Secara umum dapat dikatakan bahwa filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang mengungkapkan konsep-konsep dasar kehidupan yang dicita-citakannya. Filsafat juga diartikan sebagai sikap seseorang yang sadar, matang, berpikir secara mendalam tentang segala sesuatu dan berusaha melihatnya dari sudut pandang yang luas dan komprehensif dalam segala hubungan. Pemikiran filosofis ditandai dengan pemikiran bahwa segala sesuatu itu ada, pemikiran yang fundamental secara konseptual dan mencakup hakikat berpikir. Ciri-cirinya antara lain:
a.) Metodis
b.) Sistematis
c.) Rasional
d.) Konprehensif
e.) Koheren
f.) Radikal
g.) Universal
h.) Bebas
i.) Bertanggung Jawab
Filsafat dakwah sangat dibutuhkan umat manusia untuk mengatasi segala permasalahan yang timbul dalam kehidupan, termasuk permasalahan dakwah. Filsafat memungkinkan kita menemukan pertanyaan-pertanyaan kehidupan tentang makna, isi, dan signifikansi segala sesuatu yang kita lihat dan alami. Hal ini dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam kegiatan dakwahnya.
Jika kita memahami Filsafat Dawa menurut bahasanya, maka kata filsafat atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan adaptasi dari kata arab “فلسفة”, yang juga berasal dari kata Yunani yaitu philosophia yang artinya philosophia. Kata philosophia diambil dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta, dll) dan (shopia = "kebijaksanaan"), secara harafiah berarti "orang yang mencintai kebijaksanaan". Kata filsafat dalam bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk ini lebih mendekati aslinya. Dalam bahasa Indonesia, orang yang mempelajari filsafat disebut dengan “filsuf”. Kata dakwah berasal dari kata Arab “Dakwah”. Kata kerja da'aa artinya memanggil, mengundang, mengundang. Ism fa'il (pelaku) artinya da'i, atau pendakwah.
Di sisi lain, filosofi dakwah secara konseptual mengacu pada dakwah serta reaksi para khatib dan khatib terhadap dakwah secara kritis dan rinci agar masyarakat yang diberi dakwah dapat menjadi manusia yang berakhlak mulia. Tentang Kelebihan filsafat dakwah adalah membantu dalam menentukan dai, memahami ajaran Islam radikal sampai ke akar-akarnya, dan menemukan kebenaran hakiki. Para mubaligh mampu menjelaskan bahwa Islam bersifat universal dan tidak bertentangan dengan logika atau akal sehat. Dengan demikian, Filsafat Dakwah juga berkontribusi secara ilmiah dengan mempertajam metodologi dan pendekatan agar para da’i dapat melihat realitas masyarakat secara tajam dan cermat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H