjadi lebih mandiri. Di kota ini aku bertemu dua sahabat Azkia Ayu Anjani dan Hafsah Zulfa Aini.

Disuatu sore pulang kuliah, kami mengobrol santai di depan teras kos...

“Zulfa dan Anjani, setelah lulus nanti rencana kalian apa?”percakapan sore santai di kos.

“Serius banget nanyanya?kalau lulus kuliah aku ingin kembali ke daerah Sukoharjo. Mudah-mudahan mendapatkan pekerjaan yang dekat rumah, bisa pulang setiap hari ketemu babe dan kakak-kakakku.”Anjani menjawab tersenyum.

Sahabatku Anjani berasal dari Sukoharjo, si bungsu dari tiga bersaudara. Ibunya telah tiada sejak SMP, babe dan kakak-kakaknya penyemangat hidupnya. Menurutnya keluarga adalah segalanya. 

“Kami do’akan kamu diterima kerja di Sukoharjo yang dekat rumah.”Zulfa membawa pisang goreng untuk menemani ngobrol santai di sore hari.

“Alhamdulillah Zulfa membawa makanan.” senangnya  melihat sahabatku tambah gembul.

“Farida nih, awas tambah gembul ya?kalau lulus kuliah nanti aku ingin kembali ke daerah asalku juga lhohh. Kediri kota indah, banyak wisata kuliner. Kalau main Kediri seharian tak ajak wisata kuliner deh.hehehe...”Zulfa semangat wisata kuliner.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun